tag:blogger.com,1999:blog-22996471951415605452024-03-05T13:50:40.019-08:00all aboutUnknownnoreply@blogger.comBlogger26125tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-86356643766737898082011-12-05T22:00:00.001-08:002011-12-05T22:03:18.548-08:00Kunyit PutihRiset Medis Tentang Kunyit Putih
Riset Medis Tentang Kunyit Putih
Kunyit Putih (curcuma alba), sebagai anggota keluarga besar Curcuma, mengandung zat kurkumin. Dalam buku Encyclopedia of Medical Plants dinyatakan, kurkumin mempunyai khasiat anti-oksidan dan anti-inflamasi. Bahkan khasiat anti-oksidannya lebih kuat dari vitamin E, sedangkan khasiat anti-inflamasinya lebih kuat daripada hidrokortison kimia/sintetis.
Menurut laporan American Institute of Cancer Report yang dimuat The New York Times akhir Juli 1999, kanker dapat dicegah dengan kunyit. Zat anti-oksidan pada kunyit berfungsi mencegah kerusakan asam deoksiribonukleat (senyawa yang menyusun gen), karena kerusakan gen adalah salah satu penyebab terjadinya kanker.
Sedangkan kurkumin bersama feruloyl dan 4-hydroxy-cinnamoyl adalah senyawa anti-inflamasi yang terdapat pada rimpang kunyit.
Kesimpulannya, kedua kandungan kurkumin tersebut sangat berperan dalam memerangi kanker, yaitu mencegah kerusakan gen sekaligus mencegah peradangan (inflamasi), karena pada penyakit kanker selalu terjadi inflamasi.
“Kunyit putih bisa membantu proses penyembuhan dari kanker karena mengandung senyawa turunan (derivat) flavonoid dan kurkumin yang bertindak sebagai antioksidan,” ujar Dr Maksum Radji, MBiomed, Apt, Ketua Perhimpunan Penelitian Bahan Alam saat dihubungi detikHealth, Kamis (14/1/2010).
Dr Maksum menjelaskan khasiat kunyit putih dalam melawan sel kanker masih sebatas penelitian in vitro (laboratorium) dan belum mencapai uji klinis. Namun kunyit putih sudah banyak dipakai sebagai obat alternatif untuk penyakit kanker.Penelitian secara in vitro dilakukan dengan uji bioaktivasi. Sel kanker dikembangbiakkan dalam laboratorium dan setelah diberikan konsentrasi tertentu dari kunyit putih sel kanker tersebut menjadi mati. Selain itu didapatkan pula bahwa aktivitas kunyit putih dalam mematikan sel kanker lebih baik dibandingkan dengan tanaman Mahkota Dewa.
Sementara itu, American Institute of Cancer melaporkan kunyit putih bisa digunakan untuk mencegah kanker. Antioksidan yang terkandung dalam kunyit putih bisa memiliki fungsi untuk mencegah asam deoksiribonukleat (DNA) dari kerusakan. Kerusakan gen ini merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya kanker. Selain iu, diketahui juga bahwa senyawa yang terkandung dalam kunyit putih bisa bertindak sebagai obat anti peradangan.Beberapa penelitian lain pun menyebutkan ada kandungan Ribosome in Activating Protein (R.I.P) dalam kunyit putih. Senyawa ini diduga dapat menghambat penyebaran sel kanker dan mencegah kerusakan sel.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-52703924740001338212011-11-19T02:44:00.000-08:002011-11-19T02:44:36.224-08:00Lestyana on Bloggers<a href="http://bloggers.com/Heryy">Lestyana on Bloggers</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-60130784626580386922011-06-07T00:08:00.000-07:002011-06-07T00:25:48.443-07:00Metode Uji Serologis<br /><br /><br /><br />Uji serologis merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melihat gambaran titer antibodi di dalam tubuh ayam. Pengaplikasian uji serologis ini kurang lebih ada 4 tujuan, satu diantaranya ialah untuk memantau hasil vaksinasi. Dalam perkembangannya, peternak mulai menyadari perlunya melakukan uji serologis terlebih lagi dengan semakin banyaknya jenis penyakit atau padatnya jadwal vaksinasi. Melalui uji serologis, pelaksanaan vaksinasi ulang pun menjadi lebih tepat. Selain itu, hasil uji serologis juga dapat digunakan sebagai peneguhan diagnosa suatu penyakit. Titer antibodi dari penyakit viral seperti Newcastle diseases (ND), avian influenza (AI), infectious bursal disease (IBD/gumboro), infectious bronchitis (IB) dan egg drops syndrome (EDS) maupun penyakit bakterial yaitu korisa, salmonella dan chronic respiratory disease (CRD) dapat diketahui melalui uji serologis.<br /><br /><br />Metode Uji Serologi<br /><br /><br />HI test dan ELISA merupakan metode uji serologi yang telah familiar bagi peternak. Kedua metode uji tersebut seringkali menjadi pilihan bagi peternak. Bahkan ada beberapa peternak yang telah menjadikan seperangkat alat HI test sebagai sebuah investasi untuk mendukung usaha peternakannya. Beberapa metode uji serologi yang diaplikasikan antara lain :<br /><br /> *<br /><br /> Haemagglutination Inhibition (HI) test<br /><br />Secara bahasa haemagglutination inhibition dapat diartikan sebagai hambatan haemaglutinasi. Sedangkan haemaglutinasi merupakan penggumpalan dari sel darah merah. Kemampuan mengaglutinasi tidak dimiliki oleh semua virus atau bakteri yang menyerang ayam tetapi hanya beberapa virus dan bakteri yang memiliki zat haemaglutinin, diantaranya paramyxovirus (ND), poxvirus (Pox), adenovirus (EDS), orthomyxovirus (AI), bakteri Mycoplasma sp., Haemophilus paragallinarum maupun Salmonella pullorum. Zat haemaglutinin yang terdapat dalam tubuh virus atau bakteri tersebut bersifat antigenik yang dapat merangsang terbentuknya antibodi spesifik. Antibodi yang terbentuk tersebut memiliki kemampuan mengambat terjadinya aglutinasi darah yang disebabkan oleh haemaglutinin dari virus atau bakteri.<br /><br />Hasil HI test ditunjukkan dari ada tidaknya proses aglutinasi. (A = terjadi aglutinasi dan B = tidak terjadi aglutinasi)<br /><br /><br />HI test menggunakan reaksi hambatan haemaglutinasi tersebut untuk membantu menentukan diagnosa penyakit secara laboratorium dan mengetahui status kekebalan tubuh (titer antibodi, red). Prinsip kerja dari HI test ialah mereaksikan antigen dan serum dengan pengenceran tertentu sehingga dapat diketahui sampai pengenceran berapa antibodi yang terkandung dalam serum dapat menghambat terjadinya aglutinasi eritrosit. HI test merupakan metode uji serologis yang mudah dilakukan dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat.<br /><br />HI test merupakan metode uji serologis yang relatif mudah dilakukan dan hasil yang diperolehnya pun cepat<br /><br /><br /> *<br /><br /> Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)<br /><br />ELISA sebagai salah satu metode uji serologis mempunyai satu kelebihan yaitu mampu mendeteksi beberapa jenis antibodi dari 1 sampel serum (tergantung dari kit ELISA yang digunakan). ELISA juga memiliki tingkat spesifikasi (yaitu kemampuan mendeteksi ayam yang tidak terinfeksi atau ayam yang tidak terinfeksi dinyatakan negatif) yang tinggi.<br /><br />Peralatan yang digunakan dalam uji serologis melalui ELISA salah satunya ialah microreader<br /><br /><br />Metode uji ini banyak digunakan untuk mendeteksi infeksi virus (IB atau IBD) maupun bakteri, seperti Salmonella sp. dan Pasteurella multocida. ELISA juga merupakan metode uji serologis yang cepat untuk menguji sampel dalam jumlah besar. Namun peralatannya, seperti reader, washer dan komputer relatif mahal.<br /><br /><br /> *<br /><br /> Agar Gel Precipitation (AGP)<br /><br />Metode uji serologis ini termasuk metode yang sederhana untuk mendeteksi antibodi terhadap berbagai virus berdasarkan reaksi positif (+) atau negatif (-). Namun AGP akan mendeteksi semua strain virus tanpa memperhatikan serotipenya. Meski relatif belum dikenal oleh peternak, metode ini seringkali digunakan untuk mendeteksi antibodi dari virus IB dan fowl adenovirus (FAV) atau inclusion body hepatitis.<br /><br /><br /><br /><br /> *<br /><br /> Rapid Plate Aglutination (RPA)<br /><br />RPA merupakan metode uji serologis yang sesuai dan mudah digunakan untuk mendeteksi antobodi yang dihasilkan saat ada infeksi atau vaksinasi bakteri Mycoplasma sp. dan Salmonella sp. Metode uji ini juga relatif fleksibel karena dapat dilakukan di laboratorium maupun langsung saat berada di kandang.<br /><br />Cara metode uji ini juga sangat mudah, hanya dengan mencampur satu tetes serum dengan satu tetes antigen kemudian dikocok selama 2 menit. Jika terjadi aglutinasi (penggumpalan) maka reaksi dinyatakan positif dan sebaliknya jika tidak terjadi aglutinasi hasil uji serologis dinyatakan negatif. Oleh karena itu, metode uji serologis ini hanya menunjukkan ada tidaknya titer antibodi, namun tidak bsia menentukan tinggi rendahnya (nilai) dari antibodi yang terdapat dalam tubuh ayam.<br /><br /><br /> *<br /><br /> Serum Neutralisation (SN) test<br /><br />Serum neutralisation (SN) test merupakan metode uji serologis yang paling mahal diantara ke-4 metode uji sebelumnya. Metode uji ini membutuhkan peralatan yang mahal. Selain itu, dalam metode ini diperlukan telur spesific pathogenic free (SPF) untuk persiapan kultur jaringan atau kultur organ.<br /><br />Metode uji ini paling tepat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap serotipe yang berbeda dari virus yang diuji. Titer antibodi yang dapat diuji dengan SN test antara lain IB dan FAV.<br /><br /><br />Titik Kritis Pertama Penentu Keberhasilan Diagnosa<br /><br /><br />Pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan tepat<br /><br /><br />Itulah metode pengambilan dan penanganan sampel darah. Oleh karena itu teknik pengambilan dan penanganan sampel darah harus dilakukan dengan tepat. Mengenai hal ini telah kami cantumkan pada artikel utama edisi kali ini pada subpoint pengambilan sampel yang kurang tepat.<br /><br /><br />Jarak dan Waktu Analisis, Tidak Menjadi Kendala Lagi<br /><br /><br />Jarak dan waktu analisis sering kali menjadi kendala jika kita akan mela-kukan uji serologis. Terlebih lagi hasil uji serologis tersebut dinantikan untuk me-mantapkan diagnosa suatu penyakit. Berdasarkan latar belakang tersebut dan sejalan dengan misi Medion, yaitu mem-berikan pelayanan yang prima maka di-bukalah layanan uji serologis (HI test) di seluruh kantor cabang Medion. Selain dekat, waktu yang diperlukan untuk analisis sangat cepat. Peternak dapat mengetahui hasil uji serologisnya dalam waktu tidak lebih dari 1 x 24 jam.<br /><br /><br />Uji serologis mempunyai peranan yang penting, terutama sebagai peman-tapan diagnosa penyakit. Sudah saatnya kita mengenal dan mengaplikasikannya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-11507238335462429702010-05-29T07:15:00.001-07:002010-05-29T07:15:08.618-07:00PERCOBAAN I<br /><br />PERMANGANOMETRI<br /><br />I. TUJUAN PERCOBAAN<br /><br />Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk membuat dan pembakuan larutan kalium permangananat 0,1 N serta menentukan kadar kalsium (Ca2+) dalam CaCO3.<br /><br />II. TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).<br /><br />Dalam suasana asam atau [H+] ≥ 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi :<br /><br />MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51 Volt<br /><br />Dalam suasana netral, ion permanganat mengalami reduksi menjadi mangan dioksida seperti reaksi berikut :<br /><br />MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O Eo = 1,70 Volt<br /><br />Dan dalam suasana basa atau [OH-] ≥ 0,1 N, ion permanganat akan mengalami reduksi sebagai berikut:<br /><br />MnO4- + e- MnO42- Eo = 0,56 Volt<br /><br />(Svehla, 1995).<br /><br />Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :<br /><br />2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O<br /><br />dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil mengocok terus-menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini untuk membakukan kalium permanganat ini dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam (Basset, 1994).<br /><br />Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini tidak menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida dapat terjadi kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini mengakibatkan dipakainya larutan permanganat dalam jumlah berlebih. Meskipun untuk beberapa reaksi dengan arsen (II) oksida, antimoni (II) dan hidrogen peroksida, karena pemakaian asam sulfat justru akan menghasilkan beberapa tambahan kesulitan. Kalium pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada dalam HCl akan mengoksidasi ion Cl- yang menyebabkan terbentuknya gas klor dan kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N. Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakan reagensia ini (Svehla, 1995).<br /><br />MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O E0 = 1,51V<br /><br />III. ALAT DAN BAHAN<br />A. Alat<br /><br />Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, statif, buret, sudip, botol semprot, erlenmeyer 250 ml, corong, gelas beker 200 ml, labu ukur 100 ml, krus porselin, eksikator, oven, dan pipet tetes.<br /><br />B. Bahan<br /><br />Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan KMnO4 0,1 N, aquades, larutan H2SO4 0,75 N, larutan sampel nitrit, padatan CaCO3, indikator metil merah, garam NH4 oksalat, larutan Na2C2O4, larutan H2SO4 1:8.<br /><br />IV. PROSEDUR KERJA<br /><br />A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat<br /><br />1. Diambil 10 ml larutan Na2C2O4 dengan menggunakan pipet volum 10 ml. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N. Dilakukan duplo.<br /><br />B. Penentuan Kalsium (Ca2+) dalam CaCO3<br /><br />1. Ditimbang 0,1 gram padatan CaCO3 dengan menggunakan neraca analitik. Dimasukkan ke dalam beaker glass 400 ml.<br /><br />2. Aquades ditambahkan sampai volume menjadi 100 ml. Ditambahkan beberapa tetes indikator metil merah ke dalam larutan. Dipanaskan larutan tersebut sampai mendidih.<br /><br />3. Ditambahkan larutan dari 0,75 gram NH4 oksalat dalam 12,5 ml aquades secara perlahan-lahan. Dipanaskan pada temperatur 70-80°C selama 15 menit.<br /><br />4. 3 tetes larutan amonia (1:1) ditambahkan sambil diaduk secara perlahan. Dibiarkan larutan dalam keadaan panas selama 1 jam. Disaring endapan dengan menggunakan kertas saring Whatman No.540.<br /><br />5. Dicuci endapan dengan aquades hingga bebas dari oksalat. Dilubangi kertas saring dengan menggunakan pengaduk.<br /><br />6. Dibilas endapan dengan larutan asam sulfat (1:8) ke dalam erlenmeyer yang lain. Dicuci kertas saring dengan aquades panas sampai volume 50 ml. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N setelah semua endapan larut.<br /><br />V. HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />A. Hasil dan Perhitungan<br /><br />1. Hasil<br />No Langkah Percobaan Hasil Percobaan<br />1.<br /><br />2.<br /> pembakuan larutan kalium permanganat<br /><br />- ditimbang 0,3 gr Na-oksalat + akuades<br /><br />- + 12,5 ml H2SO4 pekat<br /><br />- diencerkan sampai 250 ml<br /><br />- dipanaskan<br /><br />- dititrasi seluruh larutan dengan KMnO4 sampai warna larutan menjadi merah muda<br /><br />Penentuan kalsium (Ca2+) dalam CaCO3<br /><br />- ditimbang 0,2 gr CaCO3<br /><br />- + akuades 200 ml<br /><br />- + indikator metil orange<br /><br />- dipanaskan<br /><br />- Na-oksalat<br /><br />- diaduk hingga terjadi endapan<br /><br />- dipanaskan 70-80 oC<br /><br />- disaring Ca-oksalat dengan kertas saring Whatmann no. 52<br /><br />- dicuci endapan dengan akuades dan dibilas dengan H2SO4 (1:8)<br /><br />- setelah semua endapan larut dilakukan titrasi<br /> Larutan menjadi panas<br /><br />V Na-oksalat = 250 ml<br /><br />V titrasi rata-rata = 1,25 ml<br /><br />Keruh<br /><br />Terdapat endapan putih<br /><br />V titrasi rata-rata = 1,35 ml<br /><br />2. Perhitungan<br /><br />A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat<br /><br />Diketahui : m Na2S2O4 = 0,06 gram<br /><br />BM Na2S2O4 = 133,998 gram/mol<br /><br />V Na2S2O4 = 50 ml = 0,05 l<br /><br />e Na2S2O4 = 2<br /><br />V KMnO4 = 1,25 ml<br /><br />Ditanya : N KMnO4 = … ?<br /><br />Jawab :<br /><br />N Na2C2O4 =<br /><br />=<br /><br />= 0,01791 N<br /><br />(N x V) Na2C2O4 = (N x V) KMnO4<br /><br />N KMnO4 =<br /><br />=<br /><br />= 0,7164 N<br /><br />B. Penentuan kadar air kristal<br /><br />Diketahui : m CaCO3 = 0,1 gram<br /><br />N KMnO4 = 0,7164 N<br /><br />V KMnO4 = 1,35 ml<br /><br />V filtrat = 50 ml<br /><br />BA Ca2+ = 40,8 gram/mol<br /><br />e CaCO3 = 2<br /><br />Ditanya : Kadar Cu2+ = …?<br /><br />Jawab:<br /><br />Reaksi yang terjadi :<br /><br />2MnO4 + 5H2C2O4 + 6H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O<br /><br />Dari reaksi :<br /><br />mgrek H2C2O4 = 2/5 (N x V) KMnO4<br /><br />= 2/5 0,7164 x (1,35×5)<br /><br />= 1,9343 mmol<br /><br />mmol H2C2O4 =<br /><br />=<br /><br />= 0,9672 mmol<br /><br />= 9,672 x 10-4 mol<br /><br />Reaksi yang terjadi :<br /><br />CaC2O4 + H2SO4 CaSO4 + H2C2O4<br /><br />CaC2O4 Ca2+ + C2O42-<br /><br />Mol Ca2+ = mol H2C2O4<br /><br />Mol Ca2+ = 9,672 x 10-4 mol<br /><br />Massa Ca2+ = mol Ca2+ x BA Ca2+<br /><br />= 9,672 x 10-4 mol x 40,8 gram/mol<br /><br />= 0,03946 gram<br /><br />Kadar Ca2+ dalam CaCO3 :<br /><br />Kadar Ca2+ =<br /><br />=<br /><br />= 39,46 %<br /><br />Jadi, kadar Ca2+ dalam CaCO3 adalah sebesar 39,46%.<br /><br />B. Pembahasan<br /><br />1. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat<br /><br />Titrasi permanganometri digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer dengan menggunakan kalium permanganat sebagai titran. Dalam suasana penetapan basa atau asam lemah akan terbentuk endapan coklat MnO2 yang menggangu.<br /><br />MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O (dalam sulfat encer)<br /><br />MnO4- + 4H+ + 3e MnO2 + 2H2O (dalam asam lemah)<br /><br />MnO4- + 2H2O + 3e MnO2 + 4OH- (dalam basa lemah)<br /><br />Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai indikator. Oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan Natrium oksalat merupakan standar yang baik untuk standarisasi permangnat dalam suasana asam. Larutan ini mudah diperoleh dengan derajat kemurnian yang tinggi. Reaksi ini berjalan lambat pada temperatur kamar dan biasanya diperlukan pemanasan hingga 60ºC. Bahkan bila pada temperatur yang lebih tinggi reaksi akan berjalan makin lambat dan bertambah cepat setelah terbentuknya ion mangan (II). Pada penambahan tetesan titrasi selanjutnya warna merah hilang semakin cepat karena ion mangan (II) yang terjadi berfungsi sebagai katalis, katalis untuk mempercepat reaksi. Dari hasil perhitungan maka didapatkan nilai normalitas dari KMnO4 adalah sebesar 0,7164 N. Pada standarisasi larutan KMnO4 dengan menggunakan larutan standar Na2S2O4 berlangsung reaksi sebagai berikut:<br /><br />2Na+ + C2O4- + 2H+ H2C2O4 + 2Na+<br /><br />2MnO4 + 5H2C2O4 + 6H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O<br /><br />2. Penentuan kalsium (Ca2+ ) dalam CaCO3<br /><br />Penentuan kadar Ca2+ dalam CaCO3 dilakukan dengan pembuatan larutan terlebih dahulu. Larutan kemudian dipanaskan untuk menghilangkan adanya ion-ion pengganggu atau pengotor yang dapat mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Kemudian CaCO3 direaksikan dengan ammonium oksalat menurut persamaan reaksi sebagai berikut:<br /><br />CaCO3 + (NH4)2C2O4 → CaC2O4 ↓ + (NH4)2CO3<br /><br />Penambahan ammonium oksalat ini karena ammonium oksalat digunakan sebagai bahan pengendap kalsium langsung yang memberikan ion C2O42-, karena mengion. Cara ini disebut dengan homogenus presipitasi, yaitu cara pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengendap tidak dalam bentuk jadi, melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat menghasilkan pengendapan tersebut. Penambahan ammonium oksalat merupakan penambahan ion sejenis pada larutan, sehingga ia akan memperbesar peluang terbentuknya endapan kalsium oksalat. Penambahan ammonia dengan perbandingan 1:1 digunakan untuk membuat suasana reaksi menjadi lebih alkalis. Hal ini terlihat dari warna larutan yang menjadi kekuningan. Endapan yang terbentuk setelah larutan yang telah dipanaskan didiamkan dipisahkan dari filtratnya. Filtrat yang dipisahkan harus benar-benar bebas dari Ca-oksalat, karena itu endapan diuji dengan ammonium oksalat di mana apabila penambahan ammonium oksalat tidak menyebabkan terbentuknya endapan, maka filtrat bebas dari endapan Ca-oksalat.<br /><br />Endapan yang diperoleh kemudian dibilas dengan akuades untuk menghilangkan ion oksalat dan kemudian ke dalamnya ditambahkan asam sulfat panas (1:8) untuk memberi suasana asam dan larutan diencerkan dengan air panas sampai 100 ml. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:<br /><br />CaC2O4 + H2SO4 → H2C2O4 + CaSO4<br /><br />Asam oksalat yang terbentuk inilah yang kemudian bereaksi dengan ion permanganat dari titrasi dengan KMnO4. Titrasi dilakukan sampai warna larutan yang semula bening menjadi berwarna merah muda. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:<br /><br />2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O<br /><br />Volume titrasi KMnO4 yang digunakan untuk menentukan kadar Ca2+ dalam CaCO3.adalah 1,35 ml. Sehingga dari hasil perhitungan diperoleh kadar Ca2+ sebesar 39,46%.<br /><br />VI. KESIMPULAN<br /><br />Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:<br /><br />1. Permanganometri merupakan titrasi oksidasi reduksi dengan mempergunakan larutan baku kalium permanganat (KMnO4).<br /><br />2. Dari hasil perhitungan maka didapatkan nilai normalitas dari KMnO4 adalah sebesar 0,7164 N.<br /><br />3. Kadar Ca2+ dalam CaCO3 adalah 39,46%.<br /><br />4. Tujuan dari pencucian endapan adalah agar larutan induk dan zat pengotor yang melarut pada endapan dapat dihilangkan.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.<br /><br />Day, R. A. Dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.<br /><br />Svehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Kalman Media Pustaka. Jakarta.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-57423459989121746622010-05-29T07:00:00.001-07:002010-05-29T07:00:38.934-07:00Sign up<br /><br />Use your Facebook login and see what your friends are reading and sharing.<br />Other login options<br />Login with FacebookSpinner_mac_white<br />Signup<br /><br />I don't have a Facebook account<br />email address (required)<br />create username (required)<br />password (required)<br /> Send me the Scribd Newsletter, and occasional account related communications.<br />Privacy policy Spinner_mac_white<br />You will receive email notifications regarding your account activity. You can manage these notifications in your account settings. We promise to respect your privacy.<br />Why Sign up?<br />Num_1 Discover and connect with people of similar interests.<br />Num_2 Publish your documents quickly and easily.<br />Num_3 Share your reading interests on Scribd and social sites.<br /> Social-icons<br /><br />Already have a Scribd account?<br />email address or username<br />password<br />Spinner_mac_white Trouble logging in?<br />Login Successful<br /><br />Now bringing you back...<br /><br />Spinner_large_mac_white<br /><br />« Back to Login<br />Reset your password<br /><br />Please enter your email address below to reset your password. We will send you an email with instructions on how to continue.<br /><br />Email address:<br /> <br /><br />You need to provide a login for this account as well.<br /><br />Login:<br /> <br /><br /> <br />Scribd<br /><br /> * Explore<br /> * Community<br /><br />Transparent<br />Search Books, Presentations, Business, Academics...<br /><br /> * LoginSpinner_mac_gray<br /> * Sign Up<br /> * |<br /> * Log In<br /><br /> <br />1<br />First Page<br />Previous Page<br />Next Page<br /> / 15<br />Zoom Out<br />Zoom In<br />Fullscreen<br />Exit Fullscreen<br />Select View Mode<br />View Mode<br />BookSlideshowScroll<br />Readcast<br />Add a Comment<br />Embed & Share<br />Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what you're reading. Select the sites below and start sharing.<br />Transparent<br />Login to Add a Comment<br />Share & Embed<br />Link / URL:<br />Embed Size & Settings:<br /><br /> * Width: Auto<br /> * Height: (proportional to specified width)<br /> * Start on page:<br /> * Preview View:<br /><br />More share options<br />Add to Collections<br />Auto-hide: on<br />PTK 1 ± III<br />PERMANGANOMETRI<br />I. JUDUL<br />Titrasi Permanganometri<br />II. PRINSIP PERCOBAAAN<br />Reaksi Oksidasi dan Reduksi<br /><br />III. MAKSUD DAN TUJUAN<br />a. Praktikan memahami konsep dasar reaksi oksidasi dan reduksi (redoks)<br />b. Untuk mengetahui konsentrasi larutan sampel secara oksidimetri\<br />IV. REAKSI PERCOBAAN<br />2 KMnO4 + 3 H2SO4 + 5 (COOH)2 2 MnSO4 + K2SO4 + 8 H2O + 10 CO2<br />V. TEORI<br /><br />Dari sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses ± proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hydrogen disebut juga reduksi, sehingga kehilangan hydrogen harus disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi ± reaksi lain dimana baik oksigen maupun hydrogen tidak ambil bagian belum dapat dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan electron, disusun orang. Sebelum mencobamendefinisikan lebih cermat apa arti istilah ± istilah itu, baiklah diperiksa beberapa reaksi ini<br />a. Reaksi antara ion besi(III) dan timah(II) menuju terbentuknya besi(II) dan Timah(IV):<br />2Fe3+ + Sn2+<br />2Fe2+ + Sn2+<br /><br />Jika reaksi ini dijalankan dengan hadirnya asam klorida, hilangnya warna kuning ( ciri khas Fe3+) dapat diamati dengan mudah. Dalam reaksi ini Fe3+ dan direduksi menjadi Fe2+ dan Sn2+ dioksidasi menjadi Sn4+. Sebenarnya apa yang telah terjadi adalah warna Sn2+ memberikan electron ± electron pada Fe3+, maka terjadilah serah terima (transfer electron)<br /><br />b. Jika sepotong besi (misalkan Paku) dibenamkan dalam larutan tembaga sulfat, paku itu akan tersalut logam tembaga yang merah, sementara itu dapatlah dibuktikan adanya besi(II) dalam larutan. Reaksi yang berlangsung adalah :<br />Fe + Cu2+<br />Fe2+ + Cu<br />Dalam hal ini logam besi menyumbangkan electron ± electron kepada ion tembaga(II). Fe<br />teroksidasi menjadi Fe2+ dan Cu2+ tereduksi menjadi Cu.<br />c.<br />Pelarutan zink dalam asam klorida juga merupakan reaksi oksidasi ± reduksi<br />Zn + 2H+<br />Zn2 + + H2<br />Elektron diambil oleh H+ dari dalam Zn2+; atom hydrogen tanpa muatan bergabung menjadi<br />molekul H2.<br />d.<br />Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodide menjadi iod, sementara<br />dirinya direduksikan menjadi bromida :<br />BrO3- + 6H+ + 6I-<br />Br- + 3I2 + 3H2O<br /><br />Tidak mudah untuk mengikuti serah terima electron dalam hal ini, karena suatu reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya. Namun Nampak bahwa ion iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal.<br />e.<br />Lebih ruwet lagi adalah oksidasi hydrogen peroksida menjadi oksigen dan air oleh<br />permanganat, yang ia sendiri tereduksi menjadi mangan(II):<br />2MnO4- + 5H2O2 + 6H+<br />2Mn2+ + 5O2 + 8H2O<br />Sepuluh electron disumbangkan oleh lima molekul hydrogen peroksida kepada dua<br />electron ion permanganat dalam proses ini.<br />Melihat contoh ± contoh ini dapat ditarik kesimpulan umum dan dapatlah didefinisikan oksidasi<br />dan reduksi sebagai berikut :<br />Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu electron atau lebih dari dalam<br />zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,<br />Zat pengoksidasi dan zat pereduksi<br />Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi<br />diatas, besi(III)oksida merupakan oksidator.<br />Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari reaksi di atas, yang<br />merupakan reduktor adalah karbon monooksida.<br />Jadi dapat disimpulkan:<br />y<br />oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain,<br />y<br />reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lain<br /><br />Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.<br />Larutan KMnO4<br /><br />Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.<br /><br />Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:<br />y<br />5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O<br />Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan<br />permanganat.<br />Oksidasi dan Reduksi<br />a. Bilangan oksidasi<br /><br />Bilangan oksidasi adalah muatan formal atom dalam suatu molekul atau dalam ion yang dialokasikan sedemikian sehingga atom yang ke-elektronegativannya lebih rendah mempunyai muatan positif. Karena muatan listrik tidak berbeda dalam hal molekul yang terdiri atas atom yang sama, bilangan oksidasi atom adalah kuosien muatan listrik netto dibagi jumlah atom. Dalam kasus ion atau molekul mengandung atom yang berbeda, atom dengan ke- elektronegativan lebih besar dapat dianggap anion dan yang lebih kecil dianggap kation. Misalnya, nitrogen berbilangan oksidasi 0 dalam N2; oksigen berbilangan oksidasi -1 dalam O22-; dalam NO2nitrogen +4 dan oxygen -2; tetapi dalam NH3 nitrogen -3 danhidrogen +1. Jadi, bilangan oksidasi dapat berbeda untuk atom yang sama yang digabungkan dengan pasangan yang berbeda dan atom dikatakan memiliki muatan formal yang sama nilainya dengan bilangan oksidasinya. Walaupun harga nilai muatan formal ini tidak mengungkapkan muatan sebenarnya, namun nilai ini sangat memudahkan untuk untuk menghitung elektron valensi dan dalam menangani reaksi redoks.<br />b. Reaksi redoks<br /><br />Awalnya, oksidasi berarti pembentukan oksida dari unsurnya atau pembentukan senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan reduksi adalah kebalikan oksidasi. Definisi reduksi saat ini adalah reaksi yang menangkap elektron, dan oksidasi adalah reaksi yang membebaskan elektron.<br /><br />Oleh karena itu, suatu pereaksi yang memberikan elektron disebut reduktor dan yang menangkap elektron oksidator. Akibat reaksi redoks, reduktor mengalami oksidasi dan oksidator mengalami reduksi. Contohnya, dalam reaksi antara logam molibdenum dan gas khlor membentuk molibdenum pentakhlorida,<br />2 Mo + 5 Cl2 Mo2Cl10<br />molibdenum adalah reduktor dan berubah bilangan oksidasinya dari 0 menjadi +5 dan khlor<br />adalah oksidator dan berubah bilangan oksidasinya dari 0 ke -1.<br /><br />Bilangan oksidasi logam dalam senyawa logam transisi dapat bervariasi dari rendah ke tinggi. Bilangan oksidasi ini dapat berubah dengan reaksi redoks. Akibat hal ini, jarak ikatan dan sudut ikatan antara logam dan unsur yang terkoordinasi, atau antar logam, berubah dan pada saat tertentu keseluruhan struktur kompleks dapat terdistorsi secara dramatik atau bahkan senyawanya dapat terdekomposisi.<br /><br />Reaksi senyawa logam transisi dengan berbagai bahan oksidator atau reduktor juga sangat penting dari sudut pandang sintesis. Khususnya, reaksi reduksi digunakan dalam preparasi senyawa organologam, misalnya senyawa kluster atau karbonil logam.<br /><br />Sementara itu, studi transfer elektron antar kompleks, khususnya reaksi redoks senyawa kompleks logam transisi telah berkembang. Taube mendapat hadiah Nobel (1983) untuk studi reaksi transfer elektron dalam kompleks logam transisi dan mengklasifikasikan reaksi ini dalam dua mekanisme. Mekanisme transfer elektron dengan ligan jembatan digunakan bersama antara dua logam disebut denganmekanisme koordinasi dala m, dan mekanisme reaksi yang melibatkan transfer langsung antar logam tanpa ligan jembatan disebutmekanisme koordinasi<br />luar.<br />Mekanisme koordinasi dalambila [CoCl(NH3)5]2+ direduksi dengan [Cr(OH2)6]2+, suatu<br /><br />kompleks senyawa antara, [(NH3)5Co-Cl-Cr(OH2)5]4+, terbentuk dengan atom khlor membentuk jembatan antara kobal dan khromium. Sebagai akibat transfer elektron antara khromium ke kobalmelalui khlor, terbentuk [Co(NH3)5Cl]+, dengan kobal direduksi dari trivalen menjadi divalen, dan [Cr(OH2)6]3+, dengan khromium dioksidasi dari divalen menjadi trivalen. Reaksi seperti ini adalah jenis reaksi redoks melalui mekanisme koordinasi dalam. Anion selain halogen yang cocok untuk pembentukan jembatan semacam ini adalah SCN-, N3-, CN-,dsb.<br />Mekanisme koordinasi luar. Bila [Fe(phen)3]3+ (phen adalah ortofenantrolin) direduksi dengan<br /><br />[Fe(CN)6]4- , tidak ada jembatan ligan antar logam dan elektron berpindah dari HOMO Fe(II) ke LUMO Fe(III) dalam waktu yang sangat singkat dan kontak langsung antar dua kompleks. Akibat transfer elektron ini, terbentuk [Fe(phen)3]2+ dan [Fe(CN)6]3-. Reaksi seperti ini adalah reaksi redoks melalui mekanisme koordinasi luar, dan karakteristik sistem kompleks yang memiliki laju substitusi ligan yang sangat lambat dibandingkan dengan laju transfer elektron, khususnya dalam sistem yang memiliki ligan yang sama tetapi bilangan oksidasi yang berbeda, [Fe(CN)6]3- dan [Fe(CN)6]4- yang memiliki laju transfer elektron yang besar.<br />permanganometri<br /><br />Reads:<br />590<br />Uploaded:<br />03/18/2010<br />Category:<br />School Work > Essays & Theses<br />Rated:<br />599dd73ebb<br />ademaruli<br />Reading just got better!<br /><br />Welcome to Scribd's new HTML5 reading experience.<br /><br /> * Learn more<br /> * Change your reading preferences<br /><br />Share & Embed<br />Link / URL:<br />Embed Size & Settings:<br /><br /> * Width: Auto<br /> * Height: (proportional to specified width)<br /> * Start on page:<br /> * Preview View:<br /><br />More share options<br />Related<br /><br /> 1.<br /> 34 p.<br /><br /> Makalah Kimia Reaksi Redoks<br /><br /> Reads: 714<br /> 42 p.<br /><br /> Laporan Kimia Dasar I<br /><br /> Reads: 11776<br /> 12 p.<br /><br /> k-4<br /><br /> Reads: 272<br /> 2.<br /> 286 p.<br /><br /> Kelas11 Sma Kimia Eko Cahyono<br /><br /> Reads: 358<br /> 219 p.<br /><br /> Kelas X SMK Kimia Untuk Smk Ratna-...<br /><br /> Reads: 6623<br /> 7 p.<br /><br /> Soal Ujian Mid Semester Genap Kela...<br /><br /> Reads: 146<br /> 3.<br /> 15 p.<br /><br /> Permanganometri<br /><br /> Reads: 2673<br /> 12 p.<br /><br /> Khrom<br /><br /> Reads: 530<br /> 4 p.<br /><br /> Kimia 1982<br /><br /> Reads: 735<br /> 4.<br /> 6 p.<br /><br /> Luf<br /><br /> Reads: 483<br /> 7 p.<br /><br /> Soal Ulum Kelas 3 Reg Des 06<br /><br /> Reads: 3317<br /> 6 p.<br /><br /> Soal-Soal Kimia 1994<br /><br /> Reads: 76<br /> 5.<br /> 207 p.<br /><br /> Kelas XI Smk Kimia Kesehatan Zulfi...<br /><br /> Reads: 7959<br /> 9 p.<br /><br /> soal osn kimia 2006<br /><br /> Reads: 96<br /> 219 p.<br /><br /> Bahan Kimdas<br /><br /> Reads: 309<br /> 6.<br /> 219 p.<br /><br /> kimia dasar<br /><br /> Reads: 1478<br /> 1 p.<br /><br /> LID:BWG - VOR/DME RWY 21 (1006)<br /><br /> Reads: 0<br /> 1 p.<br /><br /> LID:MCI - RNAV (RNP) Z RWY 27 (100...<br /><br /> Reads: 0<br /> 7.<br /> 1 p.<br /><br /> LID:GPI - RNAV (RNP) Y RWY 02 (100...<br /><br /> Reads: 0<br /> 1 p.<br /><br /> LID:FCI - AFD (03JUN2010)<br /><br /> Reads: 0<br /> 4 p.<br /><br /> Bachelorette Party Game and Activi...<br /><br /> Reads: 0<br /> 8.<br /> 4 p.<br /><br /> ant-energy<br /><br /> Reads: 0<br /> 4 p.<br /><br /> computing-memory<br /><br /> Reads: 0<br /> 1 p.<br /><br /> Buy Order Purchase Tobramycin-And-...<br /><br /> Reads: 0<br /> 9.<br /> 3 p.<br /><br /> CREW: U.S. Department of Homeland ...<br /><br /> Reads: 0<br /><br />More from this user<br /><br /> 1.<br /> 13 p.<br /><br /> VISKOSITAS<br /><br /> From: ademaruli<br /><br /> Reads: 120<br /> 25 p.<br /><br /> KINETIKA REAKSI<br /><br /> From: ademaruli<br /><br /> Reads: 80<br /> 15 p.<br /><br /> permanganometri<br /><br /> From: ademaruli<br /><br /> Reads: 618<br /> 2.<br /> 22 p.<br /><br /> PTK 1<br /><br /> From: ademaruli<br /><br /> Reads: 215<br /> 13 p.<br /><br /> KEFIR<br /><br /> From: ademaruli<br /><br /> Reads: 249<br /><br />Login to Add a Scribble<br />Fachry Nge- Kamtizz<br />fkamtizz read this 1 day agoLearn more about Readcast.<br />muhammadabdullahmot<br />muhammadabdullahmot read this 3 days agoLearn more about Readcast.<br />Dianti 'Dianti' Dianti<br />dianti sasmita read this 4 days agoLearn more about Readcast.<br />john_smith00<br />john_smith00 read this 4 days agoLearn more about Readcast.<br />Print this document<br />High Quality<br /><br />Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).<br />Browser Printing<br /><br />Coming soon!<br />Print this document<br />High Quality<br /><br />Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).<br />Browser Printing<br /><br />Coming soon!<br />Your download will begin shortly...<br />But first, we need a bit more information. Import more of your profile information from Facebook to help use find more content that you'll be interested in and build your social network on and off Scribd.<br />No, thanks<br />Your download will begin shortly...<br />But first, we need a bit more information. Import more of your profile information from Facebook to help use find more content that you'll be interested in and build your social network on and off Scribd.<br />No, thanks<br />Transparent<br />Search Books, Presentations, Business, Academics...<br />Scribd<br /><br /> * About<br /> * Press<br /> * Jobs<br /> * Contact<br /> * Blog<br /> * Scribd Store<br /><br />Legal<br /><br /> * Terms - General<br /> * Terms - API<br /> * Terms - Privacy<br /> * Copyright<br /><br />Help & Tools<br /><br /> * Getting Started<br /> * Community Guidelines<br /> * Support & FAQ<br /> * Web Stuff<br /><br />Partners<br /><br /> * Partners / Publishers<br /> * Branded Reader<br /> * Developers / API<br /><br />Subscribe to Us<br /><br /> * On Scribd<br /> * On Twitter<br /> * On Facebook<br /><br />Enter your email address:<br /><br />or Spinner_mac_white<br />What's New<br /><br /> * We have updated our Terms of Service<br /> * Branded Reader<br /> * Multi-file Uploader<br /><br />scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-86714017657382879042010-05-23T07:02:00.001-07:002010-05-23T07:02:17.849-07:00Scribd<br /><br /> * Explore<br /> * Community<br /><br />Transparent<br />Search Books, Presentations, Business, Academics...<br /><br /> *<br /> * hlestyana<br /> o My Home<br /> o View Public Profile<br /> o My Documents<br /> o My Collections<br /> o Messages<br /> o Settings<br /> o Help<br /> o Log Out<br /><br /> <br />1<br />Top<br />Previous Page<br />Next Page<br /> / 14<br />Zoom Out<br />Zoom In<br />Fullscreen<br />Exit Fullscreen<br />Select View Mode<br />View Mode<br />BookSlideshowScroll<br />Readcast<br />Add a Comment<br />Embed & Share<br />Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what you're reading. Select the sites below and start sharing.<br />Check_27x27Transparent<br />Check_27x27Transparent<br />Check_27x27TransparentLink account<br />Transparent<br /><br />Readcast Complete!<br /><br />Click 'send' to Readcast!<br />edit preferences<br />Set your preferences for next time... Choose 'auto' to readcast without being prompted.<br />hlestyana<br />Link account<br />AdvancedCancel<br />Add a Comment<br />View commentsSpinner_24x24<br />Share & Embed<br />Link / URL:<br />Embed Size & Settings:<br /><br /> * Width: Auto<br /> * Height: (proportional to specified width)<br /> * Start on page:<br /> * Preview View:<br /><br />More share options<br />Add to Collections<br />Auto-hide<br /><br /><br /><br /><br />PENDAHULUAN<br />A. MINERAL<br /><br />Setiap orang memerlukan berbagai zat gizi, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Anak-anak sangat membutuhkan nutrisi untuk perkembangannya sedang orang dewasa membutuhkannya untuk menjaga tubuh tetap sehat. Zat gizi adalah bahan-bahan kimia dalam makanan yang memberikan energi bagi tubuh. Zat gizi dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah yang besar. Mikronutrisi adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit (hanya dalam ukuran miligram sampai mikrogram), seperti vitamin dan mineral (Anonim, 2009).<br /><br />Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memilili unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologis. Istilahmineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi (Anonim, 2008). Beberapa mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak seperti kalsium, fosfat, natrium, klorida, magnesium dan kalium, yakni sekitar (1- 2 gram/hari).<br /><br />Stabilitas mineral selama proses dan penyimpanan ternyata mineral lebih resistan dalam proses pabrik daripada vitamin. Factor-kaktor yang merugikan: panas, udara, cahaya, kelembaban (untuk tembaga, besi, dan seng).<br /><br />Bioavailabilitas dari mineral yaitu tingkat yang menunjukkan jumlah pencernaan nutrisi yang diabsorbsi dan tersedia untuk tubuh disebut bioaviabilitas. Bioavailabilitas mineral dipengaruhi oleh:<br />- Elemen di dalam makanan yang dapat secara kimia mengikat mineral (contoh:<br />oksalat pada baying).<br />- Bentuk kimia mineral (contoh: sulfat besi lebih bio-aviabel daripada besi<br />dasar).<br /><br />- Keberadaan vitamin mempertinggi bioavailabilitas mineral (contoh: vitamin C meningkatkan absorbsi besi, vitamin D mempertinggi absorbsi kalsium, fosfor, dan magnesium).<br />- Bentuk mineral dari sumber hewani lebih mudah diabsorbsi daripada mineral<br />yang berasal dari tumbuhan (tumbuhan mengandung ikatan sepertiphytates).<br /><br />Mineral dikelompokkan atas makromineral dan mikromineral (traceminerals). Makromineral adalah mineral yang ditemukan dalam jumlah besar di dalam tubuh. Kalsium dan fosfor adalah dua dari makro-mineral yang kita perlukan. Trace mineral ditemukan dalam jumlah kecil di tubuh kita dan sedikit diperlukan. Kita perlu memasukkan 9 trace mineral, yang mencakup besi dan seng.<br />Berikut ini tabel yang menunjukkan 16 mineral yang kita perlukan.<br />Lalu apa yang dilakukan mineral di dalam tubuh. Mineral bekerja melalui<br />dua jalan di dalam tubuh.<br />1. Mineral menyongkong sel dan struktur tubuh.<br />Sebagai contoh, kalsium dan fosfor membantu menguatkan tulang dan besi<br />sebagai bagian penting dalam sel darah merah.<br />2. Mineral juga berperan untuk mengatur banyak proses dalam tubuh kita.<br />Sodium dan potasium sangat penting bagi fungsi sistem nerves (nervous<br />system). Krom membantu menjaga kadar glukosa darah agar tetap normal.<br />Trace mineral selenium bekerja dengan vitamin E sebagai antioksidan: bebarapa<br />menjaga sel dari kerusakan yang ditimbulkan oksigen.<br />B. KALSIUM<br /><br />Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot, daya tahan tubuh, dan mempertahankan struktur normal sel.<br /><br />Kalsium berada di tulang dan gigi sebanyak 99%, sedangkan 1% sisanya bersirkulasi dalam darah dan sangat penting untuk kehidupan dan kesehatan. 1% keberadaan kalsium dalam darah merupakan jumlah yang sangat kecil. Dari 1% itu kalsium didistribusikan ke organ-organ lainnya dalam tubuh kita, seperti jantung, paru-paru, liver, usus, otak dan lainnya. Ketika 1% kalsium yang bersirkulasi dalam darah itu habis, maka ia mengambil kalsium dari tulang. Kalau pemenuhan kalsium dalam tubuh kita diabaikan alias tidak terpenuhi, maka lama kelamaan kadar kalsium dalam tulang dan gigi menyusut, hingga terjadilah yang namanya osteoporosis (keropos tulang). Akibat kekurangan asupan kalsium tidak hanya osteoporosis, tetapi lebih mencakup pada seluruh organ tubuh kita, hingga menimbulkan banyak sekali penyakit, antara lain: Hipertensi, stoke, jantung koroner, diabetes, pengapuran tulang, dll.<br /><br />Kalsium juga bisa membantu pembakaran lemak. Bahwa jika seseorang kurang mengkonsumsi kalsium maka tubuhnya akan menghasilkan calcitriol, yaitu hormon yang memperlambat proses pemecahan lemak di dalam tubuh. Sehingga dengan adanya kalsium dapat membantu pemecahan lemak sehingga tidak menyebabkan kegemukan. Kalsium juga mengurangi risiko beberapa jenis kanker usus besar. Penurunan risiko ini terjadi karena kalsium mampu mengikat lemak yang ada di saluran pencernaan. Sehingga kita tidak akan mendapat efek buruk dari lemak yang menumpuk di usus besar.<br /><br />Sumber kalsium terbagi dua, yaitu hewani dan nabati. Bahan makanan hewani yang mengandung kalsium antara lain adalah ikan, udang,susu, kuning telur, dan daging sapi. Akan tetapi jika dikonsumsi berlebihan bahan hewani ini, terutama daging sapi, bisa menghambat penyerapan kalsium, karena kadar proteinnya tinggi. Kandungan proteinnya yang tinggi akan meningkatkan<br /><br />keasaman (pH) darah. Guna menjaga agar keasaman darah tetap normal, tubuh terpaksa menarik deposit kalsium (yang bersifat basa) dari tulang, sehingga kepadatan tulang berkurang. Karena itu, sekalipun kaya kalsium, makanan hewani harus dikonsumsi secukupnya saja. Jika berlebihan, justru dapat menggerogoti tabungan kalsium dan mempermudah terjadinya keropos tulang. Sedangkan bahan makanan yang mengandung kalsium nabati bisa diperoleh dari sayuran daun hijau seperti sawi, bayam, brokoli,daun pepaya,daun singkong, daun labu. Selain itu biji-bijian (kenari, wijen, almond) dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (kedelai, kacang merah, kacang polo, tempe, tahu) (Anonim, 2007).<br />Lantas kalsium bagaimana yang baik?<br />•<br />Kalsium alami organik. Bahan utamanya dari tulang sumsum sapi segar,<br />menggunakan teknologi ekstraksi kalsium organik yang modern.<br />•<br /><br />Kadar kalsiumnya tinggi<br />Mencapai 4.000 mg/100g atau 40 kali lipat kandungan kalsium dalam susu<br />sapi.<br />•<br /><br />Daya serap tinggi<br />Diakui sebagai kalsium dengan kadar penyerapan tertinggi (95%) dan<br />sisanya 5% larut oleh air.<br />•<br /><br />Mengandung nutrisi yang lengkap<br />Selain mengandung bioorganik, kalsium juga mengandung fosfat, protein,<br />asam amino, vitamin, dan mikro molekul substance.<br /><br />Adanya kandungan kalsium dalam bahan makanan tersebut maka perlu diketahui mengenai stabilitas kalsium selama proses pengolahan bahan pangan. Untuk itu maka akan dibahas jurnal penelitian tentang “Pengaruh Pemanasan Terhadap Desorpsi Kalsium dari Blondo-Ca”.<br />PENGARUH PEMANASAN TERHADAP DESORPSI KALSIUM DARI<br />BLONDO-CA<br /><br />Blondo adalah protein kelapa yang berkualitas tinggi yang mengandung asam amino esensial dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan atau alternatif makanan bergizi tinggi serta harganya relatif lebih murah. Blondo dapat diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak kelapa dengan proses basah yakni proses ekstraksi minyak kelapa dari bahan santan kelapa. Proses ekstraksi teknik basah ini ini cukup bervariasi antara lain proses pengasaman, enzimatik, pancingan, mekanik, thermal dan lain sebagainya. Metode pancingan merupakan suatu metoda yang banyak disukai khususnya dengan tujuan .menghasilkan minyak kelapa virgin (virgin coconut oil, VCO), yakni minyak yang diolah tanpa perlakuan panas berlebihan atau tanpa penggunaan bahan kimia tambahan. Proses ini dilakukan hanya dengan menempatkan sejumlah minyak pemancing di atas permukaan krim santan pada perbandingan volume 1:3. Blondo dari hasil samping pembuatan minyak kelapa dengan metode pancingan memiliki kualitas baik sebagai sumber bahan pangan dengan pertimbangan blondo yang diperoleh terbebas dari penambahan zat-zat lain dari luar serta tidak menghasilkan perubahan karakteriisik (warna dan bau) yang berarti.<br /><br />Telah banyak dilakukan pemanfaatan blondo sebagai bahan makanan berkadar protein tinggi. Dalam makalah ini dibahas jurnal tentang pemanfaatan blondo sebagai bahan makanan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kalsium (Ca). Akan tetapi jumlah Ca alami pada blondo relatif masih rendah dan perlu diperkaya melalui penambahan Ca dari luar. Kalsium merupakan logam yang sangat elektropositif dan cenderung berikatan ionik. Kecenderungan berikatan ionik ini menyebabkan kalsium sulit membentuk senyawa kompleks. Umumnya logam alkali dan alkali tanah berikatan ionik sebagai akibat dari gaya elektrostatik. Namun ditinjau dari sifat logamnya maka kalsium masih mempunyai kemampuan untuk dapat membentuk senyawa kompleks. Sebagai mineral yang diperlukan dalam proses pertumbuhan manusia, maka kalsium erat hubungannya dengan protein. Apabila ditinjau dari struktur umum protein penyusun pada blondo, maka protein memiliki dua buah gugus yang cukup reaktif<br /><br />untuk berikatan dengan Ca(II) yaitu gugus -COO dan -NH3+. Telah dilakukan penelitian mengenai interaksi Ca(II) dengan blondo dari hasil samping pembuatan minyak kelapa dengan metode penggaraman dan pengasaman. Penelitian tersebut menguraikan analisis adsorpsi dan kuat ikatan antara blondo dengan Ca(II) dengan cara memvariasi jenis pelarut untuk melepaskan Ca(II) yang terikat pada blondo.Jurnal dalam makalah ini merupakan lanjutan dari penelitian tersebut,<br /><br />maka pada penelitian ini perlu dikaji kekuatan ikatan antara kalsium dengan blondo akibat perlakuan pemanasan. Hal ini sangat perlu dilakukan karena sebagian besar produk makanan yang mengandung kalsium tinggi umumnya tidak tahan terhadap pemanasan, dan jika dilakukan pemanasan maka kalsium diduga akan terdesorpsi kembali. Jika kalsium terlepas menjadi unsur bebas yakni Ca(II) maka penyerapan kalsium oleh tubuh tidak efektif. Selain itu, apabila tubuh mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium dalam bentuk Ca(II) maka kalsium akan melekat langsung ke tulang sehingga akan mempercepat proses kekeroposan tulang. Dengan demikian dari perlakuan pemanasan ini akan diketahui apakah kuat ikatan antara Ca(II) dengan blondo kuat atau lemah. Hal ini dapat dilihat dari konsentrasi Ca(II) yang terdesorpsi pada pelarutnya.<br />JURNAL PENELITIAN<br />Judul<br />Judul penelitiannya adalah “Pengaruh Pemanasan Terhadap Desorpsi Kalsium dari<br />Blondo-Ca”<br />Tujuan<br />Tujuan dari penelitian ini adalah mernpelajari fenomena adsorpsi kalsium yang<br />mungkin terjadi akibat pemanasan pada variasi temperatur.<br />Metode Penelitian<br />Bahan Penelitian<br /><br />Pada penelitian ini digunakan buah kelapa yang dipilih secara acak dan diperoleh dari pasar tradisional dengan kriteria kelapa yang berumur tua. Bahan untuk preparasi dan analisis produk terdiri dari CaCl2.2H2O sebagai kalsium yang diinteraksikan pada blondo, CaCO3 sebagai bahan untuk membuat larutan standar kalsium, HCl pekat dan aquades.<br />Alat Penelitian<br /><br />Peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari mesin pemarut kelapa, penyaring santan kelapa, pengaduk magnet/hot plate, alat-alat gelas, kertas saring, alat sentrifugasi. Untuk analisis digunakan instrumentasi spektroskopi serapan atom (Perkin Elmer3110).<br />Prosedur Penelitian<br />Proses Pembuatan Blondo<br /><br />Beberapa butir kelapa diparut dan diperas santannya dengan menggunakan air, kemudian didiamkan selama ± 2 jam sehingga terpisah menjadi 2 lapisan yang disebut skim (lapisan bawah) dan krim (lapisan atas). Lapisan skim dibuang, sedangkan lapisan krim ditambah dengan minyak kelapa dengan perbandingan volume 3 : 1 dan diaduk hingga merata. Sistem didiamkan selama satu malam dan akan menjadi tiga lapisan. Lapisan di bawah adalah limbah air dan dibuang, sedangkan dua lapisan yang di atas dipisahkan dengan jalan disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Dari hasil pemisahan sentrifugasi akan diperoleh minyak dan blondo. Selanjutnya blondo dicuci dengan air panas dan disaring. Blondo yang sudah dicuci kemudian dijemur hingga kering.<br />Pembuatan Larutan Kalsium<br /><br />CaCl2.2H2O ditimbang sejumlah 3,6696 g, kemudian diencerkan dengan aquades sebanyak 1000 ml maka diperoleh larutan kalsium dengan konsentrasi 1000 mg/L. Selanjutnya dibuat beberapa larutan kalsium dengan konsentrasi berturut-turut 100,200,300,400 dan 500 mg/L.<br />Pembuatan Larutan Standar Kalsium<br />CaCO3 ditimbang sejumlah 2,4970 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur<br />1000 ml dan ditambahkan dengan larutan HCl pekat sedikit demi sedikit hingga<br /><br />larut. Aquades selanjutnya ditambahkan sampai mencapai 1000 ml. Larutan standar kemudian dibuat menjadi beberapa larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/L. Masing-masing larutan dianalisis dengan alat SSA dan kemudian ditentukan kurva standar antara intensitas serapan lawan konsentrasi.<br />Kajian Adsorpsi Ca(II) pada Blondo<br />Dua gram blondo kering diinteraksikan dengan 100 mL larutan Ca(II) 100 mg/L<br /><br />dalam wadahbeaker dan ditutup. Campuran diaduk dengan pengaduk magnet selama 15 menit dan didiamkan selama satu malam. Setelah didiamkan satu malam, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh dianalisis dengan SSA. Perlakuan yang sama diulang dengan menggunakan larutan Ca(II): 200, 300, 400 dan 500 mg/L.<br />Kajian Desorpsi Ca(II) dari Blondo dengan Pemanasan<br /><br />Setiap blondo-Ca hasil dari penyaringan proses di atas ditambah dengan 500 ml akuades (sebagai larutan sampel). Larutan tersebut diambil masing-masing sebanyak 10 ml dan disaring. Hasil penyaringan diuji kadar Ca(II) dengan SSA sebagai titik awal dan sisa larutan sampel dipanaskan denganhot<br />plate/stirrerdengan tegangan 6 volt. Setiap kenaikan temperatur sebesar 100C<br /><br />dilakukan pencatatan waktu pemanasan, selanjutnya diambil sampel sebanyak 10ml untuk disaring dan ditentukan kadar Ca(II). Proses dilakukan sampai temperature mendekati titik didih air. Filtrat hasil dari pemanasan diukur kadar kalsium yang terdesorpsi dengan SSA. Selanjutnya dengan memplotkan adsorbansi yang diperoleh ke kurva standar, maka akan diketahui konsentrasi dari kalsium yang terdesorpsi.<br />Hasil dan Pembahasan<br />Hasil lnteraksi Ca(II) pada Blando<br /><br />Penambahan kalsium pada blondo yang dilakukan pada penelitian ini sejumlah 2g blondo untuk diinteraksikan dengan larutan Ca(II). Konsentrasi Ca(II) yang digunakan adalah 100, 200, 300, 400 dan 500 mg/L. Hasil analisis pengamatan adsorpsi Ca(II) yang diperoleh pada penelitian ini disajikan pada<br />Gambar 1. Grafik tersebut menggambarkan pengaruh konsentrasi awal Ca(II)<br />terhadap berat Ca(II) yang teradsorpsi pada blondo.<br /><br />Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa konsentrasi Ca(II) yang terikat pada blondo meningkat dengan bertambahnya konsentrasi awal Ca(II). Nilai optimum dari jumlah adsorpsi konsentrasi Ca(II) pada penelitian ini belum dapat ditentukan karena pada penelitian ini hanya menggunakan lima variasi konsentrasi Ca(II). Dari lima variasi konsentrasi Ca(II) tersebut belum ada nilai optimum adsorpsi berat Ca(II) pada blondo tetapi dapat dilihat bahwa kadar Ca(II) yang teradsorpsi dari konsentrasi awal Ca(II) 100-400mg/L berkisar antara 40- 50% sedangkan untuk konsentrasi awal Ca(lI) 500 mg/L yang teradsorpsi pada blondo hanya 35,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya konsentrasi awal kalsium tidak berpengaruh lagi terhadap Kadar Ca(II) yang teradsorpsi pada blondo.<br />Kajian Desorpsi Ca(II) dari Blondo-Ca<br />a. Penentuan desorpsi berat Ca(II) dari blondo-Ca<br /><br />Untuk mengembangkan pemanfaatan blondo-Ca lebih lanjut maka perlu dilakukan pengujian terhadap kekuatan ikatan antara Ca(II) pada blondo. Untuk mengetahui kekuatan ikatan Ca(II) pada blondo maka dipelajari<br />Makalah Mineral<br /><br />mineral-mineral<br />Reads:<br />3,654<br />Uploaded:<br />09/17/2009<br />Category:<br />Books - Non-fiction > Travel<br />Rated:<br />Report this document?<br /><br />Please tell us reason(s) for reporting this document<br /><br />Spam or junk<br /><br />Porn adult content<br /><br />Hateful or offensive<br /><br />If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these directions to submit a copyright infringement notice.<br /><br />Cancel<br />Cda8b67a2a<br />thebara007<br />Reading just got better!<br /><br />You're getting a sneak peak at Scribd's new HTML reading experience. Learn more about the future of reading.<br /><br /> * See this document in Flash mode<br /> * Change your reading preferences<br /><br />Share & Embed<br />Link / URL:<br />Embed Size & Settings:<br /><br /> * Width: Auto<br /> * Height: (proportional to specified width)<br /> * Start on page:<br /> * Preview View:<br /><br />More share options<br />Related<br /><br /> 1.<br /> 3 p.<br /><br /> Defisiensi n Tinkat Kecukupan Calc<br /><br /> Reads: 0<br /> 2 p.<br /><br /> Hub Kalsium Dan Kepadatan<br /><br /> Reads: 0<br /> 5 p.<br /><br /> Penuhi Kalsium Dari Berbagai Sumbe...<br /><br /> Reads: 0<br /> 2.<br /> 3 p.<br /><br /> mmt titik kritis<br /><br /> Reads: 0<br /> 7 p.<br /><br /> lansia<br /><br /> Reads: 0<br /> 49 p.<br /><br /> cdk_018_darah<br /><br /> Reads: 7492<br /> 3.<br /> 139 p.<br /><br /> Panduan Geoteknik 1<br /><br /> Reads: 7493<br /> 11 p.<br /><br /> Karya Tulis : Suplemen Kalsium<br /><br /> Reads: 507<br /> 61 p.<br /><br /> Cdk 044 Akupunktur<br /><br /> Reads: 5622<br /> 4.<br /> 61 p.<br /><br /> Cdk 055 Malaria (II)<br /><br /> Reads: 6460<br /> 11 p.<br /><br /> Pence Mar An Air<br /><br /> Reads: 408<br /> 238 p.<br /><br /> Kelas X SMK Kimia-Industri Suparni<br /><br /> Reads: 4296<br /> 5.<br /> 11 p.<br /><br /> Pencemaran air<br /><br /> Reads: 27261<br /> 16 p.<br /><br /> ZON SAM08 K.2<br /><br /> Reads: 814<br /> 77 p.<br /><br /> Cdk 045 Penyakit Menular<br /><br /> Reads: 6534<br /> 6.<br /> 26 p.<br /><br /> kel.6 hiperparatiroid<br /><br /> Reads: 246<br /> 65 p.<br /><br /> cdk_102_kardiovaskular<br /><br /> Reads: 1672<br /> 37 p.<br /><br /> Cdk 011 Ekologi & Kesehatan<br /><br /> Reads: 6759<br /> 7.<br /> 16 p.<br /><br /> Laporan Praktikum Laboratorium Lin...<br /><br /> Reads: 399<br /> 30 p.<br /><br /> DARPA CognitiveResearch GMU<br /><br /> Reads: 0<br /> 23 p.<br /><br /> Bridgewater Principles<br /><br /> Reads: 0<br /> 8.<br /> 2 p.<br /><br /> Untitled<br /><br /> Reads: 0<br /> 9 p.<br /><br /> Earn From Home<br /><br /> Reads: 0<br /> 27 p.<br /><br /> Stoichiometry<br /><br /> Reads: 0<br /> 9.<br /> 4 p.<br /><br /> Household Questionare 1<br /><br /> Reads: 0<br /><br />More from this user<br /><br /> 1.<br /> 14 p.<br /><br /> Makalah Mineral<br /><br /> From: thebara007<br /><br /> Reads: 3,639<br /><br />Add a Comment<br />Spinner_trans_gray<br />libasa<br />libasa read this about 11 hours agoLearn more about Readcast.<br />esafi_e read this 1 day agoLearn more about Readcast.<br />laksonow read this 4 days agoLearn more about Readcast.<br />nengyanhie<br />nengyanhie read this 5 days agoLearn more about Readcast.<br />mas adem<br />mas adem read this 05 / 13 / 2010Learn more about Readcast.<br />luma_yanti read this 05 / 12 / 2010Learn more about Readcast.<br />array78<br />array78 read this 05 / 10 / 2010Learn more about Readcast.<br /><br />smanalu left a comment<br /><br /> makalah mineral<br /><br />04 / 22 / 2010<br />ReplySpinner_mac_white<br />Report<br /><br />smanalu left a comment<br /><br /> makalah mineral<br /><br />04 / 22 / 2010<br />ReplySpinner_mac_white<br />Report<br />Print this document<br />High Quality<br /><br />Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).<br />Browser Printing<br /><br />Coming soon!<br />Print this document<br />High Quality<br /><br />Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).<br />Browser Printing<br /><br />Coming soon!<br />Add this document to your Collections<br />Transparent<br />Name:<br />Description:<br />Collection Type:<br />public locked: only you can add to this collection, but others can view it<br />public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions<br />private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it<br />Cancel<br />Finished? Back to Document<br />Add this document to your Collections<br />Transparent<br />Name:<br />Description:<br />Collection Type:<br />public locked: only you can add to this collection, but others can view it<br />public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions<br />private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it<br />Cancel<br />Finished? Back to Document<br />Transparent<br />Search Books, Presentations, Business, Academics...<br />Scribd<br /><br /> * About<br /> * Press<br /> * Jobs<br /> * Contact<br /> * Blog<br /> * Scribd Store<br /><br />Legal<br /><br /> * Terms - General<br /> * Terms - API<br /> * Terms - Privacy<br /> * Copyright<br /><br />Help & Tools<br /><br /> * Getting Started<br /> * Community Guidelines<br /> * Support & FAQ<br /> * Web Stuff<br /><br />Partners<br /><br /> * Partners / Publishers<br /> * Branded Reader<br /> * Developers / API<br /><br />Subscribe to Us<br /><br /> * On Scribd<br /> * On Twitter<br /> * On Facebook<br /><br />Enter your email address:<br /><br />or Spinner_mac_white<br />What's New<br /><br /> * We have updated our Terms of Service<br /> * Branded Reader<br /> * Multi-file UploaderUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-41831938365970061612010-05-23T06:57:00.001-07:002010-05-23T06:57:52.534-07:00Forgot Password? | Register<br /><br /> * Home<br /> o News and Info<br /> o Press Release<br /> o Events Schedule<br /> * About<br /> o Discography<br /> o Truth Cry and Lie<br /> o Don't Make Me Sad<br /> * Extended<br /> o Letto dan Turnamen Sepakbola<br /> o Letto Sebagai Inspirasi<br /> o Ringback Tone<br /> o Video<br /> * Community<br /> o Idea and Opinion<br /> o Blog<br /> o Forum<br /> * Photo<br /> * Merch<br /> * Wiki<br /><br />Contact | Archive<br /><br />Skip to content<br /><br /> * Board index ‹ Now U Know ‹ Kesehatan ‹ Kesehatan Gigi<br /> * Change font size<br /> * Print view<br /><br /> * Advanced search<br /> * FAQ<br /><br />Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br />Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi....<br /><br />Moderator: Charter Member<br />Post a reply<br />12 posts • Page 1 of 1<br />Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br /><br />Postby cici on 09 Dec 2007 12:42<br />Thread ini tentang kesehatan gigi masyarakat, bagaimana kesadaran tiap individu sangat penting utk kesehatannya, tidak bergantung pada perawatan medis.<br />Saya berharap thread ini bisa menjadi tempat utk bertukar pikiran atau diskusi.<br />Sengaja saya bedakan utk tiap bagian, agar nantinya diskusinya tidak tumpang tindih.<br />Semoga thread i bisa berguna utk kita semua,amiin<br />and we know that suffering is so much better<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Kesehatan gigi masyarakat<br /><br />Postby cici on 14 Dec 2007 13:43<br />Kesehatan gigi masyarakat meliputi empat tindakan :<br />1.Tindakan promotif (yaitu dengan cara memberikan pengertian tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi, melalui penyuluhan ke sekolah2, dll)<br />2.Tindakan preventif (yaitu pencegahan terhadap timbulnya penyakit dalam kesehatan gigi dan pencegahan agar penyakit tidak menjadi lebih parah maupun menular,misalnya melalui pemberian tablet fluor maupun kalsium, melapisi gigi dengan fluoride agar gigi lebih tahan terhadap kerusakan, dll)<br />3.Tindakan kuratif (yaitu melakukan perawatan terhadap gigi dan jaringan sekitarnya yg mengalami kerusakan akibat penyakit, trauma dll misalnya perawatan thd gigi berlubang, perawatan thd gigi patah, bibir sariawan, membersihkan karang gigi, dll)<br />4.Tindakan rehabilitatif(yaitu tindakan untuk memperbaiki dan pemeliharaan terhadap kesehatan gigi)<br /><br />Tindakan yg tersebut di atas sudah dilakukan dalam ruang lingkup wilayah kerja puskesmas maupun tempat praktek.<br />Kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan dalam kesehatan gigi. Karena itu tindakan promotif harus selalu dilakukan.<br />and we know that suffering is so much better<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Re: Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br /><br />Postby yuLLi on 23 Jan 2008 20:44<br />wah, bagus....bagus...mbk<br />gini mbk da mo ta tanyain, gmna biar adek2 kecil mw menyikat gigi yang bnar?<br />soalna yang biasa dilakukan adek2 tu sikat gigina yang disikat gigi depan ja<br />srek....srek...srek...slese ;D<br />truz knapa adek2 kecil tu suka 'bugis' (lubang pada bag dpn gigi), apa makanan maniz bisa membuat gigi bugis<br />tapi knapa walopun sama2 suka makan permen da adek yang satu bugis tapi yang satu gag<br /><br />tengkiu ya mbak<br />;)<br /><br />User avatar<br />yuLLi<br /> Ketua RT<br /> <br /> Posts: 139<br /> Joined: 05 Dec 2007 14:44<br /> Location: surabaya<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Re: Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br /><br />Postby cici on 24 Jan 2008 14:03<br />agar anak2 bisa menyikat gigi dengan benar, maka perlu diberikan contoh berupa model gigi dan melakukan tehnik penyikatan gigi pada model tersebut.tak lupa kita kadang harus ikut memegang tangan anak dan memberi contoh langsung gerakan sikat gigi pada anak.<br />jika sedang memberi instruksi gerakan sikat gigi, kalo bisa dilakukan didepan cermin, sehingga anak bisa langsung melihat cara menyikat giginya tidak hanya merasakannya.<br />untuk mengetes bersih tidaknya, ada bahan khusus yg disebut disclosing agents, namun, untuk lebih murah dapat digunakan pewarna kue (pada saat pemberian instruksi).<br />caranya, sebelum diberi contoh, anak diminta membersihkan giginya,setelah selesai, kita oleskan pewarna kue pada gigi dan gusi sekitarnya. jika warna tampak pada gigi dan tebal, maka plak pada gigi masih ada.selanjutnya pasien diberi contoh menyikat gigi yg baik.sering kita harus memegang tangan anak dan menggerakkannya.jika cara menyikat gigi sudah benar, pewarna kue akan ikut dibersihkan dan warnanya hilang.<br />and we know that suffering is so much better<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Re: Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br /><br />Postby yuLLi on 25 Jan 2008 21:22<br />loh mbak yang membwd gigi adek gigis belum dijawab....<br />;D ;D<br /><br />User avatar<br />yuLLi<br /> Ketua RT<br /> <br /> Posts: 139<br /> Joined: 05 Dec 2007 14:44<br /> Location: surabaya<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Re: Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br /><br />Postby cici on 27 Jan 2008 09:48<br />oya, gigis yah.<br />kalo gigis (rampant caries), itu penyebabnya karena asupan karbohidrat yg tinggi, biasanya sebelum tidur, anak2 diberi susu sampe bobok, itu g baik, sebaiknya diberi susu sebelum bobok, baru ditidurkan.<br />bisa juga karena kebiasaan makan yg manis2, berlebihan, dan kurang pedulinya orang tua ttg kesehatan gigi susu, bahwa kesehatan gigi susu sangat penting,dan jarang ortu menyikat gigi anak sebelum tidur.<br />kalo gigi susu rusah sedikit harus segera ditangani, kalo ga, gampang bgt rusaknya.<br />wass<br />and we know that suffering is so much better<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />kenapa periksa 6 bulan sekali?<br /><br />Postby cici on 28 Mar 2008 20:18<br />Idealnya, kontrol adalah tiap 6 bulan sekali.<br />Kenapa?karena pembentukan karang gigi atau gigi berlubang memerlukan waktu kurang lebihnya segitu.<br />Bisa juga waktu kontrol ke dokter gigi dipersingkat menjadi 3 bulan sekali, ini dengan catatan bahwa seseorang beresiko tinggi memiliki tingkat kecepatan pembentukan karang gigi atau gigi berlubang dan penyakit mulut lainnya lebih besar daripada yang lain....misalnya memiliki penyakit diabetes (resiko karang gigi dll lebih besar), perokok yg sgt aktif, orang yg memiliki kecenderungan memiliki gigi berlubang (akibat pengaruh diet, struktur gigi rapuh,dll.<br /><br /><br />6 bulan sekali atau 3 bulan sekali ditentukan dg melihat kondisi pasien...<br />and we know that suffering is so much better<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Masalah Gigi & Mulut, Gerbang Kedatangan Penyakit<br /><br />Postby cici on 04 Apr 2008 11:36<br />Masalah Gigi & Mulut, Gerbang Kedatangan Penyakit <br /><br /><br />Kesehatan gigi dan mulut hingga kini masih belum menjadi perhatian utama. Akibatnya, gigi berlubang atau karies menjadi masalah umum yang dihadapi sebagian besar masyarakat. Padahal kondisi ini menjadi gerbang beragam penyakit.<br />Mengabaikan kesehatan gigi dan mulut berarti membuka gerbang terserang berbagai penyakit. Selama ini penanganan masalah gigi masih sebatas menambal lubang gigi. Tindakan tersebut sudah dianggap mampu mengontrol karies. Padahal itu belum cukup mengatasi masalah secara menyeluruh.<br />"Penyakit karies atau gigi berlubang merupakan penyakit infeksi yang umum di dunia dan ditemukan pada 95 persenjumlah penduduk dunia," ujar Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Sri Angky Soekanto DDS PhD di selasela penandatanganan kerja sama antara LOTTE dan FKG UI di Jakarta, belum lama ini.<br />Angka kerusakan gigi di Indonesia berdasarkan survei kesehatan yang dilakukan Departemen Kesehatan RI pada 2001 menemukan sekitar 70 persen penduduk Indonesia berusia 10 tahun ke atas pernah mengalami kerusakan gigi.Pada usia 12 tahun, jumlah kerusakan gigi mencapai 43,9 persen, usia 15 tahun mencapai 37,4 persen, usia 18 tahun 51,1 persen, usia 35-44 mencapai 80,1 persen, dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7 persen.<br />Data ini tentu saja tidak bisa dianggap enteng. Hal ini karena beberapa penyakit berbahaya seperti jantung, paru-paru, berat bayi lahir yang rendah, kelahiran prematur, dan diabetes bisa diawali dari masalah kebersihan gigi dan mulut. Penyakit periodontal atau penyangga gigi dan karies lanjut pada seseorang lebih ditentukan oleh faktor genetik, respons seseorang, lingkungan, kebiasaan, dan faktor risiko yang diperoleh.<br />Pada penyakit periodontal, bakteri yang menempel di gigi dan gusi akan berpengaruh ke pembuluh darah. Gangguan itu menyebabkan pelebaran pembuluh darah karena adanya bakteri yang masuk dalam aliran darah. Infeksi dapat merangsang senyawa tubuh tertentu untuk mengeluarkan pertahanan tubuh sehingga akan memengaruhi pembuluh darah. Akibatnya, terjadi peningkatan risiko penyakit sistemik, termasuk penyakit jantung koroner. (Penyakit periodontal adalah penyakit yang menyerang jaringan penyangga gigi, misalnya gusi, akar gigi, serabut akar gigi, dan jaringan tulang di sekitar gigi).<br />Kesehatan gigi juga berpengaruh terhadap janin yang dikandung ibu hamil. Karies gigi (gigi berlubang) yang menjadi tempat bagi masuknya kuman akan menyebabkan terjadinya infeksi selaput ketuban. Akibatnya, ketuban pecah sebelum waktunya.<br />Selain risiko lahir prematur, infeksi kuman juga menyebabkan berbagai dampak lain seperti pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, dan mudah terserang penyakit karena sistem imunitas belum terbentuk sempurna.<br />Risiko kematian pada bayi pun mengintai lantaran belum siap hidup di luar rahim dengan paru-paru dan hati yang belum matang. Sementara sistem imunitasnya pun belum terbentuk sempurna. "Oleh karena itu, penting mencegah gigi berlubang sejak dini dengan melakukan perawatan kesehatan sehari-hari," ungkap Angky.<br />Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari sikat gigi teratur, dental floss, obat kumur, mousse gel, dan chewing gum. Peneliti dari Bagian Biologi Oral FKG UI Prof Elza I Auerkari DDS MBIOMED PhD menyarankan, di samping bahan flouride,xylitol pun bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi.<br />"Keduanya menjadi adiktif yang efektif mengurangi karies," kata Prof Elza, seraya menambahkan proses karies bisa terjadi akibat gaya hidup dan sosial-ekonomi.<br />Xylitol merupakan bahan yang bermanfaat untuk menekan jumlah bakteri Mutans S- salah satu kuman penyebab karies gigi-, menghambat pertumbuhan plak, menekan keasaman plak, dan mempercepat proses pembentukan kembali mineral gigi (remineralisasi). Selain itu, xylitol mampu menstimulasi produksi air liur sehingga baik dikonsumsi oleh orang yang mulutnya cenderung kering. Apalagi, bahan yang satu ini merupakan sejenis pemanis alami.<br />Xylitol terdapat dalam serat beberapa jenis buah dan sayuran seperti plum, raspberi, stroberi, kembang kol, dan bayam.<br />(pdgi-online)<br />and we know that suffering is so much better<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Dental<br /><br />Postby irin on 06 May 2008 04:53<br />Maap, aku pernah sakit gigi juga tapi meski dah aku obati rasa sakitnya belum berkurang juga. Gmana nich?<br />Thanks<br />aku semakin ingin memaknai lakonku<br /><br />irin<br /> Sekretaris Desa<br /> <br /> Posts: 881<br /> Joined: 10 Apr 2008 12:43<br /> Location: medion<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Re: Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br /><br />Postby cici on 07 May 2008 12:30<br />dicari dahulu pnyebab sakit giginya apa, br ntar perawatannya bs ditentukan..<br />kalo berlubang..perlu dirawat<br />kalo tinggal sisa akar atau gigi udah goyang, perlu dicabut<br />makasih<br />and we know that suffering is so much better<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Re: Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br /><br />Postby cici on 08 May 2008 13:29<br />Jenis teh<br />Pada dasarnya, teh diproses menjadi tiga jenis yaitu teh hijau , teh hitam , dan teh oolong . Lebih dari tiga perempat teh dunia diolah menjadi teh hitam, salah satu jenis yang paling digemari di Amerika, Eropa, dan Indonesia . Cara pengolahannya, daun dirajang dan dijemur dibawah panas matahari sehingga mengalami perubahan kimiawi sebelum dikeringkan. Perlakuan tersebut akan menyebabkan warna daun menjadi coklat dan memberikan cita rasa teh hitam yang khas.<br />Teh hijau, jenis teh tertua, amat disukai terutama di Jepang dan Cina. Pada pembuatannya, daun teh sedikit mengalami proses pengolahan, yaitu hanya pemanasan dan pengeringan sehingga warna hijau daun dapat dipertahankan. Teh oolong lebih merupakan jenis peralihan antara teh hitam dan teh hijau. Umumnya teh oolong diproduksi dan dikonsumsi di selatan Cina dan Taiwan . Pada teh oolong, dengan adanya proses fermentasi, terdapat cita rasa dan karakteristik tersendiri. Meskipun demikian, ketiga jenis teh tersebut memiliki khasiat dan potensi kesehatan yang sama.<br />Kandungan bahan aktif Dalam teh<br />Teh mengandung komponen volatile sebanyak 404 macam dalam teh hitam dan sekitar 230 macam dalam teh hijau. Komponen volatile tersebut berperan dalam memberikan cita rasa yang khas pada teh.<br />Komponen aktif yang terkandung dalam teh, baik yang volatile maupun yang nonvolatile antara lain sebagai berikut.<br />1. polyphenols (10_25%)<br />2. methylxanthines<br />3. asam amino<br />4. peptida<br />5. komponen organik lain<br />6. tannic acids (9_20%)<br />7. vitamin C (150_250 mg%)<br />8. vitamin E (25_70 mg%)<br />9. vitamin K (300_500 IU/g)<br />10. ß-carotene (13_20%)<br />11. kalium (1795 mg%)<br />12. magnesium (192 mg%)<br />13. mangan (300_600 ug/ml)<br />14. fluor (0,1_4,2 mg/L)<br />15. zinc (5,4 mg%)<br />16. selenium (1,0_1,8 ppm%)<br />17. copper (0,01 mg%)<br />18. iron (33 mg%)<br />19. calcium (7 mg%)<br />20. caffein (45_50 mg%)<br />Mineral<br />Ternyata teh cukup banyak mengandung mineral, baik makro maupun mikro yang banyak berperan dalam fungsi pembentukan enzim di dalam tubuh sebagai enzim antioksidan dan lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teh merupakan sumber mineral yang menyehatkan.<br />Manfaat teh terhadap kesehatan<br />Menurunkan risiko penyakit kanker<br />Menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular<br />Menurunkan berat badan<br />Mencegah osteoporosis<br />Sumber mineral<br />Teh ternyata menyimpan potensi sebagai sumber mineral tubuh yang penting dalam berbagai proses metabolisme. Kandungan mineral tersebut muncul baik berupa makro maupun trace mineral. Keduanya sangat diperlukan sebagai nutrisi bagi tubuh sehingga kecukupan dalam makanan sehari-hari perlu diperhatikan.<br />Magnesium yang terkandung dalam jumlah yang cukup banyak dalam teh penting dalam peranannya pada reaksi seluler. Selain itu, magnesium terlibat dalam 300 macam enzim dalam metabolisme tubuh, di samping berperan sebagai pengatur elektrolit tubuh, hormon receptor, metabolisme vitamin D, dan pembentukan tulang. Teh berpotensi sebagai sumber magnesium bagi tubuh.<br />Kalium yang merupakan mineral utama dalam menjaga keseimbangan elektrolit tubuh turut berperan pula dalam metabolisme energi, transportasi membran, dan mempertahankan permeabilitas sel. Selain itu, kalium berfungsi dalam menyampaikan pesan syaraf otot ( neuromuscular ). Teh memiliki banyak kandungan mineral ini.<br />Fluor telah diketahui banyak terdapat dalam teh dan fungsinya penting dalam mempertahankan dan menguatkan gigi agar terhindar dari karies. Studi laboratorium di Jepang menemukan bahwa teh membantu mencegah pembentukan plak gigi dan membunuh bakteri mulut penyebab pembengkakan gusi.<br />Natrium juga terkandung di dalam teh sebagai salah satu mineral utama. Seperti halnya kalium, fungsi natrium dalam tubuh berperan erat dalam mengatur keseimbangan elektrolit.<br />Kalsium merupakan mineral penting dalam proses pembentukan tulang. Mineral ini diduga turut berperan dalam memperbaiki tulang para konsumen teh.<br />Dalam teh juga terkandung unsur Fe , namun bioavailability -nya kurang sehingga tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara maksimal.<br />Seng penting peranannya dalam proses metabolisme tubuh dan berperan erat dalam pertumbuhan dan perkembangan, sintesis vitamin A, sistem immune tubuh dan pembentukan enzim pemunah radikal bebas. Kandungan seng yang cukup tinggi merupakan salah salah satu keunggulan teh.<br />Mangan merupakan ko-enzim berbagai metallo enzim dan juga sebagai enzim aktivator. Metallo enzim tersebut (MnSOD) berperan penting dalam menghancurkan radikal bebas. Konsentrasinya yang relatif tinggi mampu menyumbang 10% kebutuhan tubuh.<br />Cu semakin penting peranannya dalam berbagai metabolisme tubuh dan salah satu fungsinya sebagai pemusnah radikal bebas. Mengingat peranannya sebagai enzim antioksidan tersebut, kandungan Cu dalam teh berpotensi menurunkan peluang terkena penyakit degenaratif.<br />Trace mineral lain yang terkandung dalam teh adalah selenium yang merupakan salah satu mineral yang berperan dalam pembentukan enzim antioksidan _ glutation peroxidase . Selain itu, selenium juga sangat erat hubungannya dengan metabolisme yodium.<br />and we know that suffering is so much better<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Re: Dental Public Health (kesehatan gigi masyarakat)<br /><br />Postby cici on 01 Feb 2009 04:31<br />duh maap ya..q lama g posting<br />q g nyangka kerja di puskesmas bs agak sibuk juga<br /><br />oke..ada yg request membahas tentang fissure sealant dan aplikasi fluor pada gigi.<br /><br />sebelumnya kita ngomongin tentang melindungi gigi dari karies aja dulu. hm...kayaknya aq pernah mbahas ttg ini ya?? :-?<br />gapapa deh dibahas lg..kalo belom dibahas ya ... hehe di bahas sekarang lah<br /><br />Gigi bs dilindungi dr karies dengan fluoridasi baik itu secara topikal (langsung pada giginya) maupun secara sistemik (pemberian melalui saluran cerna).<br />beberapa tahun sebelumnya gigi bs dilindungi dengan menambal mahkota gigi bagian atas (pada gigi geraham) dengan cara mengurangi sebagian gigi dan menambalnya dengan tumpatan laser.namun di masa sekarang telah digunakan bahan tambalan yg langsung melindungi gigi tanpa harus mengebor gigi tersebut, dan bahan tambalan tersebut sudah menagndung fluoride. Tindakan seperti ini disebut fissure sealant...yaitu salah satu aplikasi pemberian floride secara topikal.<br />Selanjutnya melindugi gigi dari karies dapat dilakukan secara sistemik.misalnya makan atau minum minuman yg mengandung fluor, misalnya susu, sayur, keju, dll.Kedua meminum air minum yg mengandung fluor.ketiga penggunaan tablet fluor.ada juga penelitian yg menyebutkan beberapa jenis minuman keras dan rokok juga mengandung fluor dalam jumlah sedikit (tp aq g recommended yah)<br />Lalu aplikasi fluoride secara topikal juga bervariasi,misalnya penggunaan pasta gigi berfluoride; obat kumur yg mengandung fluor; aplikasi fluoride langsung pada gigi (berupa gel, krim atau cairan); dan pemakaian bahan tumpatan tertentu utk melidungi gigi dr karies (bahan fissure sealants).<br />aq pernah baca jurnal ttg udara yg mengandung fluor...tp lupa judulnya; bahwa dalam udara juga terdapat fluor dalam kadar tertentu yg berbeda- beda menurut letak wilayahnya.. seru gak tuh?<br /><br />nah, sekalian aja aq mau bahas ttg tehnik fissure sealants.<br />1.Gigi yg akan mendapat fissure sealant dibersihkan dulu dengan bur karet dan bur sikat.<br />2.Aplikasi dentin conditioner (utk menghilangkan kotoran/debris)<br />3.(bilas gigi tersebut, pasien kumur, keringkan gigi sedikit), lalu isolasi daerah kerja dengan kapas agar gigi tidak terkena air ludah<br />4.aplikasi bahan fissure sealants, ratakan, lalu dibiarkan kering sampai beberapa detik.<br /><br />User avatar<br />cici<br /> Charter Member<br /> Charter Member<br /> <br /> Posts: 911<br /> Joined: 29 Sep 2007 14:16<br /> Location: indonesia<br /><br /> * YIM<br /><br />Top<br />Display posts from previous: Sort by<br />Post a reply<br />12 posts • Page 1 of 1<br /><br />Return to Kesehatan Gigi<br />Jump to:<br /><br /> * Board index<br /> * The team • Delete all board cookies • All times are UTC + 7 hours<br /><br />Powered by phpBB © 2000, 2002, 2005, 2007 phpBB Group<br /> <br />feed image<br />About Us | FAQs | Terms of Use | Online Privacy Policy | Permissions and Trademarks | Send Feedback<br />Copyright © 2008 Letto. All rights reserved.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-4715914326481775602010-05-23T06:53:00.000-07:002010-05-23T06:56:51.125-07:00Snap Shots Options [Make this Shot larger] [Close]<br />Options<br />Disable<br />Get Free Shots<br /> <br /> <br />Close<br />Snap Shares for charity<br /><br /> * Home<br /> * Rules<br /> * Chemistry E-book<br /> * RSS<br /><br />Kucing's Blog<br />Kucing's Blog<br />Berbagi itu Indah<br /><br />Hey there! Thanks for dropping by Kucing's Blog! Take a look around and grab the RSS feed to stay updated. See you around!<br /><br /> * E-book<br /> * makalah<br /> * praktikum<br /> * Uncategorized<br /><br />SELENIUM SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT<br />Filed Under: Uncategorized by adee13 — Leave a comment<br />5 May 2010<br /><br />SELENIUM SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN HUBUNGANNYA<br /><br />DENGAN PENYAKIT<br /><br />Disusun oleh : Aprina Rahmi Utami / 1408 100 009<br /><br />Selenium merupakan mineral penting yang berfungsi untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. Sebagai bagian dari enzim anti oksidan, Selenium berperan dalam sistem pertahanan tubuh. Dalam kapasitas anti oksidannya, selenium bekerja sama dengan vitamin E untuk mencegah terjadinya kerusakan sel tubuh.<br /><br /> 1. 1. Influenza<br /><br />Virus influenza mempunyai kemampuan untuk mengubah protein permukaanya (hemaglutinin/HA dan neurominidase/NA) untuk menghindar dari deteksi sistem immune. Perubahan sedikit saja dari HA dan NA membuat virus tersebut dapat terhindar dari deteksi.<br /><br />Efek ini telah dibuktikan oleh peneliti di University of North Carolina. Mereka membandingkan tikus yang mengalami defisiensi selenium dengan yang tidak, semua tikus terekspos human influenza virus. Tikus dengan defisiensi selenium yang diinfeksi dengan strain virus influenza yang ringan (A/Bangkok/1/29) mengalami radang paru (pneumonitis) berat. Penelitian pada mRNA virus yang mengkode protein permukaan (HA dan NA) menunjukkan adanya perubahan pada matrix protein sebanyak 29 nukleotide. Perubahan nucleotide ini menyebabkan perubahan 6 asam amino.<br /><br /> 1. 2. Kanker<br /><br />Studi geografi secara konsisten memperlihatkan bahwa populasi yang tinggal di daerah dengan kadar selenium pada tanah yang rendah menyebabkan intake selenium relatif rendah dan mempunyai angka mortalitas kanker yang lebih tinggi. Studi epidemiologi menunjukkan individu dengan kadar selenium yang rendah (pada darah dan kuku) mempunyai insiden kanker yang lebih tinggi. Tetapi kecenderungan ini tidak begitu nyata pada perempuan, contohnya, studi prosfektif pada 60.000 perawat perempuan di U.S menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar selenium dengan risiko kanker. Infeksi kronis virus hepatitis B dan C secara signifikan meningkatkan risiko kanker hepar, contohnya, studi yang dilakukan pada orang laki-laki di Taiwan menunjukkan penurunan kadar selenium berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker hepar. Kadar selenium yang rendah juga berhubungan dengan meningkatnya risiko mendapat kanker paru-paru, terutama pada perokok. Individu dengan intake selenium sebesar 159 mcg/hari risiko untuk mendapat kanker prostat hanya 35% dibandingkan dengan individu dengan intake selenium 86 mcg/hari.<br /><br />Beberapa mekanisme telah diketahui dalam mencegah kanker, yaitu:<br /><br />………………………………………………………………………<br /><br />download here<br /><br />http://3b314786.linkbucks.com<br />Tags: selenium anti oksidan<br />Comments RSS feed<br />Leave a Comment:<br />(... Or click here to cancel reply.)<br /><br />Name (required)<br /><br />Email (required)<br /><br />Website<br /><br />Enter your comments here...<br /><br />Notify me of follow-up comments via email.<br /><br />Subscribe by email to this site<br /><br /> *<br /> Recent Posts<br /> o Biodiversity and Natural Product Diversity<br /> o liquid-liquid extraction<br /> o Secrets to Creating Chemistry (Nlp, Relationship)<br /> o A GUIDEBOOK TO MECHANISM IN ORGANIC CHEMISTRY<br /> o Modul Praktikum Inversi Gula<br /> *<br /> Archives<br /> o May 2010<br /> *<br /> *<br /> RSS KOMPAS.com – Nasional<br /> o Satu Lagi, Pemimpin Nasional dari Blitar<br /> o Menang, Anas Rangkul Andi dan Marzuki<br /> o Dikeroyok, Anas Tetap Menang<br /> o Pembesuk Susno Harus Bawa Surat Izin<br /> o Dikira Bom Ternyata Cuma Tas<br /> *<br /> RSS tvOne – WebNews<br /> o Anas Pimpin Demokrat<br /> o Perolehan Suara Anas Ungguli Marzuki Alie<br /> o Kontrak Franck Ribery Diperpanjang Hingga 2015<br /> o Penghitungan Suara Anas-Marzuki Bersaing Ketat<br /> o Barcelona Siapkan Rp 352 Miliar Tarik Masuk Cesc Fabregas<br /> *<br /> wordpress blog stats<br /> View My Stats<br /><br /> *<br /> Friends & links<br /> o Development Blog<br /> o Documentation<br /> o Plugins<br /> o Suggest Ideas<br /> o Support Forum<br /> o Themes<br /> o WordPress Planet<br /><br /> *<br /> Pages<br /> o Chemistry E-book<br /> o Rules<br /><br /> *<br /> Monthly archives<br /> o May 2010<br /><br />Blog at WordPress.com. | Theme: Motion by 85ideas.<br />[ Back to top ]Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-57518229491399747342010-05-23T06:27:00.001-07:002010-05-23T06:28:10.738-07:00Snap Shots Options [Make this Shot larger] [Close]<br />Options<br />Disable<br />Get Free Shots<br /> <br /> <br />Close<br />Snap Shares for charity<br />Murdiah's Blog<br />Just another WordPress.com weblog <br /><br /> * About<br /><br />Oleh: murdiah | November 7, 2009<br />Perkakas ‹ Murdiah’s Blog — WordPress<br /><br /><br />v\:* {behavior:url(#default#VML);}<br />o\:* {behavior:url(#default#VML);}<br />w\:* {behavior:url(#default#VML);}<br />.shape {behavior:url(#default#VML);}<br /><!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:”Cambria Math”; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:”"; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:IN;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-hansi-font-family:Calibri;} @page Section1 {size:450.75pt 450.75pt; margin:56.7pt 56.7pt 49.65pt 56.7pt; mso-header-margin:35.45pt; mso-footer-margin:35.45pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –><br />/* Style Definitions */<br />table.MsoNormalTable<br />{mso-style-name:”Table Normal”;<br />mso-tstyle-rowband-size:0;<br />mso-tstyle-colband-size:0;<br />mso-style-noshow:yes;<br />mso-style-priority:99;<br />mso-style-qformat:yes;<br />mso-style-parent:”";<br />mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;<br />mso-para-margin:0in;<br />mso-para-margin-bottom:.0001pt;<br />mso-pagination:widow-orphan;<br />font-size:10.0pt;<br />font-family:”Calibri”,”sans-serif”;}<br /><br />Belerang<br /><br />Sejarah<br /><br />Menurut Genesis, belerang sudah lama dikenal oleh nenek moyang sebagai batu belerang.<br /><br />Sumber<br /><br />Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus.<br /><br />Belerang terjadi secara alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfir tersebar di alam sebagai pirit, galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit dan lain-lain.<br /><br />Pembuatan<br /><br />Belerang dihasilkan secara komersial dari sumber mata air hingga endapan garam yang melengkung sepanjang Lembah Gulf di Amerika Serikat. Menggunakan proses Frasch, air yang dipanaskan masuk ke dalam sumber mata air untuk mencairkan belerang, yang kemudian terbawa ke permukaan.<br /><br />Belerang juga terdapat pada gas alam dan minyak mentah, namun belerang harus dihilangkan dari keduanya. Awalnya hal ini dilakukan secara kimiawi, yang akhinya membuang belerang. Namun sekarang, proses yang baru memungkinkan untuk mengambil kembali belerang yang terbuang. Sejumlah besar belerang diambil dari ladang gas Alberta.<br /><br />Sifat-sifat<br /><br />Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam air tapi mudah larut dalam CS2 (karbon disulfida). Dalam berbagai bentuk, baik gas, cair maupun padat, unsur belerang terjadi dengan bentuk alotrop yang lebih dari satu atau campuran. Dengan bentuk yang berbeda-beda, akibatnya sifatnya pun berbeda-beda dan keterkaitan antara sifat dan bentuk alotropnya masih belum dapat dipahami.<br /><br />Pada tahun 1975, ahli kimia dari Universitas Pensilvania melaporkan pembuatan polimer belerang nitrida, yang memiliki sifat logam, meski tidak mengandung atom logam sama sekali. Zat ini memiliki sifat elektris dan optik yang tidak biasa.<br /><br />Belerang dengan kemurnian 99.999+% sudah tersedia secara komersial.<br /><br />Belerang amorf atau belerang plastik diperoleh dengan pendinginan dari kristal secara mendadak dan cepat. Studi dengan sinar X menunjukkan bahwa belerang amorf memiliki struktur helik dengan delapan atom pada setiap spiralnya. Kristal belerang diduga terdiri dari bentuk cincin dengan delapan atom belerang, yang saling menguatkan sehingga memberikan pola sinar X yang normal.<br /><br /> <br /> <br /><br />Keterangan Umum Unsur<br /><br />Nama, Lambang, Nomor atom<br /> <br /><br />sulfur, S, 16<br /><br />Deret kimia<br /> <br /><br />nonmetals<br /><br />Golongan, Periode, Blok<br /> <br /><br />16, 3, p<br /><br />Penampilan<br /> <br /><br />kuning lemon<br /><br />Massa atom<br /> <br /><br />32.065(5) g/mol<br /><br />Konfigurasi elektron<br /> <br /><br />[Ne] 3s2 3p4<br /><br />Jumlah elektron tiap kulit<br /> <br /><br />2, 8, 6<br /><br />Ciri-ciri fisik<br /><br />Fase<br /> <br /><br />solid<br /><br />Massa jenis (sekitar suhu kamar)<br /> <br /><br />(alpha) 2.07 g/cm³<br /><br />Massa jenis (sekitar suhu kamar)<br /> <br /><br />(beta) 1.96 g/cm³<br /><br />Massa jenis (sekitar suhu kamar)<br /> <br /><br />(gamma) 1.92 g/cm³<br /><br />Massa jenis cair pada titik lebur<br /> <br /><br />1.819 g/cm³<br /><br />Titik lebur<br /> <br /><br />388.36 K<br />(115.21 °C, 239.38 °F)<br /><br />Titik didih<br /> <br /><br />717.8 K<br />(444.6 °C, 832.3 °F)<br /><br />Titik kritis<br /> <br /><br />1314 K, 20.7 MPa<br /><br />Kalor peleburan<br /> <br /><br />(mono) 1.727 kJ/mol<br /><br />Kalor penguapan<br /> <br /><br />(mono) 45 kJ/mol<br /><br />Kapasitas kalor<br /> <br /><br />(25 °C) 22.75 J/(mol·K)<br /><br />Tekanan uap<br /><br />P/Pa<br /> <br /><br />1<br /> <br /><br />10<br /> <br /><br />100<br /> <br /><br />1 k<br /> <br /><br />10 k<br /> <br /><br />100 k<br /><br />pada T/K<br /> <br /><br />375<br /> <br /><br />408<br /> <br /><br />449<br /> <br /><br />508<br /> <br /><br />591<br /> <br /><br />717<br /><br />Ciri-ciri atom<br /><br />Struktur kristal<br /> <br /><br />orthorhombic<br /><br />Bilangan oksidasi<br /> <br /><br />−1, ±2, 4, 6<br />(strongly acidic oxide)<br /><br />Elektronegativitas<br /> <br /><br />2.58 (skala Pauling)<br /><br />Energi ionisasi<br />(detil)<br /> <br /><br />ke-1: 999.6 kJ/mol<br /><br />ke-2: 2252 kJ/mol<br /><br />ke-3: 3357 kJ/mol<br /><br />Jari-jari atom<br /> <br /><br />100 pm<br /><br />Jari-jari atom (terhitung)<br /> <br /><br />88 pm<br /><br />Jari-jari kovalen<br /> <br /><br />102 pm<br /><br />Jari-jari Van der Waals<br /> <br /><br />180 pm<br /><br />Lain-lain<br /><br />Sifat magnetik<br /> <br /><br />no data<br /><br />Resistivitas listrik<br /> <br /><br />(20 °C) (amorphous)<br />2×1015 Ω·m<br /><br />Konduktivitas termal<br /> <br /><br />(300 K) (amorphous)<br />0.205 W/(m·K)<br /><br />Modulus ruah<br /> <br /><br />7.7 GPa<br /><br />Skala kekerasan Mohs<br /> <br /><br />2.0<br /><br />Nomor CAS<br /> <br /><br />7704-34-9<br /><br />Isotop<br /><br />iso<br /> <br /><br />NA<br /> <br /><br />waktu paruh<br /> <br /><br />DM<br /> <br /><br />DE (MeV)<br /> <br /><br />DP<br /><br />32S<br /> <br /><br />95.02%<br /> <br /><br />S stabil dengan 16 neutron<br /><br />33S<br /> <br /><br />0.75%<br /> <br /><br />S stabil dengan 17 neutron<br /><br />34S<br /> <br /><br />4.21%<br /> <br /><br />S stabil dengan 18 neutron<br /><br />35S<br /> <br /><br />syn<br /> <br /><br />87.32 d<br /> <br /><br />β-<br /> <br /><br />0.167<br /> <br /><br />35Cl<br /><br />36S<br /> <br /><br />0.02%<br /> <br /><br />S stabil dengan 20 neutron<br /><br />Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.<br /><br />Isotop<br /><br />Belerang memiliki sebelas isotop. Dari empat isotop yang ada di alam, tidak satupun yang bersifat radioaktif. Belerang dengan bentuk yang sangat halus, dikenal sebagai bunga belerang, dan diperoleh dengan cara sublimasi.<br /><br />Unsur belerang dapat ditemukan dalam beberapa bentuk allotropi, dua diantaranya adalah monoklinik dan rhombik belerang seperti gambar yang tertera di bawah ini.<br /><br /><br />Kanan : Rhombik belerang ; Kiri : Monoklinik Belerang<br /><br />Kedua-duanya baik monoklinik dan rhombik belerang terbentuk dari delapan atom belerang yang membentuk molekul siklik.<br /><br /><br />Molekul siklik dari belerang padat (S8)<br /><br />Rupa dari sulfur pada suhu dan tekanan biasa memiliki sifat isulator arus listrik. Walaupun, penelitian belerang pada tekanan tinggi menunjukkan bukti terjadinya transisi ke struktur berbeda yang merupakan fase logam (superkonduktivitas sering dikaitkan dengan perubahan struktur dari satu struktur kristal logam ke struktur logam lainnya, dimana struktur yang kedua menyimpang dari struktur sebelumnya). Elektromagnet khusus yang didasari oleh superkonduktif material digunakan secara luas di ilmu kedokteran untuk magnetik resonance imaging (MRI). Secara umum, superkonduktif material hanya menunjukkan sifat ini pada temperatur yang sangat rendah, lebih rendah daripada temperature hidrogen cair (20K).<br /><br />Sifat dari belerang ini sangatlah penting karena fase logamnya memiliki suhu kritis yang sangat tinggi yang melampaui superkonduktivitas dari unsur-unsur benda padat lainnya yang telah diteliti. Lebih lanjut, suhu kritis ini meningkat dengan bertambahnya tekanan, merupakan sifat yang luarbiasa. Sebagai contoh, selenium dan telurium, yang merupakan satu golongan dengan belerang, menunjukkan sifat yang berbeda. Belum ada yang tahu bagaimana menjelaskan fenomena tersebut. Makna dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa belerang membuka kesempatan untuk pengembanhan dari percobaan teori superkonduktivitas. Para peneliti sedang merencanakan untuk meningkatkan tekanan guna mempelajari sifat yang luarbiasa ini.<br /><br />Senyawa-senyawaSenyawa organik yang mengandung belerang sangat penting. Kalsium sulfur, ammonium sulfat, karbon disulfida, belerang dioksida dan asam sulfida adalah beberapa senyawa di antara banyak senyawa belerang yang sangat penting<br /><br />Kegunaan Belerang adalah komponen serbuk mesiu dan digunakan dalam proses vulkanisasi karet alam dan juga berperaan sebagai fungisida. Belerang digunakan besar-besaran dalam pembuatan pupuk fosfat. Berton-ton belerang digunakan untuk menghasilkan asa sulfat, bahankimia yang sangat penting.<br /><br />Belerang juga digunakanuntuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untuk mensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering. Belerang merupakan insultor yang baik.<br /><br />Belerang sangat penting untuk kehidupan. Belerang adalah penyusun lemak, cairan tubuh dan mineral tulang, dalam kadar yang sedikit.<br /><br />Belerang cepat menghilangkan bau. Belerang dioksida adalah zat berbahaya di atmosfer, sebagai pencemar udara.<br /><br />Hidrogen sulfida, H2S, gas beracun dan tak bewarna (mp -85.5 oC and bp -60.7 oC) dengan bau telur busuk. Gas ini sering ditangani dengan tidak cukup hati-hati, gas ini sangat berbahaya dan harus ditangani dalam lingkungan yang ventilasinya baik. Gas ini digunakan untuk analisis kimia dengan cara pengendapan ion logam, pembuatan senyawa yang mengandung belerang, dsb.<br /><br />Belerang oksida<br /><br />Belerang dioksida, SO2, dibentuk dengan pembakaran belerang atau senyawa belerang. Belerang dioksida ini merupakan gas yang tidak bewarna dan merupakan gas beracun (bp -10.0 oC) dan merupakan gas emisi industri yang menyebabkan masalah lingkungan. Namun, pada saat<br /><br />yang sama gas ini sangat penting karena merupakan sumber belerang. Belerang dioksida merupakan senyawa bersudut, dan telah ditunjukkan sebagai ligan pada logam transisi akan menghasilkan berbagai modus koordinasi. SO2 juga merupakan pelarut non-air mirip dengan amonia, dan digunakan untuk reaksi khusus atau sebagai pelarut khusus dalam pengukuran NMR.<br /><br />Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 = S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi. Semuanya bereaksi dengan air dengan hebat membentuk asam sulfat.<br /><br />Asam-asam okso belerang<br /><br />Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian besar tidak stabil dan tidak dapat diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar, di sini terlibat berbagai kesetimbangan redoks.<br /><br />Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan<br /><br />menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.<br /><br />Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil. Ion S2O3 2- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO4 2- dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.<br /><br />Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi. Ion SO3 2- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O6 2-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S.<br /><br />Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat. Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 = S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi. Semuanya bereaksi dengan air dengan<br /><br />hebat membentuk asam sulfat.<br /><br />Asam-asam okso belerang<br /><br />Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian besar tidak stabil dan tidak dapat diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar, di sini terlibat berbagai kesetimbangan redoks.<br /><br />Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan<br /><br />menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.<br /><br />Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil. Ion S2O3 2- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO4 2- dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.<br /><br />Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi. Ion SO3<br /><br />2- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O6 2-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S. Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat.<br /><br />Tinggalkan sebuah Komentar<br /><br />Ditulis dalam Uncategorized | Tag:hebh<br />Oleh: murdiah | November 7, 2009<br />belerang<br /><br />Belerang<br />Sejarah<br />Menurut Genesis, belerang sudah lama dikenal oleh nenek moyang sebagai batu belerang.<br />Sumber<br />Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus.<br />Belerang terjadi secara alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfir tersebar di alam sebagai pirit, galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit dan lain-lain.<br />Pembuatan<br />Belerang dihasilkan secara komersial dari sumber mata air hingga endapan garam yang melengkung sepanjang Lembah Gulf di Amerika Serikat. Menggunakan proses Frasch, air yang dipanaskan masuk ke dalam sumber mata air untuk mencairkan belerang, yang kemudian terbawa ke permukaan.<br />Belerang juga terdapat pada gas alam dan minyak mentah, namun belerang harus dihilangkan dari keduanya. Awalnya hal ini dilakukan secara kimiawi, yang akhinya membuang belerang. Namun sekarang, proses yang baru memungkinkan untuk mengambil kembali belerang yang terbuang. Sejumlah besar belerang diambil dari ladang gas Alberta.<br />Sifat-sifat<br />Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam air tapi mudah larut dalam CS2 (karbon disulfida). Dalam berbagai bentuk, baik gas, cair maupun padat, unsur belerang terjadi dengan bentuk alotrop yang lebih dari satu atau campuran. Dengan bentuk yang berbeda-beda, akibatnya sifatnya pun berbeda-beda dan keterkaitan antara sifat dan bentuk alotropnya masih belum dapat dipahami.<br />Pada tahun 1975, ahli kimia dari Universitas Pensilvania melaporkan pembuatan polimer belerang nitrida, yang memiliki sifat logam, meski tidak mengandung atom logam sama sekali. Zat ini memiliki sifat elektris dan optik yang tidak biasa.<br />Belerang dengan kemurnian 99.999+% sudah tersedia secara komersial.<br />Belerang amorf atau belerang plastik diperoleh dengan pendinginan dari kristal secara mendadak dan cepat. Studi dengan sinar X menunjukkan bahwa belerang amorf memiliki struktur helik dengan delapan atom pada setiap spiralnya. Kristal belerang diduga terdiri dari bentuk cincin dengan delapan atom belerang, yang saling menguatkan sehingga memberikan pola sinar X yang normal.<br /><br />Keterangan Umum Unsur<br />Nama, Lambang, Nomor atom<br />sulfur, S, 16<br />Deret kimia<br />nonmetals<br /><br />Golongan, Periode, Blok<br />16, 3, p<br /><br />Penampilan<br />kuning lemon<br /><br />Massa atom<br />32.065(5) g/mol<br /><br />Konfigurasi elektron<br />[Ne] 3s2 3p4<br /><br />Jumlah elektron tiap kulit<br />2, 8, 6<br /><br />Ciri-ciri fisik<br />Fase<br />solid<br /><br />Massa jenis (sekitar suhu kamar)<br />(alpha) 2.07 g/cm³<br />Massa jenis (sekitar suhu kamar)<br />(beta) 1.96 g/cm³<br />Massa jenis (sekitar suhu kamar)<br />(gamma) 1.92 g/cm³<br />Massa jenis cair pada titik lebur<br />1.819 g/cm³<br />Titik lebur<br />388.36 K<br />(115.21 °C, 239.38 °F)<br /><br />Titik didih<br />717.8 K<br />(444.6 °C, 832.3 °F)<br /><br />Titik kritis<br />1314 K, 20.7 MPa<br /><br />Kalor peleburan<br />(mono) 1.727 kJ/mol<br />Kalor penguapan<br />(mono) 45 kJ/mol<br />Kapasitas kalor<br />(25 °C) 22.75 J/(mol•K)<br />Tekanan uap<br /><br />P/Pa 1 10 100 1 k 10 k 100 k<br />pada T/K 375 408 449 508 591 717<br /><br />Ciri-ciri atom<br />Struktur kristal<br />orthorhombic<br />Bilangan oksidasi<br />−1, ±2, 4, 6<br />(strongly acidic oxide)<br /><br />Elektronegativitas<br />2.58 (skala Pauling)<br /><br />Energi ionisasi<br />(detil)<br />ke-1: 999.6 kJ/mol<br /><br />ke-2: 2252 kJ/mol<br />ke-3: 3357 kJ/mol<br />Jari-jari atom<br />100 pm<br /><br />Jari-jari atom (terhitung)<br />88 pm<br /><br />Jari-jari kovalen<br />102 pm<br /><br />Jari-jari Van der Waals<br />180 pm<br /><br />Lain-lain<br />Sifat magnetik<br />no data<br />Resistivitas listrik<br />(20 °C) (amorphous)<br />2×1015 Ω•m<br />Konduktivitas termal<br />(300 K) (amorphous)<br />0.205 W/(m•K)<br />Modulus ruah<br />7.7 GPa<br />Skala kekerasan Mohs<br />2.0<br />Nomor CAS<br />7704-34-9<br />Isotop<br />iso<br />NA<br />waktu paruh<br />DM<br />DE (MeV)<br />DP<br /><br />32S 95.02% S stabil dengan 16 neutron<br /><br />33S 0.75% S stabil dengan 17 neutron<br /><br />34S 4.21% S stabil dengan 18 neutron<br /><br />35S syn<br />87.32 d<br />β-<br />0.167 35Cl<br /><br />36S 0.02% S stabil dengan 20 neutron<br /><br />Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.<br />Isotop<br />Belerang memiliki sebelas isotop. Dari empat isotop yang ada di alam, tidak satupun yang bersifat radioaktif. Belerang dengan bentuk yang sangat halus, dikenal sebagai bunga belerang, dan diperoleh dengan cara sublimasi.<br />Unsur belerang dapat ditemukan dalam beberapa bentuk allotropi, dua diantaranya adalah monoklinik dan rhombik belerang seperti gambar yang tertera di bawah ini.<br /><br />Kanan : Rhombik belerang ; Kiri : Monoklinik Belerang<br />Kedua-duanya baik monoklinik dan rhombik belerang terbentuk dari delapan atom belerang yang membentuk molekul siklik.<br /><br />Molekul siklik dari belerang padat (S8)<br />Rupa dari sulfur pada suhu dan tekanan biasa memiliki sifat isulator arus listrik. Walaupun, penelitian belerang pada tekanan tinggi menunjukkan bukti terjadinya transisi ke struktur berbeda yang merupakan fase logam (superkonduktivitas sering dikaitkan dengan perubahan struktur dari satu struktur kristal logam ke struktur logam lainnya, dimana struktur yang kedua menyimpang dari struktur sebelumnya). Elektromagnet khusus yang didasari oleh superkonduktif material digunakan secara luas di ilmu kedokteran untuk magnetik resonance imaging (MRI). Secara umum, superkonduktif material hanya menunjukkan sifat ini pada temperatur yang sangat rendah, lebih rendah daripada temperature hidrogen cair (20K).<br />Sifat dari belerang ini sangatlah penting karena fase logamnya memiliki suhu kritis yang sangat tinggi yang melampaui superkonduktivitas dari unsur-unsur benda padat lainnya yang telah diteliti. Lebih lanjut, suhu kritis ini meningkat dengan bertambahnya tekanan, merupakan sifat yang luarbiasa. Sebagai contoh, selenium dan telurium, yang merupakan satu golongan dengan belerang, menunjukkan sifat yang berbeda. Belum ada yang tahu bagaimana menjelaskan fenomena tersebut. Makna dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa belerang membuka kesempatan untuk pengembanhan dari percobaan teori superkonduktivitas. Para peneliti sedang merencanakan untuk meningkatkan tekanan guna mempelajari sifat yang luarbiasa ini.<br />Senyawa-senyawaSenyawa organik yang mengandung belerang sangat penting. Kalsium sulfur, ammonium sulfat, karbon disulfida, belerang dioksida dan asam sulfida adalah beberapa senyawa di antara banyak senyawa belerang yang sangat penting<br />Kegunaan Belerang adalah komponen serbuk mesiu dan digunakan dalam proses vulkanisasi karet alam dan juga berperaan sebagai fungisida. Belerang digunakan besar-besaran dalam pembuatan pupuk fosfat. Berton-ton belerang digunakan untuk menghasilkan asa sulfat, bahankimia yang sangat penting.<br />Belerang juga digunakanuntuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untuk mensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering. Belerang merupakan insultor yang baik.<br />Belerang sangat penting untuk kehidupan. Belerang adalah penyusun lemak, cairan tubuh dan mineral tulang, dalam kadar yang sedikit.<br />Belerang cepat menghilangkan bau. Belerang dioksida adalah zat berbahaya di atmosfer, sebagai pencemar udara.<br />Hidrogen sulfida, H2S, gas beracun dan tak bewarna (mp -85.5 oC and bp -60.7 oC) dengan bau telur busuk. Gas ini sering ditangani dengan tidak cukup hati-hati, gas ini sangat berbahaya dan harus ditangani dalam lingkungan yang ventilasinya baik. Gas ini digunakan untuk analisis kimia dengan cara pengendapan ion logam, pembuatan senyawa yang mengandung belerang, dsb.<br />Belerang oksida<br />Belerang dioksida, SO2, dibentuk dengan pembakaran belerang atau senyawa belerang. Belerang dioksida ini merupakan gas yang tidak bewarna dan merupakan gas beracun (bp -10.0 oC) dan merupakan gas emisi industri yang menyebabkan masalah lingkungan. Namun, pada saat<br />yang sama gas ini sangat penting karena merupakan sumber belerang. Belerang dioksida merupakan senyawa bersudut, dan telah ditunjukkan sebagai ligan pada logam transisi akan menghasilkan berbagai modus koordinasi. SO2 juga merupakan pelarut non-air mirip dengan amonia, dan digunakan untuk reaksi khusus atau sebagai pelarut khusus dalam pengukuran NMR.<br />Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 = S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi. Semuanya bereaksi dengan air dengan hebat membentuk asam sulfat.<br />Asam-asam okso belerang<br />Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian besar tidak stabil dan tidak dapat diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar, di sini terlibat berbagai kesetimbangan redoks.<br />Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan<br />menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.<br />Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil. Ion S2O3 2- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO4 2- dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.<br />Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi. Ion SO3 2- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O6 2-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S.<br />Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat. Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 = S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi. Semuanya bereaksi dengan air dengan<br />hebat membentuk asam sulfat.<br />Asam-asam okso belerang<br />Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian besar tidak stabil dan tidak dapat diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar, di sini terlibat berbagai kesetimbangan redoks.<br />Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan<br />menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.<br />Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil. Ion S2O3 2- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO4 2- dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.<br />Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi. Ion SO3<br />2- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O6 2-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S. Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat.<br /><br />Tinggalkan sebuah Komentar<br /><br />Ditulis dalam Uncategorized<br />Oleh: murdiah | November 7, 2009<br />manfaat kulit pisang<br /><br />PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA<br /><br />KAJIAN PSIKOKIMIA PRODUK NATA DE MUSA DARI KULIT TIGA VARIETAS PISANG DI PULAU LOMBOK<br /><br />BIDANG KEGIATAN :<br />PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKMP)<br /><br />Diusulkan oleh :<br />Murdiah : G1C007025/2007<br />Vera Fitriya Ersalena : G1C008032/2008<br />Teten Angriani : G1C008036/2008<br /><br />UNIVERSITAS MATARAM<br />MATARAM<br />2009<br />HALAMAN PENGESAHAN<br />1. Judul Kegiatan : Kajian Psikokimia Produk Nata De Musa Dari Kulit Tiga Varietas Pisang di Pulau Lombok<br />2. Bidang Kegiatan : PKM-P<br />3. Ketua Pelaksana kegiatan<br />a. Nama Lengkap : Murdiah<br />b. NIM : G1C 007 025<br />c. Program Studi : Kimia<br />d. Perguruan Tinggi : Universitas Mataram<br />e. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Bongkem, Sakra Timur, Lombok<br />Timur, HP. 081 917 085 506<br />f. Alamat email : murd_img04@yahoo.com<br />4. Anggota : 2 Orang<br />5. Dosen Pendamping<br />a. Nama Lengkap : Siti Raudhatul Kamali, S.Pd.,M.Sc<br />b. NIP : 19820908 200812 2 002<br />c. Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Jalan Swakarya I A, Kekalik,<br />Ampenan, HP. 085 935 327 246<br />6. Biaya Kegiatan Total<br />DIKTI : Rp. 9.921.000,-<br />Sumber lain : -<br />7. Jangka Waktu Penelitian : Bulan Februari s/d Mei 2010<br /><br />Menyetujui,<br />Ketua Program Studi Kimia<br /><br />(Ir. Surya Hadi, M.Sc., P.hD)<br />NIP. 19630218 199603 2 001 Ketua Pelaksana Kegiatan<br /><br />(Murdiah)<br />NIM : G1C007025<br /><br />Pembantu Rektor III<br />Bidang Kemahasiswaan<br /><br />(Drs. M. Darwin, MS)<br />NIP. 19580523 198503 1 001<br /><br />Dosen Pendamping<br /><br />(Siti Raudhatul Kamali, S.Pd.,M.Sc)<br />NIP. 19820908 200812 2 002<br /><br />A. JUDUL PROGRAM<br />Kajian Psikokimia Produk Nata De Musa Dari Kulit Tiga Varietas Pisang di Pulau Lombok<br /><br />B. LATAR BELAKANG<br />Indonesia kaya akan tumbuhan penghasil buah, salah satunya adalah pisang. Pisang merupakan tanaman asli Indonesia yang menempati posisi pertama dalam luas pertanaman dan produksi sebagai komoditas buah-buahan serta menjadi komoditas buah paling dominan yang ditanam oleh rumah tangga dan petani di Indonesia termasuk di Nusa Tenggara Barat (Damayanti, 2007). Hal ini disebabkan karena tanaman pisang tahan terhadap kekeringan, memiliki nilai ekonomi tinggi, dan permintaaan pasar cukup banyak. BPTP NTB (2004) mencatat produksi pisang Nusa Tenggara Barat melimpah, pada tahun 2002 mencapai 680.380 ton.<br />Pemanfaatan buah pisang umumnya terbatas pada daging buahnya saja, sedangkan kulitnya dibuang dan menjadi limbah organik atau dijadikan makanan ternak. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan.<br />Kulit pisang diketahui memiliki kandungan unsur gizi cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Munadjim, 1983). Dengan demikian kulit pisang dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan yang benilai gizi yaitu nata.<br />Permasalahan lainnya adalah kurangnya asupan gizi masyarakat yang ditunjukkan dengan banyaknya penderita penyakit kurang gizi dan busung lapar yaitu mencapai 10% dari total anak balita, yakni 480.000 anak. Menurut Kepala Dinas Kesehatan setempat, kejadian gizi buruk ini sudah pada tingkat kejadian luar biasa (KLB) (Misrianti, 2005).<br />Nata merupakan produk makanan yang berasal dari proses fermentasi. Syarat untuk membuat produk nata secara umum yaitu bahan dasar harus mempunyai kandungan karbohidrat (glukosa) yang cukup tinggi (Saragih, 2004:3). Tanpa adanya glukosa (karbohidrat) nata tidak dapat terbentuk. Kulit pisang ditinjau dari kandungan unsur gizi ternyata mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu 18,50 g dalam 100 g bahan (BPPI Surabaya dalam M. Lies Suprapti, 2005) sehingga kulit pisang juga dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam proses pembuatan produk nata.<br />Ada beberapa varietas pisang di NTB, khususnya di Pulau Lombok diantaranya adalah pisang susu, pisang ambon lumut (pisang hijau), dan pisang merah. Ketiga varietas pisang tersebut banyak digemari masyarakat Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai kualitas fisik dan kimia Nata de Musa dengan penggunaan beberapa varietas pisang tersebut.<br /><br />C. RUMUSAN MASALAH<br />Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan utama di Indonesia pada umumnya dan NTB pada khususnya. Pemanfaatan pisang hanya terbatas pada daging buahnya saja, sedangkan kulitnya dibuang. Kulit pisang diketahui mengandung berbagai unsur gizi yang penting seperti karbohidrat, protein, vitamin, dll. Sehingga kulit pisang berpotensi sebagai sumber bahan makanan berupa Nata de Musa. Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yakni penggunaan beberapa varietas pisang lokal Pulau Lombok yaitu pisang susu, pisang ambon lumut (pisang hijau), dan pisang merah pada pembuatan nata de Musa dengan mengukur kualitas fisik dan kimia produk Nata de Musa.<br /><br />D. TUJUAN PENELITIAN<br />Penelitian ini bertujuan untuk<br />1. Mengetahui kandungan gizi: protein, karbohidrat, kadar air dari tiga varietas pisang di Pulau Lombok yaitu pisang susu, pisang ambon lumut dan pisang merah.<br />2. Mengetahui bagaimana kualitas fisik dan kimia Nata de Musa yang dihasilkan dari beberapa varietas pisang di Pulau Lombok yaitu pisang susu, pisang hijau, dan pisang kulit merah.<br />3. Mengetahui kandungan gizi nata de musa yang dihasilkan dari ketiga varietas pisang tersebut.<br />E. LUARAN YANG DIHARAPKAN<br />Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang bisa dijadikan rujukan bagi peneliti setelahnya dan masyarakat mengenai pembuatan Nata de Musa dari limbah kulit pisang dan kualitas Nata de Musa yang dihasilkan dari beberapa varietas pisang di NTB. Sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk membuat Nata de Musa dan menjadi peluang usaha yang baik dalam rangka menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan dan masalah gizi buruk di NTB.<br /><br />F. KEGUNAAN PENELITIAN<br />Kegunaan penelitian ini adalah bisa diaplikasikan oleh masyarakat untuk dikembangkan menjadi usaha makanan berupa Nata de Musa dari limbah kulit pisang di NTB dalam upaya pemenuhan kebutuhan bahan makanan bergizi tinggi.<br /><br />G. LANDASAN TEORI<br />1. Tinjauan tentang kulit pisang<br /><br />Gambar 1. Tnaman pisang Gambar 2. Buah pisang<br />Pisang yang tergolong tanaman buah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam keluarga besar Musaceae, sebagaimana penggolongan dari tingkat kingdom hingga species berikut ini:<br /><br />Kingdom : Plantae<br />Division : Magnoliophyta<br />Class : Liliopsida<br />Order : Zingiberales<br />Family : Musaceae<br />Genus : Musa<br />Species : Musa paradisiaca, Linn.<br /><br />Menurut literatur, pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke daerah Pasifik (Chintya, 2009).<br />Jenis pisang dibagi menjadi tiga:<br />1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.<br />2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma Typical atau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.<br />3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya.<br />Misalnya pisang batu dan klutuk.<br />4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (TTG Budidaya Pertanian).<br />Berdasarkan cara konsumsi buahnya, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu pisang meja (dessert banana) dan pisang olah (plantain, cooking banana). Pisang meja dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, seperti pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Pisang olahan dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli. Buah pisang diolah menjadi berbagai produk, seperti sale, kue, ataupun arak (di Amerika Latin). Selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, Pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan cepat bila dibutuhkan. Termasuk ketika otak mengalami keletihan. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang relatif populer antara lain Kripik Pisang asal Lampung, Sale pisang (Bandung), Pisang Molen (Bogor), dan Epe (Makassar) (Anonim,2009)<br />Diantara buah-buahan, pisang menduduki posisi tertinggi, baik dalam segi luas areal ataupun kapasitas produksinya. Buah pisang kandungan gizinya cukup tinggi, yang meliputi karbohidrat, gula, protein, lemak, vitamin A, B, dan C serta garam-garam mineral untuk buah yang masih mentah. Tetapi setelah tua benar, kandungan karbohidratnya antara 15 – 30 % tergantung pada varietasnya. Setelah buah matang baik dari pohon atau diperam, kandungan karbohidrat turun tajam antara 1,5 – 15 %, dan kandungan gula meningkat dari 6 – 19 %., kandungan protein dalam kulit pisang mencapai 1,2 %. Setiap tahun produksi pisang secara keseluruhan mampu menyediakan 13.000 – 27.000 ton protein (Rismunandar,1973).<br />Kulit pisang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 18,50 g dalam 100 g kulit pisang (BPPI Surabaya, dalam M. Lies Suprapti, 2005:86) sehingga kulit pisang dapat menjadi bahan dasar dalam pembuatan nata karena dalam pembuatan nata syarat utamanya adalah bahan tersebut mempunyai kandungan glukosa (karbohirat). Tanpa adanya glukosa proses fermentasi pembentukan materi atau lapisan nata tidak dapat terbentuk (Munadjim,1983:60). Selama ini bahan dasar pembuatan nata adalah air kelapa dengan demikian kulit pisang dapat dijadikan salah satu bahan dasar altenatif yang dapat menggantikan air kelapa.<br />Beberapa varietas pisang yang melimpah di NTB adalah pisang susu, pisang hijau (pisang ambon lumut) dan pisang merah. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.<br />1. Pisang susu<br />Pisang Susu cocok untuk hidangan buah segar. Ukuran buah kecil hampir sama dengan pisang emas. Kulit buah tipis, berwarna kuning berbintik hitam. Daging buah putih kekuningan. Rasa buah manis, lunak dan berarom harum. Dalam satu tandan terdapat sekitar 8 sisir (satu sisir berisi 12-16 buah) (Situs Hijau, 2009).<br />2. Pisang Ambon Lumut (pisang hijau)<br />Pisang ambon lumut (pisang hijau) cocok untuk hidangan buah segar. Kulit buah berwarna hijau walaupun sudah matang dan lebih tebal daripada kulit buah pisang ambon kuning. Daging buah hampir sama dengan pisang ambon kuning hanya sedikit lebih putih. Daging buah agak keras, aroma lebih harum dan rasanya lebih manis (Situs Hijau, 2009).<br />3. Pisang merah<br />Pokok Pisang Merah yang sering ditanam sebagai pokok hiasan. Nama sains pokok Pisang Merah ialah Musa velutina H. Wendl. & Drude atau bahasa Inggris fuzzy banana. Pokok Pisang tidak mempunyai batang berkayu, tetapi sebaliknya ia terdiri dari gentian (Wikipedia, 2009).<br /><br />2. Kasus busung lapar di NTB<br />Kasus busung lapar yang melanda NTB semakin berkembang, anak balita yang menderita busung lapar mencapai 10 persen dari total anak balita, yakni 480.000 anak. Dengan demikian, ada sekitar 49.000 anak balita di antaranya menderita gizi buruk dan bahkan busung lapar. Akibat penyakit busung lapar di NTB ini, tujuh anak balita di antaranya meninggal dunia. Bahkan menurut Kepala Dinas Kesehatan setempat, kejadian gizi buruk ini sudah pada tingkat kejadian luar biasa (KLB). Karena itulah, kasus ini harus ditangani secara luar biasa pula. Dengan kata lain, harus ada upaya penanganan yang ekstra dari semua pihak (Misrianti, 2005).<br />Rata-rata sekitar 100 anak dirawat di RSU Mataram, NTB, karena gizi buruk (busung lapar). Hal ini merupakan suatu realitas yang sangat ironis, karena provinsi NTB tengah mengalami suplus pangan, terutama padi, karena keberhasilan program pertanian gogo rancah. Bahkan setiap tahun NTB bisa memasok ratusan ton beras ke provinsi lain, diantaranya Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah suplus pangan NTB tidak berdampak pada kemakmuran seluruh rakyat dengan daya beli masyarakat yang masih rendah. Kemudian karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat dengan pola konsumsi makanan yang memenuhi standar gizi anak (Agustriyadi, 2009).<br />3. Nata de musa<br />Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang asam dan mengandung gula.<br />Tabel 1. Syarat Mutu Nata<br />No. Jenis uji Satuan Persyaratan<br />1. Keadaan -<br />1.1 Bau - Normal<br />1.2 Rasa - Normal<br />1.3 Warna - Normal<br />1.4 Tekstur - Normal<br />2. Bahan asing - Tidak boleh ada<br />3. Bobot tuntas % Min. 50<br />4. Jumlah gula (dihitung sebagai sakrosa) % Min. 15<br />5. Serat makanan % Maks. 4,5<br />6. Bahan tambahan makanan<br />6.1 Pemanis buatan:<br />• Sakarin<br />• Siklamat<br />Tidak boleh ada<br />Tidak boleh ada<br />6.2 Pewarna tambahan Sesuai dengan SNI 01-0222-1995<br />6.3 Pengawet (Na Benzoat) Sesuai dengan SNI 01-0222-1995<br />7. Cemaran logam<br />7.1 Timbale (Pb) Mg/kg Maks. 0,2<br />7.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 2<br />7.3 Seng (Zn) Mg/kg Maks. 5<br />7.4 Timah (Sn) Mg/kg Maks.<br />8. Cemaran arsen (As) Koloni/g 40,0/250,5* Maks. 0,1<br />9. Cemaran mikroba Maks. 0,1<br />9.1 Angka lempeng total APM/g Maks. 2 x 102<br />9.2 Coliform Koloni/g < 3<br />9.3 Kapang Koloni/g Maks. 50<br />9.4 Khamir Koloni/g Maks. 50<br />Sumber: SNI 01-4317-1996<br /><br />Nata dapat dibuat dari bahan baku air kelapa, dan limbah cair pengolahan tahu (whey tahu). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan Nata de Coco, dan yang dari whey tahu disebut dengan Nata de Soya. Bentuk, warna, tekstur dan rasa kedua jenis nata tersebut tidak berbeda. Pembuatan nata tidak sulit, dan biaya yang dibutuhkan juga tidak banyak (Hasbullah, 2001). Nata berbentuk padat, putih bersih mirip kelapa muda dan rasanya menyerupai kolangkaling. Kandungan terbesar dalam nata adalah air 98% (Steinkreus dalam Suswanhyundarti, 1997).<br />Kulit pisang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 18,50 g dalam 100 g kulit pisang ( BPPI Surabaya, dalam M. Lies Suprapti, 2005:86) sehingga kulit pisang dapat menjadi bahan dasar dalam pembuatan nata karena dalam pembuatan nata syarat utamanya adalah bahan tersebut mempunyai kandungan glukosa (karbohirat). Tanpa adanya glukosa proses fermentasi pembentukan materi atau lapisan nata tidak dapat terbentuk (Munadjim,1983). Selama ini bahan dasar pembuatan nata adalah air kelapa dengan demikian kulit pisang dapat dijadikan salah satu bahan dasar alternatif yang dapat menggantikan air kelapa.<br />Beberapa pertimbangan mengapa kulit pisang dimanfaatkan dalam pembuatan nata adalah :<br />a. Kulit pisang layak untuk dikonsumsi, karena mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan tidak ada efek samping bagi tubuh apabila mengkonsumsinya.<br />b. Nata biasanya terbuat dari air kelapa sehingga harganya lebih mahal dengan memanfaatkan kulit pisang sebagi bahan dasar nata diharapkan harganya lebih murah sehingga dapat bersaing dipasaran.<br />c. Kulit pisang mudah diperloleh dan jumlahnya cukup banyak (Susanti, 2006).<br /><br />H. METODE PENELITIAN<br />1. Jenis Penelitian<br />Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Dalam penelitian ini eksperimen yang dilakukan adalah pembuatan nata dari kulit tiga varietas pisang yang berbeda yaitu pisang susu, pisang hijau (pisang ambon lumut) dan pisang merah.<br />2. Waktu dan Tempat Penelitian<br />Penelitian ini akan dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2010 yang akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Dasar UPT MIPA Laboratorium Kimia Analitik, dan Laboratorium THP Fakultas Pertanian Universitas Mataram.<br />3. Bahan Penelitian<br />Sebagai objek penelitian ini digunakan limbah kulit pisang yaitu 3 varietas pisang yang banyak terdapat di Pulau Lombok, yaitu: pisang susu, pisang ambon lumut (pisang hijau), dan pisang merah . Bahan baku lainnya adalah: biakan murni bakteri Acetobacter xylinum, gula pasir , asam asetat glasial, amonium sulfat, aquades, air, glukosa anhidrat, reagensia Nelson, larutan dengan kadar reduksi sekitar 2 – 8 mg/ 100 mL Pb-asetat atau bubur aluminium hidroksida, K2SO4 atau Na2SO4 anhidrat, H2SO4 pekat, CuSO4, Zn, NaOH 45%, HCl 0,1 N, phenolphtalein 1%. Bahan penunjang lainnya adalah tissue, kertas saring, aluminium foil, kertas Koran, plastik, dan korek api.<br /><br />4. Alat Penelitian<br />Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah loyang plastik, panci email, karet gelang, saringan, gelas ukur, sendok makan (stainless steel), pH meter, kain kasa, kompor, ruang inokulasi, pipet tetes, gelas kimia, derigen, kotak plastik steril, tabung reaksi, penangas air, batang pengaduk, labu kjedahl, bunsen, alat destilasi, dan erlenmeyer.<br /><br />5. Cara Kerja<br />a. Tahap persiapan<br />- Persiapan alat dan bahan<br />- Sterilisasi alat<br />- Penimbangan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan nata de musa.<br />b. Tahap ekstraksi<br />- Kulit pisang dibersihkan dan dipotong kecil-kecil<br />- Kulit pisang diekstrak menggunakan blender dan pelarut air<br />- Larutan kulit pisang di saring menggunakan saringan<br />- Hasil ekstrak digunakan untuk pembuatan media nata<br />c. Pengujian kadar air, kadar protein, kadar gula reduksi, dan pH pada dua sampel limbah kulit pisang.<br />a. Pengujian kadar air<br />Tahapan yang digunakan adalah:<br /> Siapkan cawan kosong, dikeringkan dalam oven 15 menit, didnginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang (a g)<br /> Timbang dengan segera 2-5 g sampel dalam cawan kosong tadi. (b g)<br /> Cawan + bahan dioven selama 6 jam<br /> Pindahkan cawan dalam eksikator, setelah dingin ditimbang. Pemanasan dan penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat konstan (c g)<br /> % kadar air = b/c x 100%<br />b/a<br />b. Pengujian kadar protein<br />Penentuan N total Cara Gunning<br />• Ditimbang 0,7- 3,5 g bahan yang telah ditumbuk halus dan masukkan kedalam labu Kjedahl, tambahkan 10 g K2SO4 atau Na2SO4 anhidrat, dan 15 – 25 mL H2SO pekat. Kalau destruksi sukar dilakukan perlu ditambah 0,1-0,3 g CuSO4, dan digojog.<br />• Kemudian dipanaskan pada pemanas listrik atau api Bunsen dalam almari asam, mula-mula dengan api kecil dan setelah asap hilang api dibesarkan, pemanasan diakhiri setelah cairan menjdi jernih tak berwarna.<br />• Dibuat pula perlakuan blanko yaitu seperti perlakuan di atas tanpa contoh.<br />• Setelah labu Kjedahl beserta cairannya menjadi dingin kemudian ditambah 200 mL aquades dan 1 g Zn, serta larutan NaOH 45 % sampai cairan bersifat basis. Pasanglah labu Kjedahl dengan segera pada alat distilasi.<br />• Panaskan labu Kjeldahl sampai ammonia menguap semua, destilat ditampung dalam Erlenmeyer yang berisi 100 mL HCl 0,1 N yang sudah diberi indikator phenolphthalein 1% beberapa tetes. Distilasi diakhiri setelah volume destilat 150 mL atau setelah destilat yang keluar tidak bersifat basa.<br />• Kelebihan HCl 0,1 N dalam distilat distilasi dengan larutan basa standar (larutan NaOH 0,1 N).<br />• Perhitungan:<br /><br />Factor (lihat pada table 4)<br />Tabel 5. Konversi kadar N menjadi kadar protein berbagai macam bahan<br />No Bahan Faktor konversi<br />1 Bir, sirup, biji-bijian, ragi, makanan ternak, buah-buahan, teh, malt, anggur 6,25<br />2 Beras 5,95<br />3 Roti, gandum, macaroni, bakmi 5,70<br />4 Kacang tanah 5,46<br />5 Kedelai 5,75<br />6 Kenari 5,18<br />7 Susu kental manis 6,38<br /><br />c. Pengujian kadar gula reduksi<br />(Cara spektrofotometri, Metode Nelson-Somogyi)<br />Penyiapan kurva standar<br />• Buat larutan glukosa standar (10 mg glukusa anhidrat/100 mL)<br />• Dari laarutan glukosa standar tersebut dilakukan 6 pengenceran sehingga diperoleh larutan glukosa dengan konsentrasi : 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/100 mL<br />• Siapkan 7 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 1 mL larutan glukosa standar tersebut di atas. Salah satu tabung diisi 1 mL air suling sebagai blanko.<br />• Tambahkan ke dalam masing-masing tabung di atas 1 mL reagensia Nelson, dan panaskan semua tabung pada penangas air mendidih selama 20 menit.<br />• Ambil semua tabung dan segera didinginkan bersama-sama dalam gelas piala yang berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 25o.C.<br />• Setelah dingin tambahkan 1 mL reagensia Arsenomolybdat gojog sampai semua endapan Cu2O yang ada larut kembali.<br />• Setelah semua endapan Cu2O larut sempurna, tambahkan 7 mL air suling, digojog sampai homogen.<br />• Teralah “optical density” (OD) masing-masing larutan tersebut pada panjang gelombang 540 nm.<br />• Buatlah kurva standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan OD.<br />Penentuan gula reduksi pada contoh<br />• Siapkan larutan contoh yang mempunyai kadar gula reduksi 2-8 mg/ 100 mL. perlu diperhatikan bahwa larutan contoh ini harus jernih, karena itu bila dijumpai larutan contoh yang keruh atau berwarna maka perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu dengan menggunakan Pb-asetat atau bubur Aluminium hidroksida.<br />• Pipetlah 1 mL larutan contoh yang jernih tersebut ke dalam tabung reaksi yang bersih<br />• Tambahkan 1 mL reagensia Nelson, dan selanjutnya diperlukan seperti pada penyiapan kurva standar di atas.<br />• Jumlah gula reduksi dapat ditentukan berdasarkan OD larutan contoh dan kurva standar larutan glukosa.<br /><br />d. Pengukuran pH<br />Sampel kulit pisang yang telah diblender dimasukkan ke dalam gelas kimia, selanjutnya diukur pHnya dengan pH meter.<br /><br />e. Tahap fermentasi<br />Membuat bibit/starter<br />- Sebanyak 1000 mL air kelapa disaring menggunakan kain kasa<br />- Ke dalam air kelapa yang sudah disaring ditambahkan 50 g gula pasir, 3 mL ammonium sulfat dan 5 mL asam asetat glasial sampai pH 4<br />- Air kelapa dididihkan ± 15 menit<br />- Air kelapa dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat dengan kertas koran<br />- Setelah dingin, ditambahkan 2 mL suspensi biakan murni Acetobacter xylinum<br />- Simpan di ruang inokulasi dalam posisi miring selama 7 hari<br />Membuat nata de musa<br />- Ke dalam 1000 mL ekstrak kulit pisang ditambahkan 50 g gula pasir, 3 mL ammonium sulfat dan 5 mL asam asetat glasial sampai pH 4<br />- Ekstrak kemudian dididihkan ± 15 menit<br />- Ekstrak yang sudah dididihkan didinginkan ± 15 menit dan dimasukkan ke dalam loyang plastik<br />- Ke dalam ekstrak dimasukkan 100 mL starter<br />- Media nata ditutup menggunakan koran dan diikat menggunakan karet<br />- Media nata diletakkan pada ruangan fermentasi selama 12 hari<br />Formula bahan pembuatan Nata de Musa<br />Bahan Ekstrak kulit pisang Susu<br />(1000 mL) Ekstrak kulit pisang hijau<br />(1000 mL) Ekstrak kulit pisang merah (1000 mL)<br />Gula pasir (g)<br />Asam asetat glasial (mL)<br />Amonium sulfat (mL)<br />Starter (mL) 50<br />5<br /><br />3<br /><br />100 50<br />5<br /><br />3<br /><br />100 50<br />5<br /><br />3<br /><br />100<br /><br />f. Tahap pemanenan<br />- Setelah 12 hari, media nata di buka dan nata diambil kemudian dicuci menggunakan air. Sebagian nata diambil untuk dianalisis di laboratorium dan sebagian lagi direndam ± 3 hari (setiap 4 jam air rendaman diganti)<br />- Nata kemudian dipotong kecil-kecil dan direbus sampai mendidih ± 15 menit untuk menghilangkan sisa asam<br />d. Metode Pengumpulan Data<br />Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah pengumpulan data berdasarkan hasil uji laboratorium, meliputi :<br />- Analisis komposisi kimia kulit pisang, antara lain : karbohidrat, gula reduksi, nitrogen<br />- Analisis Nata de Musa, antara lain : kadar serat, cemaran mikroba TPC coliform, kadar pektin, keasaman dan ketebalan nata.<br />e. Analisis Data<br />Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kualitas fisik dan kimia Nata de Musa digunakan analisis variansi (anava) satu arah.<br /><br />I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM<br />No Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4<br />1 Persiapan alat dan bahan, sterilisasi<br />2 Pengambilan sampel<br />3 Pengujian kadar air, gula reduksi, kadar protein limbah kulit pisang di Pulau Lombok<br />4 Tahap fermentasi<br />i. Pembuatan starter<br />ii. Pembuatan nata dengan variasi konsentrasi limbah kulit pisang dan starter<br />iii. Pemanenan<br />5 Analisis/uji laboratorium<br />6 Analisis data<br />7 Penyusunan laporan<br /><br />J. RENCANA BIAYA KEGIATAN<br />J.1 Penyediaan Bahan<br />Bahan Harga bahan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)<br />Kulit pisang susu 27.000,-/tandan 5 tandan 135.000,-<br />Kulit pisang hijau 23.000,-/tandan 5 tandan 115.000,-<br />Kulit pisang merah 23.000,-/tandan 5 tandan 115.000,-<br />Biakan Murni Acetobacter xylinum 300.000,-/botol 5 botol 1.500.000,-<br />Ammonium sulfat 300.000,-/kg 1 kg 300.000,-<br />Gula 10.000,-/kg 25 kg 250.000,-<br />Asam asetat 55.000,-/L 10 L 550.000,-<br />K2SO4 300.000,-/kg 100 g 30.000,-<br />Na2SO4 anhidrat 100.000,-/kg 100 g 10.000,-<br />H2SO4 pekat 100.000,-/L 1 L 100.000,-<br />CuSO4 300.000,-/kg 100 g 30.000,-<br />Aquadest 5.000,-/L 5 L 25.000,-<br />Zn 500.000,-/kg 20 g 10.000,-<br />NaOH 350.000,-/kg 200 g 70.000,-<br />HCl 0,1 N 150.000,-/L 2 L 300.000,-<br />Indikator Phenolphthalein 1% 150.000,-/L 50 mL 7.500,-<br />Glukosa anhidrat 50.000,-/g 5 g 250.000,-<br />Reagensia Nelson 250.000,-/L 50 mL 12.500,-<br />Reagensia Arsenomolybdat 200.000,-/L 50 mL 10.000,-<br />Pb-asetat 230.000,-/kg 100 g 23.000,-<br />Subtotal 3.843.000,-<br /><br />J.2 Peralatan dan Sewa Alat<br />Nama Alat Harga Jumlah Lama Penggunaan Biaya (Rp)<br />Jerigen 10 L 30.000,-/buah 7 buah 2 bulan 210.000,-<br />Kain kasa 35.000,-/m 6 m 1 bulan 210.000,-<br />Kertas Koran 15.000,-/rim 2 rim 1 bulan 30.000,-<br />Loyang plastik 15.000,-/buah 40 buah 1 bulan 600.000,-<br />Panci email 175.000,-/buah 4 buah 1 bulan 700.000,-<br />Karet gelang 3.000,-/bungkus 2 bungkus 2 bulan 6.000,-<br />Saringan 25.000,-/buah 5 buah 2 bulan 125.000,-<br />Gelas ukur 5 ml, 10 ml, 100 ml • 20.000,-/5 mL<br />• 30.000,-/10 mL<br />• 50.000,-/100 Ml @ 2 buah 3 bulan 200.000,-<br />Pipet tetes 3.000,-/buah 20 buah 3 bulan 60.000,-<br />Sendok makan (Stainless steel) 5.000,-/buah 5 buah 1 bulan 25.000,-<br />pH indicator 150.000,-/pack 1 pack 3 bulan 150.000,-<br />Kompor Hock 350.000,-/buah 1 buah 2 bulan 350.000,-<br />Ruang inokulasi 650.000,-/buah 1 buah 3 bulan 650.000,-<br />Kotak plastik steril 45.000,-/buah 6 buah 3 bulan 270.000,-<br />Subtotal 3.586.000,-<br /><br />J.3 Pemeliharaan Laboratorium dan Alat<br />No. Laboratorium dan Alat Jumlah/Lama penggunaan Biaya (Rp)<br />1. Lab. Kimia Dasar<br />• Tabung reaksi<br />• Pembakar bunsen<br />• Batang pengaduk<br />• Erlenmeyer 3 bulan<br />• 20 buah<br />• 5 buah<br />• 5 buah<br />• 15 buah 550.000,-<br />2. Lab. Kimia Analitik<br />• Alat destilasi<br />• Labu Kjedahl<br />• Penangas air<br />• Tabung reaksi 1 bulan<br />• 1 buah<br />• 2 buah<br />• 2 buah<br />• 10 buah 200.000,-<br />3. Lab. THP Fak. Pertanian<br />Analisis Uji Produk 1 bulan 500.000,-<br />Subtotal 1.250.000,-<br /><br />J.4 Alat dan Bahan Penunjang<br />No. Nama Alat/Bahan Harga (Rp) Jumlah Biaya (Rp)<br />1. Kaca mata (google) 20.000,-/buah 4 buah 80.000,-<br />2. Masker 4.000,-/buah 6 buah 24.000,-<br />3. Tissue gulung 3.000,-/gulung 5 gulung 15.000,-<br />4. Sarung tangan 50.000,-/pack 1 pack 50.000,-<br />5. Aluminium foil 15.000,-/gulung 3 gulung 45.000,-<br />6. Korek api 4.000,-/pack 1 pack 4.000,-<br />7. Kertas label 5.000,-/bungkus 2 bungkus 10.000,-<br />Subtotal 228.000,-<br /><br />J.5 Administrasi dan Penyusunan Laporan<br />No. Kebutuhan Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)<br />1. Kertas A4 Rim 2 @ 33.000,- 66.000,-<br />2. Tinta printer Kotak 2 @ 25.000,- 50.000,-<br />3. Buku folio Buah 4 @ 10.000,- 40.000,-<br />4. Penggaris Buah 3 @ 2.000,- 6.000,-<br />5. Map arsip Buah 3 @ 3.000,- 9.000,-<br />6. Ballpoint Buah 4 @ 3.000,- 12.000,-<br />7. Tipe-X Buah 2 @ 5.000,- 10.000,-<br />8. Pensil Buah 3 @ 3.000,- 9.000,-<br />9. Steples + isi steples Buah 1 @ 20.000,- 20.000,-<br />10. Penjilidan Buah 6 @ 5.000,- 30.000,-<br />11. CD-R Buah 6 @ 5.000,- 30.000,-<br />Subtotal 282.000,-<br /><br />J.6 Akomodasi Kegiatan<br />Kegiatan Biaya (Rp)<br />Dokumentasi 125.000,-<br />Transportasi, telekomunikasi untuk pemesanan bahan dan alat 300.000,-<br />Biaya pengambilan sampel 100.000,-<br />Lain-lain 150.000,-<br />Subtotal 675.000,-<br /><br />Rekapitulasi Biaya<br />1. Penyediaan Bahan Rp. 3.843.000,-<br />2. Penyediaan Alat Rp. 3.586.000,-<br />3. Penyewaan Penggunaan Laboratorium dan Alat Rp. 1.250.000,-<br />4. Alat dan Bahan Penunjang Rp. 282.000,-<br />5. Administrasi dan Penyusunan Laporan Rp. 285.000,-<br />6. Akomodasi Kegiatan Rp. 675.000,-<br />+<br />TOTAL BIAYA Rp. 9.921.000,-<br /><br />K. DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Apryanto, Dwinardi, L. Manti dan Hartal. 2004. Tanaman Pisang Serta Hama dan Penyakitnya di Kabupaten Rejang Lebong. http://unib.ac.id/faperta/jurnal/abstrak.php?id_isijur=190&id_jurnal=1&PHPSESSID=43a5d6b0f16eb076abe9fa7f40332592<br />Agustin, Widi. 2005. Pemuliaan Tanaman Pisang Dengan Kultur Anther.http://www.rudyct.com/PPS702ipb/10245/widi_agustin.pdf<br />Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. 2005. Gelar Teknologi Budidaya Pisang sebagai Metode Efektif untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Miskin di Lahan Marginal (kasus desa labu pandan, kecamatan sambelia, kab. Lombok timur). http://ntb.litbang.deptan.go.id/ssp.pdf<br />Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Barat. 2008. Peluang Investasi Komoditas Pisang di Sumatera Barat. http://www.sumbarprov.go.id/images/media/Buku%20Peluang%20Invenstasi%20Pisang.pdf<br />Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas Baik. Trubus no. 341<br />Kumoro K., B.Tri Ratna E, , M. Rahayu dan Awaludin H. 2003. Alternatif Teknologi Budidaya Pisang untuk Pemanfaatan Lahan Alang-Alang. Mataram: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.<br />Luhardikusumah, K. 2008. Penurunan Kadar TSS, BOD dan COD Limbah Industri Tahu Dengan Menggunakan Arang Aktif Kulit Kacang Tanah. Di download dari http://72.14.235.104/search?q=cache:6N3FlC3ffEcJ:www.scottdrying.com/ast.dryer/pdf/scotteco.astdryer.tofu.pdf+TOFU+WASTE&hl=en&ct=clnk&cd=4&client=opera. Pada tanggal 1 Agustus 2008, pukul 08.30 WITA.<br />Mukhtasar. 2002. Keragaman fisik dan morfologi pisang jantan di Bengkulu. http://bdpunib.org/akta/artikelakta/2002/72.PDF<br /><br />Murphy, S. 2007. General Information Of Nitrogen. Di download dari http://72.14.235.104/search?q=cache:Yp8QaZ7u4NYJ:grasasyaceites.revistas.csic.es/index.php/grasasyaceites/article/viewFile/230/230+HIDROLISIS%2BPROTEIN%2BSOYBEANS&hl=en&ct=clnk&cd=7&client=opera. Pada tanggal 20 Juli 2008, pukul 13.30 WITA.<br /><br />Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. 1981. Dodol pisang Nangka , Paket Industri Pangan untuk Daerah Pedesaan. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/IPB/Dodol%20pisang%20nangka.pdf<br /><br />Pindo, A. 2007. Permasalahan Industri Kecil Menengah Tahu. Di download dari<br />http://www.majarikanayakan.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/. Pada tanggal 2 Agustus 2008, pukul 09.30 WITA.<br /><br />Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru: Bandung<br /><br />Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Sinar Baru: Bandung.<br />Suara media. 2009. Jutaan manfaat pisang yang dibutuhkan oleh tubuh. http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/6801-jutaan-manfaat-pisang-yang-dibutuhkan-tubuh.pdf.<br />Yulianty, Mailina, Eny Dwi Pujawati dan Badruzsaufari. 2006. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/wpcontent/uploads/2008/12/artikel-i-2.pdf<br /><br />L. LAMPIRAN<br />a. Biodata Ketua dan Anggota Pelaksana<br />Biodata Ketua Pelaksana<br />1. Identitas Pribadi<br />Nama : Murdiah<br />NIM : G1C 007 025<br />Semester : V (Lima)<br />Tempat Tanggal Lahir : Bongkem, 31 Desember 1989<br />Alamat : Bongkem, Lepak, Sakra Timur, Lotim NTB<br />Agama : Islam<br />Program Studi : Kimia<br />IP Kumulatif : 2,86<br />Perguruan Tinggi : Universitas Mataram<br />2. Riwayat Pendidikan<br />SD : SDN 2 Lepak<br />SMP/MTs : SMPN 2 Sakra Timur<br />SMA/MA : SMAN 1 Selong<br />PT : Program Studi Kimia (FMIPA)<br />Universitas Mataram<br /><br />Biodata Anggota 1:<br />1. Identitas Pribadi<br />Nama : Vera Fitriya Ersalena<br />NIM : G1C 008 032<br />Semester : III (Tiga)<br />Tempat Tanggal Lahir : Sakra, 28 April1990<br />Alamat : Kekalik<br />Agama : Islam<br />Program Studi : Kimia<br />IP Komulatif : 3, 23<br />Perguruan Tinggi : Program Studi Kimia (FMIPA) Universitas Mataram<br />2. Riwayat Pendidikan :<br />SD : SDN 3 Sakra<br />SMP/MTs : SMPN 1 Sakra<br />SMA/MA : SMAN 1 Sakra<br />PT : Program Studi Kimia (FMIPA) Universitas Mataram<br />Biodata Anggota 2<br />1. Identitas Pribadi<br />Nama : Teten Angriani<br />NIM : G1C 008 036<br />Semester : III (Tiga)<br />Tempat Tanggal Lahir : Puyung, 11 Oktober 1989<br />Alamat : Kekalik<br />Agama : Islam<br />Program Studi : Kimia<br />IP Komulatif : 3, 09<br />Perguruan Tinggi : Program Studi Kimia (FMIPA) Universitas Mataram<br /><br />2. Riwayat Pendidikan<br />SD : SDN 1 Puyung<br />SMP/MTs : SMPN 1 Praya<br />SMA/MA : SMAN 1 Jonggat<br />PT : Program Studi Kimia (FMIPA) Universitas Mataram<br /><br />b. BIODATA DOSEN PENDAMPING<br />(1) Nama Lengkap dan Gelar : Siti Raudhatul Kamali, S.Pd.,M.Sc<br />(2) Golongan/Pangkat/NIP : III/b/19820908 2008 12 2 002<br />(3) Jabatan Fungsional : -<br />(4) Jabatan Struktural : -<br />(5) Program Studi : Kimia<br />(6) Perguruan Tinggi : Universitas Mataram<br />(7) Bidang Keahlian : Kimia Lingkungan<br />(8) Waktu Untuk Kegiatan PKMP : 5 Jam/ Minggu<br /><br />\\<br /><br />Tinggalkan sebuah Komentar<br /><br />Ditulis dalam Uncategorized<br />Oleh: murdiah | November 5, 2009<br />pemanfaatan kulit pisang<br /><br />Tinggalkan sebuah Komentar<br /><br />Ditulis dalam Uncategorized<br />Oleh: murdiah | November 4, 2009<br />Hello world!<br /><br />Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!<br /><br />1 Komentar<br /><br />Ditulis dalam Uncategorized<br /><br />Kategori<br /><br /> * Uncategorized<br /><br />Rambah<br />Tautan<br /><br /> * WordPress.com<br /> * WordPress.org<br /><br />Berlangganan<br /><br /> * Masukan (RSS)<br /> * Komentar (RSS)<br /><br />Blog pada WordPress.com. | Tema: Ocean Mist oleh Ed MerrittUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-47927623421602134582010-05-23T06:25:00.000-07:002010-05-23T06:26:13.485-07:00skip to main | skip to sidebar<br />Artikel Kimia Anorganik by Sudarmono<br /><br />Selasa, 23 Juni 2009<br />Kimia Anorganik Kehidupan<br />Fakta tentang Zeolit<br /><br />zeolite<br /><br />Zeolit merupakan senyawa aluminosilikat terhidrasi yang memiliki kerangka struktur tiga dimensi (3D), mikroporous, dan merupakan padatan kristalin dengan kandungan utama silikon, aluminium, dan oksigen serta mengikat sejumlah tertentu molekul air di dalam porinya.<br /><br />Penemuan zeolit di dunia dimulai dengan ditemukannya Stilbit pada tahun 1756 oleh seorang ilmuwan bernama A. F. Constedt. Constedt menggambarkan kekhasan mineral ini ketika berada dalam pemanasan terlihat seperti mendidih karena molekulnya kehilangan air dengan sangat cepat. Sesuai dengan sifatnya tersebut maka mineral ini diberi nama zeolit yang berasal dari kata ‘zein’ yang berarti mendidih dan ‘lithos’ yang berarti batuan.<br /><br />Pada tahun 1784, Barthelemy Faujas de Saint seorang profesor geologi Perancis menemukan sebuah formulasi yang cantik hasil penelitiannya tentang zeolit yang dipublikasikan dalam bukunya “Mineralogie des Volcans”. Akhirnya berkat jasanya, pada tahun 1842 zeolit baru tersebut dinamai Faujasit.<br /><br />faujas-de-saint<br />Gambar 1. Faujas de Saint dan Faujasit<br /><br />Zeolit telah dipelajari oleh para ahli mineral selama lebih dari 250 tahun. Berikut ini diberikan tahun ditemukannya mineral zeolit :<br /><br />tabel-penemuan-zeolit<br /><br />Semenjak awal tahun 1940-an, ilmuwan Union Carbide telah memulai penelitiannya untuk mensintesis zeolit dan mereka berhasil mensintesis zeolit A dan X murni pada tahun 1950, dan setelah itu banyak ditemukan zeolit sintesis jenis baru.<br />Bila ditinjau dari sisi struktur, zeolit merupakan senyawa aluminosilikat dengan klasifikasi sebagai berikut :<br /><br /> 1. [AlO4]- dan [SiO4]- saling berhubungan pada sudut-sudut tetrahedralnya membentuk Al, Si framework 3D yang berpori.<br /> 2. Muatan pada framework dinetralkan dengan mengikat kation-kation monovalen atau divalen di dalam porinya.<br /> 3. Memiliki kemampuan sebagai penukar kation.<br /> 4. Mengikat molekul air di dalam pori-porinya.<br /><br />cage<br /><br />Gambar 2. Kerangka Zeolit<br /><br />Karena sifat unik dari zeolit, maka zeolit banyak digunakan untuk berbagai aplikasi di industri diantaranya zeolit digunakan di industri minyak bumi sebagai ‘cracking’, di industri deterjen sebagai penukar ion, pelunak air sadah dan di industri pemurnian air, serta berbagai aplikasi lain.<br /><br />Referensi<br />1. Curracao, Antonio., Understanding Zeolit Framework, Department of chemistry and Biochemistry, University of Bern<br />2. www.lenntech.com/zeolite-structure<br />3. Bell, R. G., What Are Zeolite?, United Kingdom, 2001<br />4. www.kopo.mpg.de/kopo/institut/arbeitsbereiche/scmith/research-e.htm<br />Air, si Cantik Yang Tersia-sia<br />air<br />Baru-baru ini Indonesia mengalami rentetan bencana yang berkaitan dengan air, mulai dari banjir hingga yang terakhir adalah kekeringan. Sebenarnya istilah bencana kekeringan tidak tepat juga karena kenyataannya negara kepulauan kita dikelilingi oleh air, namun tepat adanya jika kita menyebut krisis air bersih. tentu saja terjadi krisis air terutama di pulau Jawa yang berpenduduk padat dan memiliki lokasi industri demikian banyak oleh karena masih sedikit kepedulian kita terhadap zat yang cantik dan vital tersebut. Bahkan lahan tempat sumber-sumber airpun dijarah atas nama pembangunan sehingga pembangunan berwawasan lingkungan hanya tinggal menjadi istilah yang hebat namun hampa.<br /><br />Bukan Sembarang Cairan<br /><br />Kita yang awam mengenal air sebagai kebutuhan paling pokok, bahkan tampaknya lebih pokok daripada kebutuhan primer apapun. siapapun tak akan dapat bertahan tanpa air. sehari-hari kita berinteraksi dengan air namun alangkah miskinnya pengetahuan kita tentang air membuat kita kurang menghargainya lebih dari sekedar barang yang cair dan penting. Tak kenal maka tak sayang, maka mari kita berkenalan sedikit lebih intim dengan “water, the beautiful thing” agar semakin tumbuh kecintaan kita terhadapnya sehingga kita bisa lebih menghargainya.<br /><br />Melihat air yang jernih bagaikan melihat permata berlian yang berkilauan. Sesungguhnya air yang cair itu adalah kumpulan trilyunan molekul H2O. Dalam dunia kimia dikenal H sebagai atom hidrogen dan O sebagai atom oksigen. Jadi H2O adalah satu molekul air yang mengandung satu atom oksigen dan 2 atom hidrogen. Padahal kita tahu bahwa pada tekanan atmosfer, oksigen dan hidrogen berwujud gas tapi ketika mereka bersatu saling mengikat janji bisa berubah wujudnya menjadi cair. Berkat kecerdasan kimiawan masa lalu kita dapat melakukan perhitungan begini, dalam 18 gram atau kurang lebih 18 mililiter air terkandung 6,022 x 1023 molekul H2O. Jadi, jika satu milyar adalah 10 maka bilangan tadi bermakna 602,2 ribu milyar milyar dan bilangan tersebut dikenal sebagai konstanta Avogadro. Itu baru 18 mililiter air, bayangkan jika kita meneguk segelas air atau mandi atau bahkan mengisi kolam renang, berapa banyak jumlah molekul air yang telah kita gunakan atau bahkan kita buang !!<br /><br />Molekul Air yang cantik dan Istimewa<br /><br />h2oJika kita melihat bentuk molekul air, maka semakin terbukalah rahasia mengapa zat ini demikian istimewa. Sesungguhnya jika gas oksigen dan gas hidrogen bertemu untuk membentuk molekul air, reaksi yang terjadi sangatlah berbahaya karena bisa timbul panas yang tinggi bahkan ledakan karena oksigen adalah gas yang dibutuhkan untuk pembakaran dan hidrogen adalah gas yang mudah terbakar. Tapi untunglah Tuhan telah menyediakan air semenjak penciptaan sehingga kita tidak perlu membuat air dengan ledakan. Kurang lebih dibebaskan energi berupa panas sebesar 242 kilo Joule untuk membuat air sebanyak 18 gram dari 22,4 liter atau 2 gram gas hidrogen dan .11,2 liter atau 16 gram gas oksigen pada suhu 0 derajat Celcius dan tekanan satu atmosfer. Mari kita lihat bentuk molekul air yang berhasil diamati dengan berbagai percobaan dan perhitungan yang rumit.<br /><br />Bentuk molekul air tersebut dan terutama sifat elektroniknya menjadikan air memiliki sifat fisika dan kimia yang fantastis. Apakah sifat elektronik itu ? Dalam pemahaman kimia dan fisika, semua sifat-sifat atom dan molekul ditentukan oleh perangai dan keadaan elektron yang mengelilingi inti atom. Ternyata alam mengajarkan kita lebih banyak lagi tentang berbagi dan bekerja sama. Ikatan yang terjadi antara dua atom hidrogen dan satu atom oksigen menjadi satu molekul air disebut ikatan kovalen. Yaitu ikatan antar atom yang terjadi karena setiap atom menyumbangkan elektron yang dimiliki untuk saling berpasangan dan digunakan bersama membentuk satu ikatan. Namun, karena oksigen memiliki kelebihan pasangan elektron, maka elektron yang tidak membentuk ikatan tersebut dikatakan sebagai “pasangan elektron bebas“. Adanya elektron bebas yang bersifat sangat negatif menjauhkan kedudukannya dari dua atom hidrogen sehingga ikatan H2O membengkok sebesar 107.5 derajat. Sedangkan keadaan alamiah atom oksigen yang bersifat negatif dan atom hidrogen yang bersifat positif menimbulkan pengkutuban atau perbedaan muatan. Kedua keadaan itulah yang menjadikan molekul air bersifat polar, artinya molekul air memiliki perbedaan muatan yakni negatif pada sisi pasangan elektron bebas dan positif pada sisi atom hidrogen. Kepolaran air bisa berarti segalanya dan amatlah besar faedahnya. Kepolaranlah yang menjadikan air dapat menghantarkan arus listrik. Berkat sifat air yang polar, dia bisa melarutkan berbagai macam zat lain, misalnya darah, protein, vitamin, garam dan lain-lain. Kenyataannya, air merupakan pelarut universal yang paling ramah terhadap lingkungan. Demikian sebaliknya, air terpisah dari minyak dan lemak karena adanya perbedaan kepolaran. Coba bayangkan jika air dan minyak dapat bercampur, betapa susahnya membersihkan tumpahan minyak di laut lepas !!. Walaupun demikian, sering kali sifat air sebagai pelarut universal malah merugikan dirinya sendiri karena dia mudah sekali tercemari oleh beraneka ragam materi kimia maupun biologi sehingga sulit untuk membersihkannya lagi, apalagi ditambah dengan ketidakkepedulian kita untuk menjaga kemurniannya.<br /><br />Adanya perbedaan muatan menjadikan ikatan antar molekul air sendiri cukup kuat sehingga pada suhu ruangan dia berbentuk cair, dibandingkan dengan bensin yang segera menguap. Aksi tarik menarik antara atom hidrogen di satu molekul air dengan pasangan elektron bebas pada molekul air yang lain disebut ikatan hidrogen dan oleh sebab itu diperlukan suhu 100o Celcius untuk mengubah keadaan cair menjadi uap. Air dikatakan memiliki nilai kalor spesifik yang tinggi, artinya diperlukan energi yang cukup besar untuk menjadikannya mendidih sebaliknya air dapat melepaskan panas perlahan-lahan ke lingkungan. Berkat sifat tersebut iklim di bumi tetap stabil demikian juga tubuh kita memiliki suhu yang konstan karena kurang lebih 70% permukaan bumi dan 60% tubuh mahluk hidup terdiri dari air.<br /><br />ikatan-hidrogen<br /><br />Begitu banyak keistimewaan air sehingga manfaatnya pun demikian luas mencakup berbagai aspek seperti kimia, fisika, biologi hingga agama, budaya, seni, bahkan ekonomi dan politik. Jika penelitian terakhir menunjukkan banyak situ-situ di sekitar Jakarta mulai menghilang itu berarti telah terjadi kesalahan dalam pengelolaan lingkungan. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti Jakarta akan benar-benar kehabisan mata air dan harus memproduksi air bersih dengan teknologi yang lebih mahal dan lebih rumit akibat kelalaian kita bersama. Sungguh, air yang cantik dan sangat penting dalam kehidupan kita itu memang materi yang paling melimpah di bumi. Air diciptakan dan dicurahkan bukan berarti untuk disia-siakan, maka sekarang saatnya untuk kita lebih menghargai air sebagai ciptaan Tuhan yang paling indah.<br />Fosfor Putih pada Penyerangan Israel ke Gaza<br />perang<br /><br />Penyerangan Israel ke Gaza baru-baru ini, Januari 2009, menambah pelajaran berharga pada kita semua. Seperti pisau, pada suatu saat dan situasi biasa merupakan alat yang bermanfaat (misal: untk menyiapkan makanan bagi keluarga kita) namun pada saat dan situasi yang berbeda bisa menjadi alat yang merusak dan bahkan bisa membunuh. Demikian juga bahan kimia, ditangan Israel fosfor putih yang sebenarnya bermanfaat telah menjadi alat/bahan yang efektif untuk memerangi Palestina.<br /><br />Mengapa demikian?<br /><br />Fosfor putih pada dasarnya sangat berguna untuk kehidupan. Dalam industri banyak digunakan untuk memproduksi asam fosfat dan senyawa kimia lain yang berguna pada pembuatan pupuk, bahan tambahan makanan, farmasi, pengolahan air, pakan ternak, senyawa pembersih dan perapuhan logam anti karat. Dalam konsentrasi kecil fosfor putih digunakan pada kembang api. Tetapi karena sifat kimia fisiknya yaitu ketika berada di udara terbuka dengan mudah akan terbakar dan mengeluarkan asap, maka sifat ini kemudian dimanfaatkan oleh militer (misal: Israel dan Amerika) untuk menghalau musuh-musuhnya.<br /><br />Apakah sebenarnya fosfor putih itu dan bagaimana sifat-sifatnya?<br /><br />Fosfor adalah unsur nonlogam bersimbol P dengan nomor atom 15 dan berat atom 30,97376. Biasanya digunakan dalam pembuatan asam fosfat, perunggu, suar, teknik perapian, korek api, racun tikus, dll. Alotrop fosfor ada beberapa: fosfor putih (kuning), fosfor merah, dan fosfor hitam yang masing-masing memiliki sifat kimia fisik yang berbeda.<br /><br />Fosfor putih (white phosphorus) adalah alat pembakar yang memproduksi asap dan suar yang berasal dari allotrop unsur fosfor. Material ini merupakan padatan putih (tak berwarna atau kuning) beracun yang bersifat seperti malam, lembut, berbau seperti bawang putih, meleleh pada 44,5 oC, larut dalam karbon disulfida, tidak larut dalam air dan alkohol. Unsur ini bereaksi secara cepat dengan oksigen sehingga akan terbakar dengan sendirinya di udara. Dikenal juga sebagai fosfor kuning.<br /><br />Alotrop sendiri adalah keadaan dimana suatu unsur dapat memiliki lebih dari satu bentuk atau struktur yang stabil biasanya pada daerah temperatur yang berbeda, contohnya adalah bentuk kristal yang berbeda dari karbon, grafit, dan intan. Dikenal juga dengan istilah alotriomorfisme, alotropisme.<br /><br />Apa yang terjadi ketika manusia terpapar dengan fosfor putih?<br /><br />Meskipun belum ada penelitian yang mendalam tentang efek fosfor putih pada kesehatan manusia, tetapi dari beberapa fakta yang terjadi pada pekerja yang berhubungan dengan unsur ini menunjukkan bahwa jika terpapar dengan fosfor putih dapat menyebabkan terbakar, iritasi,kerusakan hati, ginjal, paru-paru atau tulang, yang terparah adalah kematian.<br /><br />Badan-badan yang berwenang di Amerika (NIOSH, OSHA, ACGIH) telah menentukan ambang batas paparan di tempat kerja selama 8 jam kerja adalah 0,1 miligram fosfor putih per meter kubik udara (http://www.atsdr.cdc.gov/tfacts103.html).<br /><br />Jadi bisa dibayangkan apa yang terjadi di Palestina saat ini. Sungguh sangat disayangkan sesuatu yang sesungguhnya bermanfaat menjadi bersifat merusak ketika berada di tangan yang salah.<br /><br />Satu hal yang harus menjadi bahan pemikiran adalah bahwa penggunaan fosfor putih dalam perang tidak dilarang. Hal ini karena statusnya dalam Konvensi Senjata Kimia; Chemical Weapons Convention (CWC); bahan ini tidak termasuk dalam list senjata kimia. Kalau melihat akibatnya dalam perang itu hal ini patutlah dipertanyakan. Why………………..???<br />Dekomposisi Hidrogen dari Air Dengan Natrium<br />elektrolisis<br /><br />Hidrogen menawarkan keuntungan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan tanpa polusi. Hidrogen paling banyak diproduksi dari gas alam (48%), dan merupakan elemen paling ringan di dunia (berat atom = 1 g/mol), sehingga kemampuan difusinya sangat tinggi. Bisa juga digunakan sebagai bahan bakar reaktor fusi (masih tahap pengembangan), dan sebagai sumber bahan baku pembuatan HidroCarbon (BBM Sintetis). Salah satu kendala untuk produksi hidrogen adalah sumber gas alam sendiri adalah sumber energi yang tak dapat diperbaharui, cadangannya pun semakin menipis, dan harganya terus naik, apakah ada cara lain untuk mendapatkan hidrogen? Bagaimana mendapatkannya? Banyak caranya, diantaranya dengan elektrolisis air, namun kendalanya adalah biaya yang sangat mahal. Apakah ada cara lainnya… Ada, yaitu dengan Natrium/Sodium.<br /><br />Natrium banyak tersedia dan melimpah jumlahnya di lautan Bumi sebagai NaCl (garam), Natrium adalah elemen yang sangat reaktif, biaya produksi natrium pada tahun 1997 adalah US$ 0.30/kg - US$0.45/kg, cukup murah. Pada kondisi standar, logam natrium jika direaksikan dengan air akan menghasilkan gas hidrogen dengan reaksi sebagai berikut:<br /><br />2Na + 2H2O → 2NaOH + H2 …………………………..(1) Eksotermal<br /><br />2H2 + O2 → 2H2O ……………………………….(2) Autoignition<br /><br />Reaksi tersebut bersifat eksotermal yang menghasilkan panas, sehingga gas hidrogen secara otomatis terbakar, ini disebabkan karena gas hidrogen mengalami proses autoignition akibat perpindahan panas dari reaksi ke lingkungan. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah mungkin gas hidrogen dari reaksi ini dipanen? Jawabnya mungkin…<br /><br />Gas Hidrogen memiliki Flammability Limit dengan kisaran volume 4 - 75 % di udara, dan memiliki Autoignition Point pada suhu 585 0C, reaksi pembakaran selalu membutuhkan oksigen, begitu juga dengan Hidrogen, dengan reaksi sebagai berikut:<br /><br />2H2 + O2 → 2H2O ……………………………….(3)<br /><br />Proses Autoignition Hidrogen pada reaksi Natrium dengan Air dapat dicegah dengan cara menyingkirkan oksigen pada sistem tertutup sehingga Flammability Limit dan Autoignition tidak berlaku, bagaimana caranya? Dengan metode hampa dan gas inert (Nitrogen).<br /><br />Nitrogen memiliki titik didih pada -195.79 0C, pada kondisi cair nitrogen memilki suhu dibawah - 195.79 0C. Pelepasan gas nitrogen secara cepat kedalam sistem tertutup dapat menggantikan posisi oksigen. Pada kondisi standar, suhu kamar 25 0C, Nitrogen cair akan mendidih dengan sangat cepat, tuangkan nitrogen cair (suhu < - 196 0C) dari tabungnya kedalam wadah logam (yang bersuhu + 25 0C), maka nitrogen cair akan mendidih dengan sangat cepat namun tidak lama, bisa ditambahkan air agar lebih lama mendidihnya, gas inilah yang akan dimanfaatkan untuk menyingkirkan oksigen.<br /><br />Pada saat kondisi sistem (tertutup) telah dihampakan (vacum), segera isi dengan gas nitrogen, kemudian reaksikan natrium dengan air, akan menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida (produk samping), karena berada pada kondisi inert, reaksi autoignition hidrogen bisa dicegah, sekalipun efek eksotermall terus terjadi. Karena berat atom hidrogen = 1, maka hidrogen akan selalu mengisi ruang yang paling atas, difusifitasnya pun sangat cepat, tidak lupa juga hidrogen harus melewati kondensor agar suhunya turun (akibat proses eksotermal), setelah dingin bisa dikumpulkan dan dikompresi lalu hidrogen siap dipanen, sehingga proses ini memungkinkan untuk dilakukan.<br /><br />Bisa juga untuk menurunkan efek eksotermalnya, sebelum direaksikan natrium dicelupkan dulu ke nitrogen cair ( < - 195.79 0C), baru kemudian direaksikan dengan air, diharapkan efek eksotermalnya sedikit berkurang karena suhu natrium yang berada pada kisaran - 195 0C.<br /><br />Selain itu produk sampingnya yang berupa NaOH memiliki nilai jual juga, sehingga proses ini sangat menguntungkan.<br />Resiko Toksik pada Air Botol?<br /><br />Peneliti geokimia di Jerman mengklaim bahwa botol-botol plastik secara terus menerus melepaskan unsur antimonium (Sb) ke dalam air minum.<br /><br />Tim peneliti yang dipimpin oleh Bill Shotyk di University of Heidelberg menguji air-air yang dikemas dalam botol di daerah yang sama di Canada.<br /><br />Air yang dikemas dalam botol polietilen tereftalat (PET) mengandung hingga 375 ppt antimonium, sedangkan air dalam botol polipropilen mengandung hanya 8,2 ppt antimonium. Tiga bulan kemudian, air dalam botol PET mengandung hingga 626 ppt antimonium. PET dibuat dengan menggunakan katalis antimonium.<br /><br />Kelompok peneliti Shotyk menguji air tanah yang berasal dari daerah yang sama di Canada, dengan menggunakan alat penganalisis biji es yang sangat sensitif. Kadar antimonium yang mereka temukan sangat rendah (2 ppt). Laporan-laporan terdahulu melaporkan kandungan rata-rata 300 ppt.<br /><br />"Saya tidak yakin berapa banyak lab di luar sana yang benar-benar bisa mengukur berapa banyak antimonium yang terdapat dalam air tanah, kebanyakan orang memiliki batas deteksi yang jauh di atas nilai alami pada air tanah," kata Shotyk.<br /><br />Kadar antimonium dalam air botol yang diteliti ini lebih rendah dari kadar pengkontaminasi maksimum yang dianjurkan oleh EPA Amerika Serikat, yakni 6 bagian per juta. Shotyk lebih khawatir bahwa antimonium terus menerus terlepas ke dalam air dalam kemasan botol. "Yang ingin saya tunjukkan bukan bahwa air-air botol ini terkontaminasi oleh antimonium," kata dia, "tetapi hal yang penting adalah bahwa antimonium secara terus menerus dilepaskan dari botol ke dalam air".<br /><br />David Coggan, seorang ahli epidemiologi dari unit epidemiologi lingkungan MRC di Southampton, Inggris, menunjukkan sikap yang berhati-hati dalam menanggapi temuan ini. Hasil yang ditunjukkan oleh Shotyk masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut sebelum implikasi kesehatannya bisa dibahas, kata dia, sebagian karena masih sedikit yang diketahui tentang toksisitas antimonium. "Penting untuk memikirkan tentang rentang dosis berapa yang akan didapatkan oleh orang yang meminum air tersebut," kata Coggan. Meski demikian, Shotyk yang menemukan temuan ini tidak lagi meminum air yang dikemas dalam botol-botol PET.<br />Air Berperan Sebagai Katalis Dalam Proses Peledakan<br />water<br /><br />Bahan mentah yang paling berlimpah di bumi telah diketahui dapat memperlihatkan sebagai bahan kimia yang tidak semestinya ketika diletakkan pada kondisi yang sangat ekstrim.<br /><br />Baru-baru ini, para ilmuwan di Laboratorium Nasional Awrence Livermore telah memperlihatkan sesuatu hasil penelitian yang menarik bahwa air, jika diletakkan pada pada suhu kamar panas, berperan sebagai katalisasi complex dalam reaksi bahan peledak yang tak terbayangkan sebelumnya. Sebelumnya katalis hanya dapat berupa platinum dan enzim tapi untuk air sangat jarang sekali.<br /><br />Letusan berasal dari bahan peledak yang terbuat dari oksigen dan hydrogen yang dapat memproduksi air pada suhu 1000 derajat dan bertekanan lebih dari 100,000 atm.<br /><br />Dengan menggunakan prinsip terdahulu dari stimulasi atomistic peledakan bahan bakar tingkat tinggi PETN (penta erythritol tetranitrate) tim ilmuwan ini telah menemukan hal tersebut di air, ketika atom hydrogen bekerja sebagai reduktor dan hydrogen sebagai oksidator, atom-atom ini bertindak sebagai kelompok dinamik yang membawa oksigen selama reaksi berlangsung.<br /><br />Dalam simulasi molekul dinamik dengan menggunakan Blue Gene super komputer Laboratorium , Wu dan Larry Fried, Lin Ynag, Nir Goldman dan Sorin Bastea telah menemukan atom hydrogen (H) dan hidroksida (OH) di air yang membawa oksigen dari gudang nitrogen menuju bahan bakar karbon (dengan suhu bertemperatur antara 3000-4200 Kelvin). Pada kondisi seperti itu, air bekerja sebagai produk akhir dan katalis kimia yang sangat penting.<br /><br />Untuk molekul berkekuatan bahan peledak tinggi yang terbuat dari karbon, nitrogen, oksigen dan hydrogen seperti PETN, 3 produk utama gas nya adalah air, karbon dioksida dan molekul nitrogen.<br /><br />Tim ilmuwan ini telah menemukan bahwa nitrogen kehilangan oksigen lebih banyak daripada hydrogen dan karbon walaupun konsentrasi air telah mencapai keseimbangan.<br /><br />” Air merupakan bagian dari energi. Mekanisme katalis secara keseluruhan berbeda dengan komposisi sebelumnya yang hanya sebagai produk akhir ” kata Wu. Penemuan terbaru ini bermaksud agar para ilmuwan mempelajari keadaan yang terjadi di planet Uranus dan Neptunus. Dimana airnya yang mempunyai bentuk yang luar biasa.<br />Material Kaca Berkarakter Ganda : Cermin dan Transparan<br />kaca-transparan<br /><br />Pada tahun 1996, sekelompok peneliti di Belanda menemukan sejenis material yang dapat di ubah-ubah dari keadaan transparan ke reflektif (cermin) dan atau sebaliknya dengan mengekspos material termaksud dalam gas hidrogen. Peneliti menemukan bahwa film tipis dari metal yang dinamakan yttrium dan lanthanum , dengan bantuan hidrogen, kemudian membentuk senyawa hidrida metalik yang bersifat mengkilap. Jika ditambah lebih banyak lagi hidrogen ia menjadi transparan. Transformasi dari transparan ke reflektif (cermin) dapat dilakukan dengan memompa hidrogen diatas film pada tekanan yang berbeda.<br /><br />Agar perubahan dari kaca transparan ke cermin dapat dilakukan dengan baik maka peralatannya perlu dioperasikan secara elektris, dan komponen materialnya harus berbentuk benda padat.<br /><br />Rob Armitage dan rekan-rekannya dari the Lawrence Berkeley National Laboratory, di California, AS menjelaskan cara kerja alat yang dioperasikan dengan tombol . Cermin terdiri dari enam lapisan yang kompleks dan tersimpan pada gelas atau kaca. Lapisan tersebut merupakan logam campuran magnesium dan gadolinium, yang yang dapat bersifat reflektif apabila mengandung sedikit atau tanpa hidrogen tetapi akan menjadi transparan dengan kandungan hidrogen yang tinggi.<br /><br />Atom hidrogen yang mempengaruhi fase transisi atau fase pergantian dari transparan ke cermin tersebut diatas disimpan dalam lapisan tungsten trioxide yang memiliki muatan positif . Jika lapisan magnesium-gadolinium diberi muatan relatif negatif; terhadap film tungsten trioxide, hidrogen didorong kedalam logam campuran, dan akan menjadi terang. Pada waktu yang bersamaan tungsten trioxide , yang berwarna biru, pudar warnanya ketika hidrogen terbuang. Diantara dua lapisan terdapat ; film tipis palladium yang dapat ditembus oleh hidrogen dan dapat membantu mentransformasikan atom hidrogen bermuatan positif kedalam salah status yang netral , sehingga dapat dikombinasikan dengan logam campuran pada saat membentuk senyawa hidrida. Pada saat voltase atau tegangan berbalik, hidrogen kembali ke lapisan tungsten trioxide, dan logam campuran berubah menjadi cermin kembali.<br /><br />Para peneliti mengatakan bahwa cermin benda padat yang diuraikan tersebut diatas dapat stabil dalam keadaan transparan untuk beberapa jam. Secara prinsip film logam campuran dapat berubah dari transparan ke cermin hanya dalam beberapa menit saja sehingga cukup prospektif untuk diterapkan.<br /><br />Cermin dengan tombol listrik serupa di atas mungkin akan berguna bagi teknologi komunikasi optik. Sebagai contoh, pancaran cahaya yang memuat informasi data tertulis dalam pulsa optikal mungkin dapat disalurkan atau dialirkan kembali dari satu serat optik ke serat yang lainnya dengan mentransformasikan kaca jendela transparan ke kaca jendela yang dapat bersifat reflektif serupa cermin.<br /><br />Merubah batuan besi menjadi bahan anti kanker<br /><br />Ada banyak bahan kimia yang sedang dikembangkan oleh para peneliti saat ini karena prospeknya untuk di gunakan sebagai zat anti kanker. Fokus terbesar adalah penelitian terhadap senyawa-senyawa dari tumbuhan baik darat maupun tumbuhan laut yang bersifat aktif terhadap sel kanker. Senyawa-senyawa ini pada umunya merupakan turunan flavanoid. Sayangnya, untuk menemukan senyawa aktif tersebut dibutuhkan waktu yang agak lama karena harus diekstrak dari berbagai sumber, dikarakterisasi, diuji aktivitasnya kemudian baru disintesis untuk memperbanyak jumlahnya.<br />Pada dua dekade belakangan, ahli Biomaterial mulai mempelajari material-material anorganik untuk diaplikasikan sebagai anti kanker. Magnetit (Fe3O4) adalah senyawa yang paling menjanjikan untuk bidang ini. Magnetit merupakan salah satu jenis oksida besi yang paling umum dikenal dan terdapat cukup banyak di alam. Sesuai namanya, senyawa ini bersifat magnet (magnet alam pertama yang ditemukan manusia). Strukturnya sangat unik yaitu spinel terbalik karena sebenarnya senyawa ini merupakan gabungan dari dua oksida besi yaitu FeO dan Fe2O3<br /><br />yang dihubungkan oleh jembatan oksigen. Struktur seperti ini menghasilkan resultan momen magnet yang nyata serta kemampuan untuk transfer elektron ke ion tetangga secara simultan.<br /><br />Struktur kristal magnetit dan salah satu foto SEM partikel magnetit<br /><br />Agar magnetit tepat sasaran saat menyerang sel kanker, biasanya zat ini dimasukkan ke dalam tubuh bersama-sama dengan obat-obatan tertentu. Setelah magnetit diserap oleh sel kanker, maka tubuh pasien diberi medan magnet seragam dari luar dalam rentangan frekuensi yang tidak membahayakan (noninvasive). Momen magnet dari magnetit nanokristal dalam tubuh akan menjadi searah mengikuti arah momen medan luar sampai pada suatu titik dimana dia tidak lagi terpengaruh (kejenuhan magnetisasi). Ketika medan luar dihilangkan pada kondisi ini, momen magnet magnetit akan kembali secara perlahan-lahan ke kondisi awalnya. Peristiwa ini disebut relaksasi magnetik dan selalu menghasilkan panas sebagai akibat perubahan energi. Panas yang dihasilkan dalam sel kanker tersebut tidak berbahaya bagi manusia tapi sangat mematikan bagi sel kanker karena dia terkena secara langsung sehingga menyebabkan kematian sel kanker tersebut (sel kanker mati pada suhu 43°C).<br /><br />Banyak metoda telah dikembangkan untuk mensintesis magnetit agar memiliki struktur nanokristal. Ini merupakan syarat utama agar bisa digunakan sebagai bahan anti kanker karena jika magnetit memiliki struktur nanokristal dia akan memperlihatkan sifat superparamagentik serta mudah diserap ke dalam sel. Metoda tersebut antara lain dekomposisi kimia, transfer fasa , sonolisis, dan hidrotermal. Sayangnya semua metoda yang ada masih menggunakan prekursor berupa bahan kimia murni yang harganya relatif mahal dan seringkali memerlukan atmosfir nitrogen dalam prosesnya.<br /><br />Baru-baru ini saya dibawah bimbingan Dr. Syukri Arief, M.Eng berhasil mensintesis magnetit nanokristal secara langsung dari batuan besi yang banyak terdapat di Sumatera Barat tanpa memerlukan atmosfer inert. Batuan besi tersebut diproses secara hidrotermal sederhana sampai menghasilkan magnetit dengan kekristalan yang tinggi dan bersifat superparamagnetik. Idenya berawal dari usaha untuk meningkatkan nilai ekonomis batuan besi di beberapa kabupaten yang ada di sumatera barat. Selama ini batuan besi ditambang oleh perusahaan swasta untuk kemudian dijual mentah dengan harga murah ke Cina dan India. Tidak jarang kedua negara tersebut menjual kembali hasil olahan batuan tersebut berupa besi baja ke negara kita dengan harga yang lebih tinggi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan usaha-usaha untuk pemanfaatan sumber daya tambang yang ada di Sumatera Barat akan lebih banyak lagi.<br /><br />Daftar kepustakaan:<br /><br /> 1.<br /><br /> Yan, Aiguo;Liu, Xiaohe;Qiu Ghuanzhou;Wu, Hongyi;Yi, Ran;Zhang, Ning;Xu,Jing, Solvothermal synthesis and characterization of size-controlled Fe3O4 nanoparticles. Journal of Alloy and Compounds. (2007). In Press.<br /> 2.<br /><br /> Gary Wulfsberg, Inorganic Chemistry, 2000, University Science Books, 691.<br /> 3.<br /><br /> Xinchao Wei and Roger C. Viadero Jr, Synthesis of magnetite nanoparticles with ferric ion recovered from acid mine drainage: Impllications for environmental engineering, Journal of Colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng. Aspects, 2007, 294 : 280-286.<br /> 4.<br /><br /> Zhu,Hongliang;Yang,Deren;Luming,Zhu, Hydrothermal growth and characterization of magnetite (Fe3O4) thin films, Journal of Surface and Coatings Thecnology, 2007, 201 : 5870-5874.<br /><br /><br />Beberapa fakta seputar kaca<br /><br /><br />Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Tetapi seberapa banyakkah yang kita ketahui tentang senyawa unik ini? Inilah beberapa fakta tentang kaca.<br /><br />Dipandang dari segi fisika kaca merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap , yang dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO2) dan proses pembentukannya.<br /><br /><br />Beberapa sifat-sifat kaca secara umum adalah:<br /><br /> * Padatan amorf (short range order).<br /> * Berwujud padat tapi susunan atom-atomnya seperti pada zat cair.<br /> * Tidak memiliki titik lebur yang pasti (ada range tertentu)<br /> * Mempunyai viskositas cukup tinggi (lebih besar dari 1012 Pa.s)<br /> * Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluorida. Karena itulah kaca banyak dipakai untuk peralatan laboratorium.<br /> * Efektif sebagai isolator.<br /> * Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan. <br /><br />Sebagaimana bahan-bahan yang sangat banyak digunakan dalam peradaban modern, riwayat penemuan kaca tidaklah jelas sama sekali. Salah satu rujukan yang paling tua mengenai bahan ini dibuat oleh Pliny, yang menceritakan bagaimana pedagang-pedangang phoenisia purba menemukan kaca tatkala memasak makanan. Periuk yang digunakannya secara tidak sengaja diletakkan di atas massa trona di suatu pantai. Penyatuan yang terjadi antara pasir dan alkali menarik perhatian dan orang Mesir telah berusaha menirunya. Sejak tahun 6000 atau 5000 sebelum Masehi, orang mesir telah membuat permata tiruan dari kaca dengan ketrampilan yang halus dan keindahan yang mengesankan. Kaca jendela sudah mulai disebut-sebut sejak tahun 290. Silinder kaca jendela tiup ditemukan oleh para pendeta pada abad kedua belas. Dalam abad tengah, Venesia memegang monopoli sebagai pusat industi kaca. Di jerman dan inggris, kaca baru mulai dibuat pada abad ke-16. Secara keseluruhan sebelum tahun 1900, industri ini merupakan seni yang dilengkapi oleh rumus-rumus rahasia yang dijaga ketat. Proses pembuatannya-pun bersifat empiris dan hanya berdasarkan pada pengalaman.<br /><br />Pada tahun 1914, di Belgia dikembangkan proses Fourcault untuk menarik kaca plat secara kontiniu. Selama 50 tahun berikutnya para ilmuwan dan insinyur telah berhasil menciptakan berbagai modifiklasi terhadap proses penarikan kaca dengan tujuan untuk memperkecil distorsi optik kaca lembaran (kaca jendela) dan menurunkan biaya pembuatan.<br /><br />Reaksi yang terjadi dalam pembuatan kaca secara ringkas adalah sebagai berikut:<br />Na2CO3 + aSiO2 ? Na2O.aSiO2 + CO2<br />CaCO3 + bSiO2 ? CaO.bSiO2 + CO2<br />Na2SO4 + cSiO2 + C ? Na2O.cSiO2 + SO2 + SO2 + CO<br /><br />Walaupun saat ini terdapat ribuan macam formulasi kaca yang dikembangkan dalam 30 tahun terakhir ini namun gamping, silika dan soda masih merupakan bahan baku dari 90 persen kaca yang diproduksi di dunia.<br /><br />Kuarsa (SiO2), salah satu bentuk polimorfi silika<br /><br />Secara umum, kaca komersial dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan:<br /><br /> 1. Silika lebur. Silika lebur atau silika vitreo dibuat melalui pirolisis silikon tetraklorida pada suhu tinggi, atau dari peleburan kuarsa atau pasir murni. Secara salah kaprah, kaca ini sering disebut kaca kuarsa (quartz glass). Kaca ini mempunyai ciri-ciri nilai ekspansi rendah dan titik pelunakan tinggi. Karena itu, kaca ini mempunyai ketahanan termal lebih tinggi daripada kaca lain. Kaca ini juga sangat transparan terhadap radiasi ultraviolet. Kaca jenis inilah yang sering digunakan sebagai kuvet untuk spektrometer UV-Visible yang harganya sekitar dua jutaan per kuvet.<br /> 2. Alkali silikat. Alkali silikat adalah satu-satunya kaca dua komponen yang secara komersial, penting. Untuk membuatnya, pasir dan soda dilebur bersama-sama, dan hasilnya disebut Natrium silikat. Larutan silikat soda juga dikenal sebagai kaca larut air (water soluble glass) banyak dipakai sebagai adhesif dalam pembuatan kotak-kotak karton gelombang serta memberi sifat tahan api.<br /> 3. Kaca soda gamping. Kaca soda gamping (soda-lime glass) merupakan 95 persen dari semua kaca yang dihasilkan. Kaca ini digunakan untuk membuat segala macam bejana, kaca lembaran, jendela mobil dan barang pecah belah.<br /> 4. Kaca timbal. Dengan menggunakan oksida timbal sebagai pengganti kalsium dalam campuran kaca cair, didapatlah kaca timbal (lead glass). Kaca ini sangat penting dalam bidang optik, karena mempunyai indeks refraksi dan dispersi yang tinggi. Kandungan timbalnya bisa mencapai 82% (densitas 8,0, indeks bias 2,2). Kandungan timbal inilah yang memberikan kecemerlangan pada “kaca potong” (cut glass). Kaca ini juga digunakan dalam jumlah besar untuk membuat bola lampu, lampu reklame neon, radiotron, terutama karena kaca ini mempunyai tahanan (resistance) listrik tinggi. Kaca ini juga cocok dipakai sebagai perisai radiasi nuklir.<br /> 5. Kaca borosilikat. Kaca borosilikat biasanya mengandung 10 sampai 20% B2O3, 80% sampai 87% silika, dan kurang dari 10% Na2O. Kaca jenis ini mempunyai koefisien ekspansi termal rendah, lebih tahan terhadap kejutan dan mempunyai stabilitas kimia tinggi, serta tahanan listrik tinggi. Perabot laboratorium yang dibuat dari kaca ini dikenal dengan nama dagang pyrex. Kaca borosilikat juga digunakan sebagai isolator tegangan tinggi, pipa lensa teleskop seperti misalnya lensa 500 cm di Mt. Palomer (AS).<br /> 6. Kaca khusus. Kaca berwarna , bersalut, opal, translusen, kaca keselamatan,fitokrom, kaca optik dan kaca keramik semuanya termasuk kaca khusus. Komposisinya berbeda-beda tergantung pada produk akhir yang diinginkan.<br /> 7. Serat kaca (fiber glass). Serat kaca dibuat dari komposisi kaca khusus, yang tahan terhadap kondisi cuaca. Kaca ini biasanya mempunyai kandungan silika sekitar 55%, dan alkali lebih rendah.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA :<br />Barsounan, Michael. 1997. FUNDAMENTALS OF CERAMIC. The Mc-Graw Hill inc. Singapore.<br />Austin, Goerge T. 1984. SHEREVE’S CHEMICAL PROCESS INDUSTRIES.The Mc-Graw Hill inc.<br /><br />Belerang: Superkonduktor yang diharapkan<br /><br />Unsur belerang dapat ditemukan dalam beberapa bentuk allotropi, dua diantaranya adalah monoklinik dan rhombik belerang seperti gambar yang tertera di bawah ini.<br /><br /><br />Kanan : Rhombik belerang ; Kiri : Monoklinik Belerang<br /><br />Kedua-duanya baik monoklinik dan rhombik belerang terbentuk dari delapan atom belerang yang membentuk molekul siklik.<br /><br /><br />Molekul siklik dari belerang padat (S8)<br /><br />Rupa dari sulfur pada suhu dan tekanan biasa memiliki sifat isulator arus listrik. Walaupun, penelitian belerang pada tekanan tinggi menunjukkan bukti terjadinya transisi ke struktur berbeda yang merupakan fase logam (superkonduktivitas sering dikaitkan dengan perubahan struktur dari satu struktur kristal logam ke struktur logam lainnya, dimana struktur yang kedua menyimpang dari struktur sebelumnya). Elektromagnet khusus yang didasari oleh superkonduktif material digunakan secara luas di ilmu kedokteran untuk magnetik resonance imaging (MRI). Secara umum, superkonduktif material hanya menunjukkan sifat ini pada temperatur yang sangat rendah, lebih rendah daripada temperature hidrogen cair (20K).<br /><br />Sifat dari belerang ini sangatlah penting karena fase logamnya memiliki suhu kritis yang sangat tinggi yang melampaui superkonduktivitas dari unsur-unsur benda padat lainnya yang telah diteliti. Lebih lanjut, suhu kritis ini meningkat dengan bertambahnya tekanan, merupakan sifat yang luarbiasa. Sebagai contoh, selenium dan telurium, yang merupakan satu golongan dengan belerang, menunjukkan sifat yang berbeda. Belum ada yang tahu bagaimana menjelaskan fenomena tersebut. Makna dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa belerang membuka kesempatan untuk pengembanhan dari percobaan teori superkonduktivitas. Para peneliti sedang merencanakan untuk meningkatkan tekanan guna mempelajari sifat yang luarbiasa ini. [SS]<br />Raksa atau Merkuri, Bahaya dan Penanganannya<br />Berita di Kompas, 5 September 2002 kemarin menyatakan, sebagian besar sungai di Kalimantan Selatan (Kalsel), baik yang besar maupun yang kecil, terutama di tiga kabupaten/kota, yakni Tanah Laut, Kota Baru, dan Banjar, kini tercemar air raksa. Cemaran ini akibat kegiatan para penambang emas, baik oleh perorangan maupun perusahaan, yang diduga ilegal. Yang juga memprihatinkan, konsumen bisa dengan mudah membeli air raksa. Bahkan, dalam beberapa jam saja empat sampai lima ton air raksa habis diborong konsumen.<br /><br />Tulisan singkat ini memaparkan air raksa bahaya-bahayanya dan batas-batas standar yang ditetapkan oleh badan-badan kesehatan dan lingkungan dunia atau Amerika. Apakah raksa itu? Air raksa adalah logam yang ada secara alami, satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 357 oC air raksa akan menguap. Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam merkuri digunakan dalam produksi gas khlor dan soda kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai.<br /><br />Air raksa, sering disebut merkuri, dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor, belerang atau oksigen merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas volkanik.<br /><br />Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organo merkuri. Senyawa organomerkuri yang paling umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Karena bakteri itu kemudian terikut (termakan) oleh ikan, maka di ikan cenderung konsentrasi merkurinya akan tinggi. Nah, dari buangan di sungai Kalimantan ini dapat saja dalam waktu beberapa tahun kemudian akan terakumulasi di ikan, kemudian dampaknya akan ada pada generasi berikutnya. Ingat kasus Minamata di Jepang.<br /><br />Bagaimana orang dapat terkontaminasi merkuri? Ada beberapa cara: memakan ikan atau hewan air lainnya yang telah terkontaminasi metilmerkuri; terkontaminasi karena lepasnya merkuri dari penambal gigi (banyak pihak mengganggap kasus yang sangat jarang), menghirup udara yang mengandung merkuri dari tumpahan, atau limbah industri (orang-orang pekerja tambang yang tersebut dalam berita Kompas itu, penulis rasa rawan terhadap kontaminasi ini).<br /><br />Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupunmetilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin.<br /><br />Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik.<br /><br />Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya, pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan, masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi.<br /><br />Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Standard yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari). Nah, penulis mengira di Kalimantan, kalau benar peredarannya begitu bebas dan saya takut juga ditangani tidak semestinya batas-batas di atas pasti terlampaui.<br /><br />Bisakah dites apakah para pekerja terkontaminasi merkuri? berdasarkan catatan sampel darah dan urin dari sesorang dapat digunakan untuk mengetahui hal ini. Kadang diambil juga sampel rambut untuk diketahui kadar merkurinya pula.<br /><br />Mudah-mudahan pihak pemerintah daerah di Kalimantan segera turun tangan untuk mencegah bahaya yang lebih besar, yang saya yakin akan terjadi untuk semua lapisan dan akan melibatkan jumlah yang besar.<br />Teknologi Baru Pengolahan Air Membersihkan Air dengan Katalis<br />Baru-baru ini, Tim peneliti dari Hitachi mengumumkan bahwa mereka berhasil menemukan teknologi baru dalam pengolahan air. Mereka telah berhasil mengembangkan<br /><br />teknologi katalis untuk menguraikan zat organik yang terkandung dalam air. Katalis yang digunakan adalah katalis yang aktif setelah dikenai sinar ultraviolet. Dikatakan bahwa lebih dari 90 persen zat organik termasuk Dioksin bisa diuraikan dengan cara ini.<br /><br />Kelebihan teknologi ini dibandingkan dengan teknologi yang ada selama ini adalah cukup menggunakan katalis tanpa menggunakan zat tambahan. Beaya proses ini jauh<br />lebih murah dibandingkan dengan teknologi yang ada saat ini, misalnya dibandingkan dengan menggunakan membran. Di samping itu, proses penguraian zat organik dengan teknologi ini memerlukan waktu yang relatif singkat.<br /><br />Kelemahan dari teknologi ini adalah ambang konsentrasi polutan yang masih relatif kecil, dibawah 100 ppm. Sehingga, untuk air limbah yang memiliki tingkat konsentrasi zat organik sangat tinggi diperlukan proses pendahuluan untuk menurunkan kandungan zat organiknya.<br /><br />Katalis adalah zat yang bisa mempercepat atau memacu terjadinya suatu reaksi. Dalam hal ini adalah reaksi penguraian zat organik. Untuk proses pengolahan air ini, katalis yang dipakai adalah Titan Oksida. Titan Oksida menjadi oksidator kuat setelah disinari sinar ultraviolet. Titan Oksida yang telah aktif tersebut akan mengoksidasi zat-zat organik ada.<br /><br />Alat pembersih air yang dirancang oleh Hitachi memiliki bentuk yang sederhana. Yaitu berupa reaktor berbentuk silinder dengan sumber sinar ultraviolet pada bagian tengahnya. Sedangkan katalis ditempelkan pada dinding dalam silinder dengan zat perekat. Air limbah cukup dilewatkan pada reaktor silinder tersebut dan zat organik yang terkandung di dalamnya akan diuraikan oleh katalis yang di dinding silinder.<br /><br />Saat ini, Indonesia sedang menghadapi masalah serius tentang air bersih. Kelihatannya kita bisa menaruh harapan pada pengembangan teknologi ini.<br /><br />Diposkan oleh Sudarmono di 08:47<br />0 komentar:<br /><br />Poskan Komentar<br /><br />Posting Lama Beranda<br />Langgan: Poskan Komentar (Atom)<br />Daftar Isi<br /><br /> * ▼ 2009 (2)<br /> o ▼ Juni (2)<br /> + Kimia Anorganik Kehidupan<br /> + Kimia Anorganik Unsur dan Senyawa<br /><br />Mengenai Pengarang<br />Foto Saya<br /><br />Sudarmono<br /> Bandar Lampung, Lampung, Indonesia<br /> Assalamu'alaikum. Ismii Sudarmono min Bandar Lampung yaitu fi Universitas Lampung, tepatnya Jurusan Kimia FMIPA.<br /><br />Lihat profil lengkapkuUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-84655821727658225742010-05-23T05:30:00.000-07:002010-05-23T05:36:38.457-07:00Scribd<br /><br /> * Explore<br /> * Community<br /><br />Transparent<br />Search Books, Presentations, Business, Academics...<br /><br /> *<br /> * hlestyana<br /> o My Home<br /> o View Public Profile<br /> o My Documents<br /> o My Collections<br /> o Messages<br /> o Settings<br /> o Help<br /> o Log Out<br /><br /> <br />1<br />Top<br />Previous Page<br />Next Page<br /> / 17<br />Zoom Out<br />Zoom In<br />Fullscreen<br />Exit Fullscreen<br />Select View Mode<br />View Mode<br />BookSlideshowScroll<br />Readcast<br />Add a Comment<br />Embed & Share<br />Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what you're reading. Select the sites below and start sharing.<br />Check_27x27Transparent<br />Check_27x27Transparent<br />Check_27x27TransparentLink account<br />Transparent<br /><br />Readcast Complete!<br /><br />Click 'send' to Readcast!<br />edit preferences<br />Set your preferences for next time... Choose 'auto' to readcast without being prompted.<br />hlestyana<br />Hery Lestyana<br />Link account<br />AdvancedCancel<br />Add a Comment<br />View commentsSpinner_24x24<br />Share & Embed<br />Link / URL:<br />Embed Size & Settings:<br /><br /> * Width: Auto<br /> * Height: (proportional to specified width)<br /> * Start on page:<br /> * Preview View:<br /><br />More share options<br />Add to Collections<br />Auto-hide<br /><br /><br /><br />PERCOBAAN VII<br />A. Judul: Argentometri<br />B. Tujuan: Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara mohr dan<br />Volhard<br />C. Dasar Teori<br /><br />Titrasi pegedapan terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag+ dan anion-anion X- yaitu : halide, tiosianat dan sianida. Cara-cara ini dimana AgNO3 dipergunakan sebagai larutan standar dinamakan argentometri.<br />Ag+ + X-<br />AgX(p)<br /><br />Suatu reaksi pengendapan berlagsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk mempuyai kelarutan yang cukup kecil. Didekat titik ekivalennya aka terjadi perubahan besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi. Untuk menentukan berakhirya suatu reaksi pengendapan dipergunakan suatu indicator yang baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi dipergunakan degan berhasil baik untuk titrasi pegendapan ini. Cara mohr menggunaka ion kromat untuk mengendapkan Fe3+ untuk membentuk kompleks berwarna dengan ion tiosianat dan cara fajans menggunakan indikator adsorbsi.<br />Maka Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat<br />dibedakan atas :<br />1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)<br /><br />Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5– 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :<br />Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO2<br />7+ H2O<br />Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O<br /><br />Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.<br /><br />Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion<br />perakion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna<br />coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi.<br />*. Titrasi Penetapan Klorida Secara Mohr<br />Titrasi ini berdasarkan atas reaksi :<br />Ag+ + Cl<br />AgCl(p )<br /><br />Jika membandingkan hasil kali kelaruta AgCl dan Ag2CrO4, maka<br />AgCl akan mengendap terlebih dahulu.<br />Ksp AgCl = 1,8 x 10-10<br />Ksp agCrO4 =1,9 x10-12<br /><br />Dengan demikian maka CrO42- dapat diguakan sebagai indikator untuk titrasi Mohr ini.jika di dalam labu titrasi terdapat ion Cl- yang megandung sedikit ion kromat ,dengan menambahkan larutan Ag+ , mula-mula AgCl akan mengendap dan setelah terjadi pegendapan sempurna dari AgCl ,maka terjadi endapan merah kuning dari AgCl, maka terjadi endapan merah kuning dari Ag2CrO4, pH larutan di antara 7 dan 10<br />2. Metode volhard<br /><br />Metode ini didasarkan atas pembentukan merah tiosianat dalam suasana asam nitrat , dengan ion besi(III) sebagai indikator untuk mengetahui adanya ion tiosianat berlebih .metode ini dapat di pakai untuk penetapan langsung ion perak dalam larutan ,dengan larutan tiosianat .di samping itu juga dapat dipakai untuk penetapa kadar ion klorida secara tidak langsung dalam suasana agak kuat .<br /><br />Dalam hal ini kepada larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam jumlah yang sedikit berlebihan .kelebihan ion perak dititrasi terhadap larutan baku tiosianat dengan memakai ion besi (III) sebagai oksidator .ion-ion asing yang dapat meggangu ialah ion merkuri, Co (II),Ni(II), dan Cu (II) dalam konsentrasi yang cukup besar.<br /><br />Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN.<br />3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)<br /><br />Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+.<br /><br />Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.<br /><br />Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder. (Khopkhar, SM.1990)<br />Pembentukan Endapan Berwarna<br /><br />Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).<br /><br />Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0– 10,0. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4 - hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :<br />2H+ + 2CrO4 - ↔ 2HCrO4 ↔ Cr2O2<br />7- + 2H2O<br /><br />Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut.<br />D.Alat dan Bahan<br />a. Alat<br />Pipet tetes<br />labu Erlenmeyer<br />Gelas kimia<br />Gelas ukur<br />Labu takar<br />Statif dan klem<br />Corong<br />batang pengaduk<br />spatula<br />Pipet volum<br />Buret<br />Neraca analit<br />b. Bahan1. Garam Dapur 6. Indikator Fe3+2. Indikator K2CrO4 7. HNO3.<br />AgNO3 0,1 M<br />8. Aquades4. NaC5. KSCN 0,1 N<br />Prosedur Kerja<br />1) Penetapan NaCl dalam garam dapur (cara Mohr)<br /><br />- Ditimbang 1 gram<br />- Dilarutkan dengan air suling<br />- Dimasukkan dalam labu takar 100 ml<br />- Pipet 25 ml larutan contoh<br />- Dimasukkan dalam Labu erlenmeyer<br />- Ditambahkan indikator K2CrO4 5%<br />- Dititrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah<br />diketahui molaritasnya<br />- Perhatikan perubahan warna yang terjadi<br />1 gram Garam<br />da<br />p<br />ur<br />Endapan merah dari<br />endapan putih<br />2) Penetapan NaCl dalam garam dapur (cara Volhard)<br />-<br />Ditimbang<br />-<br />Dilarutkan dengan air suling<br />-<br />Dimasukkan dalam labu takar 100 ml<br />-<br />Diimpitkan sampai tanda batas<br />-<br />pipet 25 ml larutan contoh<br />-<br />Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml<br />-<br />Ditambahkan 50 ml AgNO3 0,1 M<br />-<br />Diencerkan sampai tanda batas<br />-<br />Dikocok sampai homogen<br />-<br />Kemudian disaring dengan kertas saring berlipat<br />-<br />Dipipet air saringan 50 ml<br />-<br />Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer<br />-<br />Dibubuhi 10 ml HNO3 4 M dan 5 ml indikator Fe3+<br />-<br />Kelebihan AgNO3 dititar dengan larutan standar<br />KSCN 0,1 M<br />1 gram Garam<br />dapur<br /><br />Larutan berwarna<br />putih dan terdapat<br />endapan<br />Argentometri oleh eko cahyono<br /><br />Reads:<br />599<br />Uploaded:<br />04/07/2010<br />Category:<br />Uncategorized.<br />Rated:<br />Report this document?<br /><br />Please tell us reason(s) for reporting this document<br /><br />Spam or junk<br /><br />Porn adult content<br /><br />Hateful or offensive<br /><br />If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these directions to submit a copyright infringement notice.<br /><br />Cancel<br />F4813db969<br />EkoCahyono_UNG<br />Reading just got better!<br /><br />You're getting a sneak peak at Scribd's new HTML reading experience. Learn more about the future of reading.<br /><br /> * See this document in Flash mode<br /> * Change your reading preferences<br /><br />Share & Embed<br />Link / URL:<br />Embed Size & Settings:<br /><br /> * Width: Auto<br /> * Height: (proportional to specified width)<br /> * Start on page:<br /> * Preview View:<br /><br />More share options<br />Related<br /><br /> 1.<br /> 11 p.<br /><br /> ARGENTOMETRI<br /><br /> Reads: 0<br /> 19 p.<br /><br /> Laporan Praktikum Laboratorium Lin...<br /><br /> Reads: 98<br /> 17 p.<br /><br /> Percobaan Argentometri Volhard<br /><br /> Reads: 0<br /> 2.<br /> 29 p.<br /><br /> ASIDI-ALKALIMETRI<br /><br /> Reads: 0<br /> 14 p.<br /><br /> Iso 1<br /><br /> Reads: 952<br /> 39 p.<br /><br /> titrasi<br /><br /> Reads: 0<br /> 3.<br /> 4 p.<br /><br /> ARGENTOMETRI oleh Musrin Salila<br /><br /> Reads: 187<br /> 20 p.<br /><br /> Yodometri Dan Yodimetri<br /><br /> Reads: 0<br /> 212 p.<br /><br /> SMK_Kimia Analitik_Adam W<br /><br /> Reads: 6720<br /> 4.<br /> 5 p.<br /><br /> Lap Titrasi Asam Basa<br /><br /> Reads: 12157<br /> 100 p.<br /><br /> 18817743 Bundel Lab Kimia Organik<br /><br /> Reads: 0<br /> 13 p.<br /><br /> K1-2<br /><br /> Reads: 6<br /> 5.<br /> 100 p.<br /><br /> Bundel Lab Kimia Organik<br /><br /> Reads: 7680<br /> 16 p.<br /><br /> Laporan Praktikum Laboraturium Lin...<br /><br /> Reads: 260<br /> 11 p.<br /><br /> pengolahan garam beryodium<br /><br /> Reads: 150<br /> 6.<br /> 10 p.<br /><br /> Abu<br /><br /> Reads: 0<br /> 21 p.<br /><br /> Lap. Urine Bab 5<br /><br /> Reads: 0<br /> 23 p.<br /><br /> aSidi aLKalinitas<br /><br /> Reads: 48<br /> 7.<br /> 4 p.<br /><br /> Iodometri Dan Iodimetri<br /><br /> Reads: 1107<br /> 19 p.<br /><br /> POTENSIOMETRI 3<br /><br /> Reads: 0<br /> 3 p.<br /><br /> Death Penalty Counter Argument<br /><br /> Reads: 0<br /> 8.<br /> 1 p.<br /><br /> Genie GIT-1BL earns 2010 Piplzchoi...<br /><br /> Reads: 0<br /> 106 p.<br /><br /> Green Field, Allen - The Secret Ci...<br /><br /> Reads: 0<br /> 35 p.<br /><br /> Zillow a to Z Presentation_May 11_...<br /><br /> Reads: 0<br /> 9.<br /> 13 p.<br /><br /> Budgeting Tips: Paying Off Debts ...<br /><br /> Reads: 0<br /><br />More from this user<br /><br /> 1.<br /> 3 p.<br /><br /> Pemisahan Dan Penentuan Kadar A...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 44<br /> 2 p.<br /><br /> Pemisahan Iod Dengan Metode Eks...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 69<br /> 9 p.<br /><br /> METODE PEMISAHAN<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 95<br /> 2.<br /> 22 p.<br /><br /> METODE KROMATOGRAFI oleh<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 187<br /> 3 p.<br /><br /> Identifikasi Kurkumin Pada Temu...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 31<br /> 82 p.<br /><br /> Factor - Faktor Yang Menghambat...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 148<br /> 3.<br /> 18 p.<br /><br /> ELEKTROLISIS oleh Eko Cahyono<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 80<br /> 2 p.<br /><br /> Ekstraksi Minyak Kemiri Secara ...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 113<br /> 2 p.<br /><br /> DESTILASI ZAT CAIR oleh EKO CAH...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 19<br /> 4.<br /> 9 p.<br /><br /> Praktikum Kimia Dasar Oleh Eko ...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 93<br /> 16 p.<br /><br /> Plastik Biodegradable Oleh Eko ...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 267<br /> 47 p.<br /><br /> MODUL Kimia Dasar 2 Oleh Eko Ca...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 451<br /> 5.<br /> 15 p.<br /><br /> Isolasi Kafein Dari Kopi Oleh E...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 254<br /> 72 p.<br /><br /> Pengaruh Pembelajaran Sistem Ko...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 1,539<br /> 8 p.<br /><br /> Spektroskopi Serapan Atom (SSA)...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 452<br /> 6.<br /> 2 p.<br /><br /> Sokletasi Maserasi Dan Perkolas...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 328<br /> 6 p.<br /><br /> Pembuatan Garam Kompleks Dan Ga...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 542<br /> 5 p.<br /><br /> Pembuatan Dan Beberapa Sifat Na...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 71<br /> 7.<br /> 4 p.<br /><br /> PEMBUATAN CuSO4 Oleh Eko Cahyono<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 137<br /> 38 p.<br /><br /> Konsep Dasar Analisis Kualitati...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 1,207<br /> 286 p.<br /><br /> Kelas11 Sma Kimia Eko Cahyono<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 358<br /> 8.<br /> 202 p.<br /><br /> Kelas10 Sma Kimia Eko Cahyono A...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 385<br /> 186 p.<br /><br /> Kelas10 Sma Kimia Eko Cahyono<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 607<br /> 262 p.<br /><br /> Kelas10 Sma Kimia Budi Utami<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 451<br /> 9.<br /> 43 p.<br /><br /> Kadar Mineral Fosfor (P) Pada K...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 662<br /><br />Hery Lestyana<br />Add a Comment<br />Spinner_trans_gray<br />m155<br />m155 read this 05 / 15 / 2010Learn more about Readcast.<br />Vien Ipiinn<br />vien-triasiv-6077 read this 05 / 11 / 2010Learn more about Readcast.<br />sikelincilucu<br />sikelincilucu read this 05 / 11 / 2010Learn more about Readcast.<br />Ticha Bho<br /><br />Ticha_Bho_9317 left a comment<br /><br /> ipip.lolypop12@gmail.com<br /><br />04 / 12 / 2010<br />ReplySpinner_mac_white<br />Report<br />Ticha Bho<br /><br />Ticha_Bho_9317 left a comment<br /><br /> gimn cara downloadnya??<br /><br />04 / 12 / 2010<br />ReplySpinner_mac_white<br />Report<br />Print this document<br />High Quality<br /><br />Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).<br />Browser Printing<br /><br />Coming soon!<br />Print this document<br />High Quality<br /><br />Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).<br />Browser Printing<br /><br />Coming soon!<br />Add this document to your Collections<br />Transparent<br />Name:<br />Description:<br />Collection Type:<br />public locked: only you can add to this collection, but others can view it<br />public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions<br />private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it<br />Cancel<br />Finished? Back to Document<br />Add this document to your Collections<br />Transparent<br />Name:<br />Description:<br />Collection Type:<br />public locked: only you can add to this collection, but others can view it<br />public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions<br />private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it<br />Cancel<br />Finished? Back to Document<br />Transparent<br />Search Books, Presentations, Business, Academics...<br />Scribd<br /><br /> * About<br /> * Press<br /> * Jobs<br /> * Contact<br /> * Blog<br /> * Scribd Store<br /><br />Legal<br /><br /> * Terms - General<br /> * Terms - API<br /> * Terms - Privacy<br /> * Copyright<br /><br />Help & Tools<br /><br /> * Getting Started<br /> * Community Guidelines<br /> * Support & FAQ<br /> * Web Stuff<br /><br />Partners<br /><br /> * Partners / Publishers<br /> * Branded Reader<br /> * Developers / API<br /><br />Subscribe to Us<br /><br /> * On Scribd<br /> * On Twitter<br /> * On Facebook<br /><br />Enter your email address:<br /><br />or Spinner_mac_white<br />What's New<br /><br /> * We have updated our Terms of Service<br /> * Branded Reader<br /> * Multi-file UploaderUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-23671556764683866622010-05-23T05:24:00.003-07:002010-05-23T05:26:26.270-07:00skip to main | skip to sidebar<br />CHEMISTRY<br /><br />Bagi analyst pemula mungkin bisa sedikit membantu... ^_^<br />Blog ini<br />Di-link Dari Sini<br />Web<br />Blog ini<br /> <br /> <br /> <br /> <br />Di-link Dari Sini<br /> <br /> <br /> <br /> <br />Web<br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br />Minggu, 12 Juli 2009<br />Kimia Analitik<br />Pengertian dan Penggolongan Kimia Analitik<br /><br /><br />Kimia analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan dengan apa yang terdapat dalam sampel sedangkan analisis kuantitatif berhubungan dengan berapa banyaknya zat dalam sampel. Untuk analisis kuantitatif, tipe analisis dapat dikelompokkan berdasarkan sifat informasi yang dicari, ukuran sampel dan proporsi konstituen yang ditetapkan.<br /><br />Ruang Lingkup Kimia Analitik<br /><br />Untuk melakukan suatu analisis kimia, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain keterangan yang ada waktu yang dan biaya yang tersedia. Penerapan Kimia Analitik cukup luas artinya tidak hanya berperan dalam bidang kimia saja tetapi dapat juga diterapkan pada bidang-bidang lain maupun masyarakat.<br /><br />Konsentrasi Larutan<br /><br />Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih, terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Kepekatan suatu larutan secara kuantitatif dinyatakan dengan konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan sebagai molaritas, formalitas, normalitas persen komposisi maupun ppm. Bila massa zat terlarut dan volume larutan diketahui maka konsentrasi dapat dihitung demikian pula sebaliknya.<br /><br />PERALATAN DAN METODE ANALISIS KIMIA<br /><br />Alat-Alat Kimia Analisis dan Cara Penggunaannya<br /><br />Alat-alat analisis kimia yaitu alat-alat yang sering digunakan dalam pekerjaan analisis kimia; seperti: pipet volumetri, labu takar, buret, labu erlenmeyer, neraca analitik ataupun neraca listrik/neraca digital, cawan krus, pembakar bunsen. Adapun alat-alat kimia yang lainnya sebagai pendukung pekerjaan analisis yaitu gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, tabung reaksi, pipet, corong, maupun batang pengaduk. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam analisis kimia diperlukan cara-cara yang khusus dalam pemakaian dan pemeliharaannya. Alat-alat analisis kimia umumnya digunakan dalam pekerjaan titrasi, gravimetri, maupun analisis secara instrumentasi. Adapun untuk pekerjaan analisis kuantitatif anorganik yang perlu ketelitian lebih besar maka sebelum pemakaian alat-alat volumentri yang terbuat dari gelas sebaiknya dilakukan dahulu kalibrasi alat.<br /><br />Ketelitian Pengukuran, Kalibrasi Alat, dan Metode Analisis<br /><br />Ketelitian pengukuran merupakan cara pembacaan skala yang tepat pada alat ukur volumetri (labu takar, pipet gondok, ataupun buret) memperhatikan angka signifikan, toleransi pembacaan skala, dan ketelitian standar dari alat. Pembacaan skala pada alat ukur volumetri (buret, pipet gondok, labu takar, labu ukur) harus benar-benar diperhatikan, dalam hal melihat skala, kedudukan badan, jenis alat maupun jenis larutan, dengan memperhatikan angka signifikan, toleransi pembacaan skala, dan sifat ketelitian alat. Kalibrasi dilakukan agar hasil pengukuran selalu sesuai dengan alat ukur standar/alat ukur yang sudah ditera.<br /><br />Metode Analisis<br /><br />Metode analisis kuantitatif anorganik merupakan salah satu metode analisis kimia yang menitikberatkan pada cara yang digunakan pada waktu pengukuran suatu sampel. Metode analisis kuantitatif anorganik meliputi: 1) metode yang memperhatikan penampilan reaksi kimia yang berlangsung, termasuk dalam metode ini adalah cara titrasi konvensional dan gravimetri, 2) metode yang memperhatikan sifat kelistrikan (arus, potensial, ataupun hambatan listrik). Termasuk dalam metode ini adalah cara titrasi konduktometri dan titrasi potensiometri; 3) metode yang memperhatikan sifat optik. Termasuk dalam kategori ini yaitu pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan spektrofotometer UV (ultra violet) ataupun spektrofotometer VIS (visible)/sinar tampak.<br /><br />TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PEKERJAAN ANALISIS KIMIA<br /><br />Tahapan-Tahapan dalam Pekerjaan Analisis Kimia Kuantitatif<br /><br />Ada empat tahapan kerja yang harus dilakukan untuk analisis kimia kuantitatif, yaitu: sampling, pengubahan keadaan cuplikan menjadi bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pengukuran, pengukuran, dan perhitungan serta interpretasi data yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan.<br /><br />Analisis Data Hasil Analisis Kimia<br /><br />Kesalahan pengukuran untuk kepentingan analisis dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu: kesalahan sistematis, kesalahan acak, dan kesalahan merambat.<br /><br />Ketepatan suatu hasil pengukuran ialah besar atau kecilnya penyimpangan yang diberikan oleh hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai sebenarnya.<br /><br />Kecermatan dapat dinyatakan oleh besar-kecilnya simpangan baku (s) yang dapat diperoleh dengan jalan melakukan analisis berulang-ulang.<br /><br />Dasar Statistika untuk Pengolahan Hasil Analisis Kimia<br /><br />Mean atau rerata menggambarkan harga tengah dari sekumpulan data, sedangkan median menggambarkan nilai tengah dari sekumpulan data setelah data diurutkan dari nilai terkecil ke nilai terbesar atau sebaliknya. Mode menggambarkan frekuensi yang paling sering muncul dalam suatu kejadian. Simpangan baku dapat digunakan sebagai ukuran variabilitas hasil analisis, batas konfidensi didefinisikan sebagai sebuah interval sekitar rata-rata (X) yang mengandung rata-rata sesungguhnya. Pemilihan kriteria untuk menolak data yang dicurigai dapat dilakukan Uji Nilai Q.<br /><br />IDENTIFIKASI DAN PEMISAHAN KATION-ANION<br /><br />Pemeriksaan Kualitatif Anorganik Pendahuluan<br /><br />Analisis pendahuluan atau pemeriksaan pendahuluan, meliputi pemeriksaan pendahuluan dengan uji kering. Pemeriksaan pendahuluan dengan uji kering meliputi: uji rupa dan bentuk zat pada suhu kamar, uji warna zat pada keadaan panas dan dingin, uji zat dalam pipa pijar (gejala yang dapat dilihat adalah: perubahan warna, melumer, meyublim, keluarnya uap air, keluarnya gas), uji tes nyala, uji mutiara boraks, fosfat, dan natrium karbonat, uji reduksi arang kayu. Dengan uji pendahuluan maka akan diperoleh data sementara dari zat yang diperiksa, maka selanjutnya dilakukan identifikasi kation ataupun anion.<br /><br />Prinsip Titrasi Redoks<br /><br />Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).<br /><br />Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut:<br /><br />Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.<br /><br />Kurva Titrasi dan Penetapan Titik Akhir Titrasi Redoks<br /><br />Pada titrasi redoks, selama titrasi terjadi perubahan potensial sel. Harga ini sesuai dengan perhitungan menggunakan persamaan Nernst. Kurva titrasi redoks diperoleh dengan mengalurkan potensial sel sebagai ordinat dan volume titran sebagai absis. Untuk membuat kurva titrasi diperlukan data potensial awal, potensial setelah penambahan titran tapi belum titik ekivalen, potensial pada titik ekivalen dan potensial setelah titik ekivalen. Kurva titrasi antara lain berguna untuk menentukan indikator dimana indikator digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi redoks dapat ditetapkan dengan beberapa cara yaitu mengikuti titrasi secara potensiometri, titran bertindak sebagai indikator atau auto indikator, contoh: KMnO4, menggunakan indikator spesifik contoh: kanji, dan menggunakan indikator redoks contoh kompleks besi (II) 1,10-fenantrolin (feroin) dan difenilamin. Indikator redoks adalah zat warna yang dapat berubah warnanya bila direduksi atau dioksidasi. Setiap indikator redoks berubah warna pada trayek potensial tertentu. Indikator yang dipilih harus mempunyai perubahan potensial yang dekat dengan potensial titik ekivalen.<br /><br />TITRASI ARGENTOMETRI<br /><br />Macam-macam Titrasi Argentometri<br /><br />Metode Mohr, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat. Metode Volhard menggunakan larutan standar ion tiosianat untuk mentitrasi ion perak: Ion besi(III) bertindak sebagai indikator yang menyebabkan larutan berwarna merah dengan sedikit kelebihan ion tiosianat. Metode Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.<br /><br />Penerapan Titrasi Argentometri<br /><br />Larutan standar perak dapat dibuat dengan 2 cara yaitu: cara 1 dengan melarutkan 10,787 g logam perak murni dalam asam nitrat pekat dan mengencerkannya dalam air hingga volumenya 1 L, larutan perak nitrat yang dibuat dengan cara ini tidak dapat digunakan untuk metoda Mohr karena larutan bersifat asam. Cara 2, dapat dilakukan dengan melarutkan 169,87 g perak nitrat murni (99,9 %) dalam 1 L air. Larutan perak nitrat yang dibuat dengan cara kedua ini dapat langsung digunakan sebagai standar primer tetapi cara keduanya jarang dilakukan karena perak nitrat murni terlalu mahal.<br /><br />Cara pembuatan larutan standar perak nitrat biasanya dilakukan dengan melarutkan sejumlah berat kristal perak nitrat teknis (katakan 169,87 g) dalam 1 L air. Kemudian menstandarkan larutan perak nitrat melalui titrasi argentometri dengan larutan standar primer NaCl. Larutan standar perak nitrat harus disimpan dibotol coklat karena perak nitrat dapat terurai oleh cahaya.<br /><br />Pembuatan larutan standar kalium tiosianat 0,1 M dapat dilakukan dengan menimbang 10,5 gram kalium tiosianat dan melarutkannya dalam air kemudian mengencerkannya hingga volume 1 L. Indikator adsorbsi di-iododimetilfluoresen, dan fluoresen dapat digunakan untuk penentuan campuran halida. Perbedaan kedua titrasi menyatakan konsentrasi ion klorida.<br /><br />TITRASI KOMPLEKSOMETRI<br /><br />Pembentukan Kompleks<br /><br />Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa atau ion kompleks. Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan ligan merupakan reaksi asam basa Lewis. Ligan ada yang monodentat dan polidentat. Ligan monodentat jarang digunakan untuk titrasi ion-ion logam. Contoh yang sering dibahas adalah titrasi sianida dengan ion perak.<br /><br />Diposkan oleh @r!eF di 20:31 0 komentar<br />Teknik Analisis<br />ANALISIS KUANTITATIF<br /><br />VOLUMETRI<br />I. ASIDI - ALKALIMETRI<br />1. Penentuan Kadar Asam Asetat<br />Prinsip : Reaksi netralisasi asam lemah (CH3COOH) dengan basa kuat<br />Reaksi yang terjadi adalah :<br />CH3COOH + NaOH ® CH3COONa + H2O<br />Atau<br />H+ + OH- ® H2O<br />Dasar teori :<br />Asam asetat merupakan asam lemah dengan Ka = 1,8 x 10-5 (pKa = 4,74). Jika 10,0 mL asam asetat 0,1 N dititrasi dengan 10,0 mL NaOH 0,1 N, maka pada titik ekivalen harga pH dapat ditentukan dengan rumus :<br />pH = ½ (pKw + pKa + log Ca) = ½ (14 + 4,74 + log x 0,1) = 8,72<br />dengan ketentuan :<br />Kw : tetapan ionisasi air<br />Ka : tetapan ionisasi asam<br />Ca : konsentrasi garam yang terbentuk<br />Indikator yang dapat digunakan pada titrasi ini adalah :<br />fenolftalein (pH = 8,3 – 10,0)<br />timolftalein (pH = 8,3 – 10,5)<br />timol biru (pH = 8,0 – 9,6)<br />Prosedur :<br />Encerkan sampel yang telah diberikan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur. Pipet 10,0 mL larutan sampel yang mengandung asam asetat, dimasukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 2 – 3 tetes indikator fenolftalein (pp). Larutan ini dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi tepat berwarna merah muda (rosa). Warna yang terbentuk tidak hilang selama ± 30 detik. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Hitung konsentrasi asam asetat dalam sampel (% b/v).<br />Pembuatan larutan baku primer asam oksalat 0,1 N<br />Timbang dengan teliti 0,60 – 0,65 gram asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O) dalam gelas arloji yang telah diketahui beratnya. Masukkan zat tersebut dengan hati-hati ke dalam gelas piala 100 mL, gelas arloji dibilas dengan akuades sampai asam oksalat masuk ke dalam gelas piala secara kuantitatif. Tambahkan ± 25 mL akuades, aduk sampai larut.<br />Pindahkan larutan tersebut secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL melalui corong kecil. Gelas piala dibilas dengan akuades beberapa kali hingga semua larutan asam oksalat secara kuantitatif masuk ke dalam labu ukur. Tambahkan akuades dalam labu ukur sampai tanda batas. Labu ditutup dan larutan dikocok dengan cara membolak-balik labu tersebut sampai larutan homogen.<br />Pembakuan larutan baku NaOH dengan larutan asam oksalat<br />Pipet 10,0 mL larutan baku primer asam oksalat, masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan<br />2-3 tetes indikator pp. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda (rosa). Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0,05 mL.<br />2. Penentuan Kadar Na2CO3<br />Prinsip : Reaksi netralisasi Na2CO3 dengan asam kuat (HCl)<br />Reaksi yang terjadi adalah :<br />Na2CO3 + HCl ® 2 NaCl + H2O + CO2<br />Prosedur:<br />Timbang dengan teliti 0,6 gram sampel atau pindahkan secara kuantitatif semua sampel yang diberikan (sesuai perintah asisten) ke dalam gelas piala dan larutkan dengan akuades. (Bila sampel sudah diberikan, maka semua sampel tersebut dilarutkan). Larutan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL. Tambahkan akuades sampai garis tanda. Kocok sampai homogen. Dari larutan tersebut, pipet 10,0 mL, masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator metil jingga. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning ke jingga (pertama). Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.Hitung kadar N2CO3 dalam sampel (% b/b).<br />Pembuatan larutan boraks 0,1 N<br />Larutan boraks (Na2B4O7. 10H2O) 0,1N dibuat dengan cara menimbang dengan teliti 1,9072 gram boraks dan dilarutkan dengan akuades, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.<br />Pembakuan larutan baku HCl dengan boraks<br />Pipet 10,0 mL larutan baku natrium tetraborat (boraks), masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator metil merah. Larutan ini dititrasi dengan larutan HCl yang akan dibakukan, sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga (terakhir). Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br />3. Penentuan kadar campuran Na2CO3 dan NaHCO3<br />Prinsip : Reaksi netralisasi Na2CO3 dan NaHCO3 dengan asam kuat (HCl)<br />Reaksi yang terjadi adalah :<br />Na2CO3 + 2HCl ® 2 NaHCO3 + 2NaCl<br />NaHCO3 + HCl ® 2 NaCl + H2O + CO2<br />Prosedur:<br />Pindahkan secara kuantitatif semua sampel yang diberikan ke dalam gelas piala dan larutkan dengan akuades. Larutan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL. Tambahkan akuades sampai garis tanda. Kocok sampai homogen.<br />Penentuan kadar Na2CO3<br />Pipet 10,0 mL larutan tersebut, masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator fenolftalein. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari merah ke tidak berwarna. (Larutan ini dapat digunakan langsung untuk penentuan kadar NaHCO3, lihat prosedur b1). Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Volume titran = V1.<br />Penentuan kadar NaHCO3<br />(1) Larutan hasil titrasi point (a) ditambahkan 2 – 3 tetes indikator metil jingga. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning ke jingga pertama.Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Volume titran lanjutan = V2 . Kadar NaHCO3 dihitung dengan volume titran V2 – V1.<br />(2) Pipet 10,0 mL larutan, masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator metil jingga. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning ke jingga pertama.Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Volume titran = V3 . Kadar NaHCO3 dihitung dengan volume titran V3 – 2V1.<br />Hitung kadar N2CO3 dan NaHCO3 sampel (% b/b).<br /><br />II. ARGENTOMETRI<br />Pada titrasi argentometri terdapat tiga metoda yang terkenal yaitu, metoda Mohr, Volhard dan Fajans.<br /><br />METODA MOHR<br />Larutan yang mengandung ion Cl- / Br- dalam suasana netral dititrasi dengan larutan baku AgNO3, menggunakan indikator K2CrO4. Reaksi yang terjadi adalah reaksi pengendapan bertingkat sebagai berikut :<br />Cl- + Ag+ ® AgCl (endapan putih)<br />CrO42- + Ag+ ® Ag2CrO4 (endapan coklat merah)<br />Endapan Ag2Cr2O4 mulai terbentuk setelah semua Cl- diendapkan sebagai AgCl, dan terjadi perubahan warna endapan dari putih menjadi coklat merah. Titrasi dilakukan dalam suasana netral atau basa lemah (pH 7 – 10). Jika suasana larutan terlalu asam akan mengurangi kepekaan indikator, sedangkan jika terlalu basa akan terbentuk endapan AgOH atau Ag2O sebelum terbentuk endapan Ag2CrO4 .<br /><br />Pembuatan larutan baku NaCl 0,1 N<br />NaCl bersifat higroskopis, tetapi jika telah dikeringkan, maka larutannya dalam air sangat stabil. Oleh karena itu, untuk pembuatan larutan baku, NaCl perlu dikeringkan dahulu.<br />Caranya :<br />NaCl p. a. dikeringkan dalam oven pada suhu 250 – 350°C selama 1 – 2 jam atau dipijar dalam krus porselen pada nyala bunsen selama ½ - 1 jam. Dinginkan dalam eksikator sampai suhu kamar. Ditimbang dengan teliti 0,6 gram NaCl yang telah kering dalam botol timbang bertutup dan dilarutkan dalam gelas piala kecil dengan 25 mL akuades. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL. Encerkan sampai garis tanda dan kocok sampai homogen.<br /><br />Pembakuan larutan AgNO3 dengan larutan baku NaCl(Metoda Mohr)<br />Pipet 10,0 mL larutan baku NaCl, masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4. Larutan ini dititrasi dengan larutan AgNO3 yang akan ditentukan konsentrasinya. Kocok kuat-kuat sampai timbul warna merah muda yang jelas dan tidak hilang setelah dikocok. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Catat volume AgNO3 (misal V1 mL).<br />Koreksi/blanko :<br />Ambil 1 mL larutan indikator K2CrO4, encerkan dengan akuades sampai volume ± sama dengan volume akhir pada titrasi di atas. Titrasi dengan AgNO3. Catat volume AgNO3 yang digunakan untuk titrasi sampai diperoleh titik akhir titrasi (misal V2 mL). Maka volume AgNO3 yang digunakan untuk titrasi NaCl adalah V1 – V2 mL.<br /><br />III. KOMPLEKSOMETRI<br />Prinsip :<br />Larutan yang mengandung ion logam dititrasi dengan zat pembentuk kompleks (EDTA) menghasilkan kompleks yang stabil dan larut dalam air. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan indikator logam.<br />L2+ + H2Y2- ® LY2- + 2H+<br />Sebelum titik ekivalen, ion logam telah bereaksi dengan EDTA dan terjadi pengusiran indikator dari kompleks LD- karena L2+ diambil oleh kelebihan EDTA sehingga indikator bebas dan warna larutan berubah dari merah (LD-) menjadi biru (HD2-).<br /><br />Pembuatan larutan baku primer ZnSO4/ MgSO4 0,1 N<br />Timbang dengan teliti 1,4375 gram ZnSO4. 7H2O atau 1,2325 gram MgSO4.7H2O, larutkan dalam akuades, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL secara kuantitatif dan encerkan dengan akuades sampai tanda batas. Kocok sampai homogen.<br /><br />Pembakuan larutan EDTA 0,1 N<br />Pipet 10,0 mL larutan baku primer, masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan berturut-turut 30 mL akuades, 2 mL larutan buffer salmiak dan 50 mg indikator EBT (pengenceran 1 : 100 dalam NaCl), kocok sampai indikator larut. Larutan ini dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah ungu menjadi biru. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br /><br />a. Penentuan kadar Ca dan Mg dalam campuran<br />Prinsip :<br />Kadar total Ca dan Mg dapat ditentukan dengan mentitrasi larutannya dengan EDTA dengan penambahan buffer salmiak dan indikator EBT. Kadar Ca sendiri dapat ditentukan dengan EDTA pada pH 12 tanpa diganggu oleh ion Mg2+, karena pada pH 12, Mg2+ akan mengendap sebagai hidroksinya. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi ini antara lain ialah calcon.<br /><br />Penentuan kadar Ca dan Mg<br />Encerkan sampel yang telah diberikan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur. Pipet 10,0 mL larutan sampel, masukkan ke dalam labu titrasi dan tambahkan berturut-turut 30 mL akuades, 2 mL larutan buffer salmiak dan 50 mg indikator EBT (1:100). Larutan dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah ungu ke biru. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br /><br />b. Penentuan kadar Ca<br />Pipet 10,0 mL larutan sampel yang mengandung campuran Ca dan Mg, masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 50 mL akuades 2 – 2,5 mL NaOH 4 N (sampai pH ± 12,5), tambahkan 50 mg indikator calcon atau murexide. Titrasi larutan ini dengan larutan baku EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi ungu. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br />Hitung kadar Ca dalam campuran. Kadar Mg = kadar total dikurangi kadar Ca.<br /><br />IV. REDUKSI – OKSIDASI (REDOKS)<br />a. PERMANGANOMETRI<br />Prinsip :<br />Titrasi redoks dengan menggunakan larutan KMnO4 sebagai larutan baku dan dilakukan dalam suasana asam. Titik akhir titrasi ditandai denga timbulnya warna rosa dari KMnO4 yang berlebih.<br />Dalam reaksi/titrasi redoks ini, KMnO4 direduksi menurut persamaan reaksi sebagai berikut :<br />MnO4- + 8H+ + 5e ® Mn2+ + 4H2O<br />ungu tak berwarna<br />Larutan baku KMnO4 dibakukan dengan larutan baku primer natrium oksalat atau asam oksalat menurut reaksi sebagai berikut :<br />2Na+ + C2O42- + 2H+ ® H2C2O4 + 2Na+<br />Na2C2O4 ® 2Na+ + C2O42-<br />atau<br />H2C2O4 ® 2H+ + C2O42-<br />2MnO4- + 5C2O42- + 16H+ ® 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O<br />Setelah titik ekivalen, kelebihan satu tetes KMnO4 menyebabkan larutan berwarna rosa.<br /><br />Pembuatan larutan baku asam oksalat 0,1 N (lihat titrasi asam basa).<br /><br />Pembakuan larutan KMnO4 dengan larutan baku asam oksalat<br />Pipet 10,0 mL larutan baku asam oksalat, masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 60 mL H2SO4 2N (atau 20 mL H2SO4 6N). Encerkan dengan 40 mL akuades, panasi sampai 80 – 90°C (jangan sampai mendidih) ditandai dengan timbulnya uap. Larutan panas-panas dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai tepat berwarna rosa. Karena reaksi antara asam oksalat dan KMnO4 berlangsung lambat, maka pada awal titrasi warna KMnO4 sukar hilangnya. Pada akhir titrasi suhu harus di atas 60°C. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br /><br />b. IODOMETRI<br />Prinsip :<br />Iodometri adalah titrasi terhadap I2 bebas dalam larutan<br />Larutan I2 dalam KI berwarna coklat muda, sehingga dalam larutan yang tidak berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Tetapi perubahan warna ini akan lebih jelas (terutama dalam larutan yang berwarna) dengan menggunakan larutan amilum sebagai indikator. Sebagai larutan baku sekunder digunakan larutan Na2S2O3 dan larutan Na2S2O3 dibaku dengan larutan baku primer KIO3.<br />Reaksi pada pembakuan Na2S2O3 :<br />IO3- + 5I- + 6H+ ® 3I2 + 3H2O<br />I2 + 2S2O32- ® 2I- + S4O62-<br /><br />Reaksi pada penentuan kadar Cu2+:<br />2Cu2+ + 4I- ® 2 Cu2I2 + I2<br />I2 + 2S2O32- ® 2I- + S4O62-<br /><br />Pembuatan larutan baku primer KIO3 0,1 N<br />Timbang dengan teliti 0,3567 gram KIO3, dilarutkan dalam akuades. Masukkan secara kuantitaif ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan akuades sampai garis tanda. Kocok sampai homogen.<br /><br />Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N dengan larutan baku primer KIO3<br />Pipet 10,0 mL larutan baku KIO3 0,1 N masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 2 mL H2SO4 2 N dan 8 mL larutan KI 10%, kocok. Larutan ini dititrasi dengan larutan tiosulfat sampai larutan berwarna kuning muda, encerkan dengan air sampai volume 40 mL dan tambahkan 2 – 4 mL larutan amilum. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br /><br />Penentuan kadar Cu2+ dengan larutan baku Na2S2O3<br />Encerkan sampel yang telah diberikan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur. Pipet 10,0 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 2 mL larutan KI 10 %. Titrasi I2 yang terbentuk dengan larutan baku tiosulfat 0,1 N sampai larutan berwarna kuning muda. Tambahkan 2 mL larutan amilum dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru hampir hilang. Kemudian tambahkan 2 mL larutan KCNS/NH4CNS 10%. Warna biru akan timbul lagi. Cepat-cepat titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Hitung kadar Cu2+ dalam sampel (% b/v)<br /><br />GRAVIMETRI<br />Penentuan kadar barium sebagai barium sulfat<br />Prinsip reaksi :<br />Ba2+ + SO42- ® BaSO4<br /><br />Prosedur :<br />Tahap pengendapan<br />Larutan a.<br />Encerkan larutan sampel yang telah diberikan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur. Pipet 10,0 mL larutan sampel, masukkan ke dalam gelas piala 250 mL, encerkan dengan akuades sampai volume 80 – 100 mL. Tambahkan 2 – 3 mL HCl 2 N dan panaskan di atas api sampai hampir mendidih (jangan sampai mendidih).<br /><br />Larutan b.<br />Dalam gelas piala/labu erlenmeyer 100 mL panaskan 3 – 5 mL H2SO4 2 N yang telah diencerkan dengan 30 mL akuades.<br />Tambahkan larutan b ke dalam larutan a setetes demi setetes sambil diaduk. Jika BaSO4 mulai tampak mengendap, penambahan H2SO4 (larutan b) dapat dipercepat. Kemudian didiamkan beberapa saat sampai endapan benar-benar memisah. Periksa apakah semua ion Ba2+ telah mengendap sebagai BaSO4, yaitu dengan cara meneteskan lautan b pada bagian yang jernih (supernatan). Jika pada tetesan ini tidak terjadi kekeruhan, berarti semua Ba2+ telah terendapkan.<br /><br />Pendiaman endapan (aging)<br />Endapan yang terjadi pada tahap A didiamkan di atas penangas air 1 – 2 jam. Selama aging ini, krus porselen yang akan digunakan untuk menimbang dipijar beberapa kali sampai didapat berat yang konstan.<br /><br />Penyaringan dan pencucian endapan<br />Siapkan kertas saring bebas abu (Whatman 40 Blue band, diameter 10 cm), beserta corong di atas penyangga. Dekantasi endapan BaSO4 ke dalam kertas saring secara kuantitatif. Cucilah endapan dengan 20 – 30 mL akuades yang mengandung HCl (5 mL HCl 2 N dalam 100 mL akuades), kemudian dengan akuades saja sampai air cucian (filtrat) bebas Cl- (diuji dengan HNO3 + AgNO3).<br /><br />Pengeringan dan pemijaran endapan<br />Kertas saring yang berisi endapan dengan corongnya dikeringkan di dalam oven. Lipatlah kertas saring sehingga endapannya terbungkus, masukkan ke dalam krus porselen yang beratnya telah konstan. Krus dipijar, mula-mula dengan api kecil sampai kertas saring menjadi hitam (jangan sampai terbakar), kemudian api dibesarkan sampai warna hitam hilang dan tinggal endapan putih (pemijaran bisa dilakukan dalam furnace). Dinginkan di dalam eksikator, kemudian ditimbang. Pijar lagi, dinginkan dan timbang lagi. Hitung kadar Ba2+ dalam sampel (% b/v)<br />(Ar Ba = 137,33; Mr BaSO4 = 233,39).<br /><br />Diskusi<br />1. Tujuan pendiaman (aging) adalah :<br />Membiarkan endapan kontak dengan larutan induknya di atas penangas air supaya butir-butir kecil melarut kembali, kemudian mengendap lagi pada kristal yang sudah ada sehingga tumbuh menjadi kristal besar.<br />2. Krus dipijar selama 1 jam, didinginkan (dalam eksikator), ditimbang, dipijar ¼ jam dan seterusnya ¼ jam lagi sampai didapat berat konstan (selisih penimbangan tidak boleh lebih dari 0,2 mg).<br />3. Bila krus dan endapan (+ kertas saring) setelah dipijar masih terdapat arang (hitam sedikit dan tidak hilang) maka diberi asam nitrat pekat 1 tetes (hati-hati, jangan diteteskan dalam keadaan panas, agar zatnya tidak hilang/muncrat). Kemudian dipijar lagi sampai HNO3 menguap.<br />4. Perlakuan dalam analisis gravimetri bila dilakukan duplo (replikasi 2 kali) harus sama.<br />Misal : lama pemijaran atau lama di eksikator untuk masing-masing sampel harus sama. Karena selama berhubungan dengan udara luar sudah tentu akan menghisap air.<br />5. Endapan sebelum dipijar, dikeringkan dulu di oven pada suhu 100 – 105°C (± 10 menit) agar endapan tidak memercik pada saat pemijaran. Akan tetapi kertas saring tidak boleh terlalu kering agar mudah dilipat.<br /><br />Penentuan kadar air kristal dalam senyawa<br />v Panasi krus yang telah dibersihkan pada api bunsen sampai warna merah selama 5 menit<br />v Dinginkan dalam eksikator selama 20 menit, kemudian timbang (lakukan 2 kali)<br />v Timbang zat dengan teliti di dalam krus (…gram)<br />v Panasi krus sampai bagian bawahnya berwarna merah, diamkan selama 10 menit<br />v Dinginkan di dalam eksikator selama 20 menit, kemudian timbang<br />v Lakukan pemanasan, pendinginan dan penimbangan sampai di dapat berat konstan<br />v Tentukan kadar air kristal di dalam senyawa tersebut.<br /><br />LAMPIRAN I<br />PENIMBANGAN BAHAN BAKU PRIMER<br /><br />1. Asam oksalat 0,1 N : 6,300 g H2C2O4 . 2H2O / liter<br />0,6300 g H2C2O4 . 2H2O / 100 mL<br />(1 mol asam oksalat = 2 molek)<br />2. Boraks 0,1 N : 1,9072 g Na2B4O7 . 10H2O / 100 mL<br />(1 mol boraks = 2 molek)<br />3. NaCl 0,1 N : NaCl yang telah dikeringkan (dipijar) 0,5846 g / 100 mL<br />(1 mol NaCl = 1 molek)<br />4. ZnSO4 0,1 N : 1,4375 g ZnSO4.7H2O / 100 mL<br />(1 mol = 2 molek)<br />5. MgSO4 0,1 N : 1,2325 g MgSO4.7H2O / 100 mL<br />(1 mol = 2 molek)<br />6. KIO3 0,1 N : 0,3567 g KIO3 / 100 mL<br />(1 mol = 6 molek)<br />7. KBrO3 0,1 N : 0,2783 g KBrO3 / 100 mL<br />(1 mol = 6 molek)<br />8. K2Cr2O7 0,1 N : 0,4903 g K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan) / 100 mL<br />Diposkan oleh @r!eF di 19:37 0 komentar<br />Beranda<br />Langgan: Entri (Atom)<br />Cari Blog Ini<br /> <br /> <br />didukung oleh<br /> <br />My Arsip<br /><br /> * ▼ 2009 (2)<br /> o ▼ Juli (2)<br /> + Kimia Analitik<br /> + Teknik Analisis<br /><br />Mengenai Saya<br />Foto Saya<br /><br />@r!eF<br /> simpel, gw tu gk banyak omong, bahkan jarang sekali ngomong, gw cuma butuh reality(fact), gw dari dulu suka ma teknologi, cita-cita gw tu pengen punya robot sendiri, eh malah nyasarnya ke kimia, mungkin dah takdir kali ye.. gw sekarang lagi mengemban amanah yang cukup berat,gw dapet beasiswa n nantinya gw harus mengabdi dikmpung gw sebagai tenaga penyuluh, kayaknya kontras banget dengan sifat gw yang pendiam, tapi gw bakal berusaha doain gw ya.... sekarang dah semester 2, ada 2 tahun lagi kesempatan untuk merubahnya.. dalam hidup ini gw punya prinsip "jangan pernah cari musuh" makanya gw pangen punya banyak temen... peace LOve<br /><br />Lihat profil lengkapku<br />Tampilan slideUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-73783958152951749142010-05-23T05:24:00.002-07:002010-05-23T05:26:24.024-07:00skip to main | skip to sidebar<br />CHEMISTRY<br /><br />Bagi analyst pemula mungkin bisa sedikit membantu... ^_^<br />Blog ini<br />Di-link Dari Sini<br />Web<br />Blog ini<br /> <br /> <br /> <br /> <br />Di-link Dari Sini<br /> <br /> <br /> <br /> <br />Web<br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br />Minggu, 12 Juli 2009<br />Kimia Analitik<br />Pengertian dan Penggolongan Kimia Analitik<br /><br /><br />Kimia analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan dengan apa yang terdapat dalam sampel sedangkan analisis kuantitatif berhubungan dengan berapa banyaknya zat dalam sampel. Untuk analisis kuantitatif, tipe analisis dapat dikelompokkan berdasarkan sifat informasi yang dicari, ukuran sampel dan proporsi konstituen yang ditetapkan.<br /><br />Ruang Lingkup Kimia Analitik<br /><br />Untuk melakukan suatu analisis kimia, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain keterangan yang ada waktu yang dan biaya yang tersedia. Penerapan Kimia Analitik cukup luas artinya tidak hanya berperan dalam bidang kimia saja tetapi dapat juga diterapkan pada bidang-bidang lain maupun masyarakat.<br /><br />Konsentrasi Larutan<br /><br />Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih, terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Kepekatan suatu larutan secara kuantitatif dinyatakan dengan konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan sebagai molaritas, formalitas, normalitas persen komposisi maupun ppm. Bila massa zat terlarut dan volume larutan diketahui maka konsentrasi dapat dihitung demikian pula sebaliknya.<br /><br />PERALATAN DAN METODE ANALISIS KIMIA<br /><br />Alat-Alat Kimia Analisis dan Cara Penggunaannya<br /><br />Alat-alat analisis kimia yaitu alat-alat yang sering digunakan dalam pekerjaan analisis kimia; seperti: pipet volumetri, labu takar, buret, labu erlenmeyer, neraca analitik ataupun neraca listrik/neraca digital, cawan krus, pembakar bunsen. Adapun alat-alat kimia yang lainnya sebagai pendukung pekerjaan analisis yaitu gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, tabung reaksi, pipet, corong, maupun batang pengaduk. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam analisis kimia diperlukan cara-cara yang khusus dalam pemakaian dan pemeliharaannya. Alat-alat analisis kimia umumnya digunakan dalam pekerjaan titrasi, gravimetri, maupun analisis secara instrumentasi. Adapun untuk pekerjaan analisis kuantitatif anorganik yang perlu ketelitian lebih besar maka sebelum pemakaian alat-alat volumentri yang terbuat dari gelas sebaiknya dilakukan dahulu kalibrasi alat.<br /><br />Ketelitian Pengukuran, Kalibrasi Alat, dan Metode Analisis<br /><br />Ketelitian pengukuran merupakan cara pembacaan skala yang tepat pada alat ukur volumetri (labu takar, pipet gondok, ataupun buret) memperhatikan angka signifikan, toleransi pembacaan skala, dan ketelitian standar dari alat. Pembacaan skala pada alat ukur volumetri (buret, pipet gondok, labu takar, labu ukur) harus benar-benar diperhatikan, dalam hal melihat skala, kedudukan badan, jenis alat maupun jenis larutan, dengan memperhatikan angka signifikan, toleransi pembacaan skala, dan sifat ketelitian alat. Kalibrasi dilakukan agar hasil pengukuran selalu sesuai dengan alat ukur standar/alat ukur yang sudah ditera.<br /><br />Metode Analisis<br /><br />Metode analisis kuantitatif anorganik merupakan salah satu metode analisis kimia yang menitikberatkan pada cara yang digunakan pada waktu pengukuran suatu sampel. Metode analisis kuantitatif anorganik meliputi: 1) metode yang memperhatikan penampilan reaksi kimia yang berlangsung, termasuk dalam metode ini adalah cara titrasi konvensional dan gravimetri, 2) metode yang memperhatikan sifat kelistrikan (arus, potensial, ataupun hambatan listrik). Termasuk dalam metode ini adalah cara titrasi konduktometri dan titrasi potensiometri; 3) metode yang memperhatikan sifat optik. Termasuk dalam kategori ini yaitu pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan spektrofotometer UV (ultra violet) ataupun spektrofotometer VIS (visible)/sinar tampak.<br /><br />TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PEKERJAAN ANALISIS KIMIA<br /><br />Tahapan-Tahapan dalam Pekerjaan Analisis Kimia Kuantitatif<br /><br />Ada empat tahapan kerja yang harus dilakukan untuk analisis kimia kuantitatif, yaitu: sampling, pengubahan keadaan cuplikan menjadi bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pengukuran, pengukuran, dan perhitungan serta interpretasi data yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan.<br /><br />Analisis Data Hasil Analisis Kimia<br /><br />Kesalahan pengukuran untuk kepentingan analisis dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu: kesalahan sistematis, kesalahan acak, dan kesalahan merambat.<br /><br />Ketepatan suatu hasil pengukuran ialah besar atau kecilnya penyimpangan yang diberikan oleh hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai sebenarnya.<br /><br />Kecermatan dapat dinyatakan oleh besar-kecilnya simpangan baku (s) yang dapat diperoleh dengan jalan melakukan analisis berulang-ulang.<br /><br />Dasar Statistika untuk Pengolahan Hasil Analisis Kimia<br /><br />Mean atau rerata menggambarkan harga tengah dari sekumpulan data, sedangkan median menggambarkan nilai tengah dari sekumpulan data setelah data diurutkan dari nilai terkecil ke nilai terbesar atau sebaliknya. Mode menggambarkan frekuensi yang paling sering muncul dalam suatu kejadian. Simpangan baku dapat digunakan sebagai ukuran variabilitas hasil analisis, batas konfidensi didefinisikan sebagai sebuah interval sekitar rata-rata (X) yang mengandung rata-rata sesungguhnya. Pemilihan kriteria untuk menolak data yang dicurigai dapat dilakukan Uji Nilai Q.<br /><br />IDENTIFIKASI DAN PEMISAHAN KATION-ANION<br /><br />Pemeriksaan Kualitatif Anorganik Pendahuluan<br /><br />Analisis pendahuluan atau pemeriksaan pendahuluan, meliputi pemeriksaan pendahuluan dengan uji kering. Pemeriksaan pendahuluan dengan uji kering meliputi: uji rupa dan bentuk zat pada suhu kamar, uji warna zat pada keadaan panas dan dingin, uji zat dalam pipa pijar (gejala yang dapat dilihat adalah: perubahan warna, melumer, meyublim, keluarnya uap air, keluarnya gas), uji tes nyala, uji mutiara boraks, fosfat, dan natrium karbonat, uji reduksi arang kayu. Dengan uji pendahuluan maka akan diperoleh data sementara dari zat yang diperiksa, maka selanjutnya dilakukan identifikasi kation ataupun anion.<br /><br />Prinsip Titrasi Redoks<br /><br />Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).<br /><br />Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut:<br /><br />Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.<br /><br />Kurva Titrasi dan Penetapan Titik Akhir Titrasi Redoks<br /><br />Pada titrasi redoks, selama titrasi terjadi perubahan potensial sel. Harga ini sesuai dengan perhitungan menggunakan persamaan Nernst. Kurva titrasi redoks diperoleh dengan mengalurkan potensial sel sebagai ordinat dan volume titran sebagai absis. Untuk membuat kurva titrasi diperlukan data potensial awal, potensial setelah penambahan titran tapi belum titik ekivalen, potensial pada titik ekivalen dan potensial setelah titik ekivalen. Kurva titrasi antara lain berguna untuk menentukan indikator dimana indikator digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi redoks dapat ditetapkan dengan beberapa cara yaitu mengikuti titrasi secara potensiometri, titran bertindak sebagai indikator atau auto indikator, contoh: KMnO4, menggunakan indikator spesifik contoh: kanji, dan menggunakan indikator redoks contoh kompleks besi (II) 1,10-fenantrolin (feroin) dan difenilamin. Indikator redoks adalah zat warna yang dapat berubah warnanya bila direduksi atau dioksidasi. Setiap indikator redoks berubah warna pada trayek potensial tertentu. Indikator yang dipilih harus mempunyai perubahan potensial yang dekat dengan potensial titik ekivalen.<br /><br />TITRASI ARGENTOMETRI<br /><br />Macam-macam Titrasi Argentometri<br /><br />Metode Mohr, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat. Metode Volhard menggunakan larutan standar ion tiosianat untuk mentitrasi ion perak: Ion besi(III) bertindak sebagai indikator yang menyebabkan larutan berwarna merah dengan sedikit kelebihan ion tiosianat. Metode Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.<br /><br />Penerapan Titrasi Argentometri<br /><br />Larutan standar perak dapat dibuat dengan 2 cara yaitu: cara 1 dengan melarutkan 10,787 g logam perak murni dalam asam nitrat pekat dan mengencerkannya dalam air hingga volumenya 1 L, larutan perak nitrat yang dibuat dengan cara ini tidak dapat digunakan untuk metoda Mohr karena larutan bersifat asam. Cara 2, dapat dilakukan dengan melarutkan 169,87 g perak nitrat murni (99,9 %) dalam 1 L air. Larutan perak nitrat yang dibuat dengan cara kedua ini dapat langsung digunakan sebagai standar primer tetapi cara keduanya jarang dilakukan karena perak nitrat murni terlalu mahal.<br /><br />Cara pembuatan larutan standar perak nitrat biasanya dilakukan dengan melarutkan sejumlah berat kristal perak nitrat teknis (katakan 169,87 g) dalam 1 L air. Kemudian menstandarkan larutan perak nitrat melalui titrasi argentometri dengan larutan standar primer NaCl. Larutan standar perak nitrat harus disimpan dibotol coklat karena perak nitrat dapat terurai oleh cahaya.<br /><br />Pembuatan larutan standar kalium tiosianat 0,1 M dapat dilakukan dengan menimbang 10,5 gram kalium tiosianat dan melarutkannya dalam air kemudian mengencerkannya hingga volume 1 L. Indikator adsorbsi di-iododimetilfluoresen, dan fluoresen dapat digunakan untuk penentuan campuran halida. Perbedaan kedua titrasi menyatakan konsentrasi ion klorida.<br /><br />TITRASI KOMPLEKSOMETRI<br /><br />Pembentukan Kompleks<br /><br />Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa atau ion kompleks. Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan ligan merupakan reaksi asam basa Lewis. Ligan ada yang monodentat dan polidentat. Ligan monodentat jarang digunakan untuk titrasi ion-ion logam. Contoh yang sering dibahas adalah titrasi sianida dengan ion perak.<br /><br />Diposkan oleh @r!eF di 20:31 0 komentar<br />Teknik Analisis<br />ANALISIS KUANTITATIF<br /><br />VOLUMETRI<br />I. ASIDI - ALKALIMETRI<br />1. Penentuan Kadar Asam Asetat<br />Prinsip : Reaksi netralisasi asam lemah (CH3COOH) dengan basa kuat<br />Reaksi yang terjadi adalah :<br />CH3COOH + NaOH ® CH3COONa + H2O<br />Atau<br />H+ + OH- ® H2O<br />Dasar teori :<br />Asam asetat merupakan asam lemah dengan Ka = 1,8 x 10-5 (pKa = 4,74). Jika 10,0 mL asam asetat 0,1 N dititrasi dengan 10,0 mL NaOH 0,1 N, maka pada titik ekivalen harga pH dapat ditentukan dengan rumus :<br />pH = ½ (pKw + pKa + log Ca) = ½ (14 + 4,74 + log x 0,1) = 8,72<br />dengan ketentuan :<br />Kw : tetapan ionisasi air<br />Ka : tetapan ionisasi asam<br />Ca : konsentrasi garam yang terbentuk<br />Indikator yang dapat digunakan pada titrasi ini adalah :<br />fenolftalein (pH = 8,3 – 10,0)<br />timolftalein (pH = 8,3 – 10,5)<br />timol biru (pH = 8,0 – 9,6)<br />Prosedur :<br />Encerkan sampel yang telah diberikan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur. Pipet 10,0 mL larutan sampel yang mengandung asam asetat, dimasukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 2 – 3 tetes indikator fenolftalein (pp). Larutan ini dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi tepat berwarna merah muda (rosa). Warna yang terbentuk tidak hilang selama ± 30 detik. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Hitung konsentrasi asam asetat dalam sampel (% b/v).<br />Pembuatan larutan baku primer asam oksalat 0,1 N<br />Timbang dengan teliti 0,60 – 0,65 gram asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O) dalam gelas arloji yang telah diketahui beratnya. Masukkan zat tersebut dengan hati-hati ke dalam gelas piala 100 mL, gelas arloji dibilas dengan akuades sampai asam oksalat masuk ke dalam gelas piala secara kuantitatif. Tambahkan ± 25 mL akuades, aduk sampai larut.<br />Pindahkan larutan tersebut secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL melalui corong kecil. Gelas piala dibilas dengan akuades beberapa kali hingga semua larutan asam oksalat secara kuantitatif masuk ke dalam labu ukur. Tambahkan akuades dalam labu ukur sampai tanda batas. Labu ditutup dan larutan dikocok dengan cara membolak-balik labu tersebut sampai larutan homogen.<br />Pembakuan larutan baku NaOH dengan larutan asam oksalat<br />Pipet 10,0 mL larutan baku primer asam oksalat, masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan<br />2-3 tetes indikator pp. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda (rosa). Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0,05 mL.<br />2. Penentuan Kadar Na2CO3<br />Prinsip : Reaksi netralisasi Na2CO3 dengan asam kuat (HCl)<br />Reaksi yang terjadi adalah :<br />Na2CO3 + HCl ® 2 NaCl + H2O + CO2<br />Prosedur:<br />Timbang dengan teliti 0,6 gram sampel atau pindahkan secara kuantitatif semua sampel yang diberikan (sesuai perintah asisten) ke dalam gelas piala dan larutkan dengan akuades. (Bila sampel sudah diberikan, maka semua sampel tersebut dilarutkan). Larutan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL. Tambahkan akuades sampai garis tanda. Kocok sampai homogen. Dari larutan tersebut, pipet 10,0 mL, masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator metil jingga. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning ke jingga (pertama). Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.Hitung kadar N2CO3 dalam sampel (% b/b).<br />Pembuatan larutan boraks 0,1 N<br />Larutan boraks (Na2B4O7. 10H2O) 0,1N dibuat dengan cara menimbang dengan teliti 1,9072 gram boraks dan dilarutkan dengan akuades, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas.<br />Pembakuan larutan baku HCl dengan boraks<br />Pipet 10,0 mL larutan baku natrium tetraborat (boraks), masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator metil merah. Larutan ini dititrasi dengan larutan HCl yang akan dibakukan, sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga (terakhir). Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br />3. Penentuan kadar campuran Na2CO3 dan NaHCO3<br />Prinsip : Reaksi netralisasi Na2CO3 dan NaHCO3 dengan asam kuat (HCl)<br />Reaksi yang terjadi adalah :<br />Na2CO3 + 2HCl ® 2 NaHCO3 + 2NaCl<br />NaHCO3 + HCl ® 2 NaCl + H2O + CO2<br />Prosedur:<br />Pindahkan secara kuantitatif semua sampel yang diberikan ke dalam gelas piala dan larutkan dengan akuades. Larutan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL. Tambahkan akuades sampai garis tanda. Kocok sampai homogen.<br />Penentuan kadar Na2CO3<br />Pipet 10,0 mL larutan tersebut, masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator fenolftalein. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari merah ke tidak berwarna. (Larutan ini dapat digunakan langsung untuk penentuan kadar NaHCO3, lihat prosedur b1). Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Volume titran = V1.<br />Penentuan kadar NaHCO3<br />(1) Larutan hasil titrasi point (a) ditambahkan 2 – 3 tetes indikator metil jingga. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning ke jingga pertama.Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Volume titran lanjutan = V2 . Kadar NaHCO3 dihitung dengan volume titran V2 – V1.<br />(2) Pipet 10,0 mL larutan, masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator metil jingga. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning ke jingga pertama.Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Volume titran = V3 . Kadar NaHCO3 dihitung dengan volume titran V3 – 2V1.<br />Hitung kadar N2CO3 dan NaHCO3 sampel (% b/b).<br /><br />II. ARGENTOMETRI<br />Pada titrasi argentometri terdapat tiga metoda yang terkenal yaitu, metoda Mohr, Volhard dan Fajans.<br /><br />METODA MOHR<br />Larutan yang mengandung ion Cl- / Br- dalam suasana netral dititrasi dengan larutan baku AgNO3, menggunakan indikator K2CrO4. Reaksi yang terjadi adalah reaksi pengendapan bertingkat sebagai berikut :<br />Cl- + Ag+ ® AgCl (endapan putih)<br />CrO42- + Ag+ ® Ag2CrO4 (endapan coklat merah)<br />Endapan Ag2Cr2O4 mulai terbentuk setelah semua Cl- diendapkan sebagai AgCl, dan terjadi perubahan warna endapan dari putih menjadi coklat merah. Titrasi dilakukan dalam suasana netral atau basa lemah (pH 7 – 10). Jika suasana larutan terlalu asam akan mengurangi kepekaan indikator, sedangkan jika terlalu basa akan terbentuk endapan AgOH atau Ag2O sebelum terbentuk endapan Ag2CrO4 .<br /><br />Pembuatan larutan baku NaCl 0,1 N<br />NaCl bersifat higroskopis, tetapi jika telah dikeringkan, maka larutannya dalam air sangat stabil. Oleh karena itu, untuk pembuatan larutan baku, NaCl perlu dikeringkan dahulu.<br />Caranya :<br />NaCl p. a. dikeringkan dalam oven pada suhu 250 – 350°C selama 1 – 2 jam atau dipijar dalam krus porselen pada nyala bunsen selama ½ - 1 jam. Dinginkan dalam eksikator sampai suhu kamar. Ditimbang dengan teliti 0,6 gram NaCl yang telah kering dalam botol timbang bertutup dan dilarutkan dalam gelas piala kecil dengan 25 mL akuades. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL. Encerkan sampai garis tanda dan kocok sampai homogen.<br /><br />Pembakuan larutan AgNO3 dengan larutan baku NaCl(Metoda Mohr)<br />Pipet 10,0 mL larutan baku NaCl, masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4. Larutan ini dititrasi dengan larutan AgNO3 yang akan ditentukan konsentrasinya. Kocok kuat-kuat sampai timbul warna merah muda yang jelas dan tidak hilang setelah dikocok. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Catat volume AgNO3 (misal V1 mL).<br />Koreksi/blanko :<br />Ambil 1 mL larutan indikator K2CrO4, encerkan dengan akuades sampai volume ± sama dengan volume akhir pada titrasi di atas. Titrasi dengan AgNO3. Catat volume AgNO3 yang digunakan untuk titrasi sampai diperoleh titik akhir titrasi (misal V2 mL). Maka volume AgNO3 yang digunakan untuk titrasi NaCl adalah V1 – V2 mL.<br /><br />III. KOMPLEKSOMETRI<br />Prinsip :<br />Larutan yang mengandung ion logam dititrasi dengan zat pembentuk kompleks (EDTA) menghasilkan kompleks yang stabil dan larut dalam air. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan indikator logam.<br />L2+ + H2Y2- ® LY2- + 2H+<br />Sebelum titik ekivalen, ion logam telah bereaksi dengan EDTA dan terjadi pengusiran indikator dari kompleks LD- karena L2+ diambil oleh kelebihan EDTA sehingga indikator bebas dan warna larutan berubah dari merah (LD-) menjadi biru (HD2-).<br /><br />Pembuatan larutan baku primer ZnSO4/ MgSO4 0,1 N<br />Timbang dengan teliti 1,4375 gram ZnSO4. 7H2O atau 1,2325 gram MgSO4.7H2O, larutkan dalam akuades, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL secara kuantitatif dan encerkan dengan akuades sampai tanda batas. Kocok sampai homogen.<br /><br />Pembakuan larutan EDTA 0,1 N<br />Pipet 10,0 mL larutan baku primer, masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan berturut-turut 30 mL akuades, 2 mL larutan buffer salmiak dan 50 mg indikator EBT (pengenceran 1 : 100 dalam NaCl), kocok sampai indikator larut. Larutan ini dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah ungu menjadi biru. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br /><br />a. Penentuan kadar Ca dan Mg dalam campuran<br />Prinsip :<br />Kadar total Ca dan Mg dapat ditentukan dengan mentitrasi larutannya dengan EDTA dengan penambahan buffer salmiak dan indikator EBT. Kadar Ca sendiri dapat ditentukan dengan EDTA pada pH 12 tanpa diganggu oleh ion Mg2+, karena pada pH 12, Mg2+ akan mengendap sebagai hidroksinya. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi ini antara lain ialah calcon.<br /><br />Penentuan kadar Ca dan Mg<br />Encerkan sampel yang telah diberikan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur. Pipet 10,0 mL larutan sampel, masukkan ke dalam labu titrasi dan tambahkan berturut-turut 30 mL akuades, 2 mL larutan buffer salmiak dan 50 mg indikator EBT (1:100). Larutan dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah ungu ke biru. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br /><br />b. Penentuan kadar Ca<br />Pipet 10,0 mL larutan sampel yang mengandung campuran Ca dan Mg, masukkan ke dalam labu titrasi, tambahkan 50 mL akuades 2 – 2,5 mL NaOH 4 N (sampai pH ± 12,5), tambahkan 50 mg indikator calcon atau murexide. Titrasi larutan ini dengan larutan baku EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi ungu. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br />Hitung kadar Ca dalam campuran. Kadar Mg = kadar total dikurangi kadar Ca.<br /><br />IV. REDUKSI – OKSIDASI (REDOKS)<br />a. PERMANGANOMETRI<br />Prinsip :<br />Titrasi redoks dengan menggunakan larutan KMnO4 sebagai larutan baku dan dilakukan dalam suasana asam. Titik akhir titrasi ditandai denga timbulnya warna rosa dari KMnO4 yang berlebih.<br />Dalam reaksi/titrasi redoks ini, KMnO4 direduksi menurut persamaan reaksi sebagai berikut :<br />MnO4- + 8H+ + 5e ® Mn2+ + 4H2O<br />ungu tak berwarna<br />Larutan baku KMnO4 dibakukan dengan larutan baku primer natrium oksalat atau asam oksalat menurut reaksi sebagai berikut :<br />2Na+ + C2O42- + 2H+ ® H2C2O4 + 2Na+<br />Na2C2O4 ® 2Na+ + C2O42-<br />atau<br />H2C2O4 ® 2H+ + C2O42-<br />2MnO4- + 5C2O42- + 16H+ ® 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O<br />Setelah titik ekivalen, kelebihan satu tetes KMnO4 menyebabkan larutan berwarna rosa.<br /><br />Pembuatan larutan baku asam oksalat 0,1 N (lihat titrasi asam basa).<br /><br />Pembakuan larutan KMnO4 dengan larutan baku asam oksalat<br />Pipet 10,0 mL larutan baku asam oksalat, masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 60 mL H2SO4 2N (atau 20 mL H2SO4 6N). Encerkan dengan 40 mL akuades, panasi sampai 80 – 90°C (jangan sampai mendidih) ditandai dengan timbulnya uap. Larutan panas-panas dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai tepat berwarna rosa. Karena reaksi antara asam oksalat dan KMnO4 berlangsung lambat, maka pada awal titrasi warna KMnO4 sukar hilangnya. Pada akhir titrasi suhu harus di atas 60°C. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br /><br />b. IODOMETRI<br />Prinsip :<br />Iodometri adalah titrasi terhadap I2 bebas dalam larutan<br />Larutan I2 dalam KI berwarna coklat muda, sehingga dalam larutan yang tidak berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Tetapi perubahan warna ini akan lebih jelas (terutama dalam larutan yang berwarna) dengan menggunakan larutan amilum sebagai indikator. Sebagai larutan baku sekunder digunakan larutan Na2S2O3 dan larutan Na2S2O3 dibaku dengan larutan baku primer KIO3.<br />Reaksi pada pembakuan Na2S2O3 :<br />IO3- + 5I- + 6H+ ® 3I2 + 3H2O<br />I2 + 2S2O32- ® 2I- + S4O62-<br /><br />Reaksi pada penentuan kadar Cu2+:<br />2Cu2+ + 4I- ® 2 Cu2I2 + I2<br />I2 + 2S2O32- ® 2I- + S4O62-<br /><br />Pembuatan larutan baku primer KIO3 0,1 N<br />Timbang dengan teliti 0,3567 gram KIO3, dilarutkan dalam akuades. Masukkan secara kuantitaif ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan akuades sampai garis tanda. Kocok sampai homogen.<br /><br />Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N dengan larutan baku primer KIO3<br />Pipet 10,0 mL larutan baku KIO3 0,1 N masukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 2 mL H2SO4 2 N dan 8 mL larutan KI 10%, kocok. Larutan ini dititrasi dengan larutan tiosulfat sampai larutan berwarna kuning muda, encerkan dengan air sampai volume 40 mL dan tambahkan 2 – 4 mL larutan amilum. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL.<br /><br />Penentuan kadar Cu2+ dengan larutan baku Na2S2O3<br />Encerkan sampel yang telah diberikan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur. Pipet 10,0 mL larutan sampel dimasukkan ke dalam labu titrasi. Tambahkan 2 mL larutan KI 10 %. Titrasi I2 yang terbentuk dengan larutan baku tiosulfat 0,1 N sampai larutan berwarna kuning muda. Tambahkan 2 mL larutan amilum dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru hampir hilang. Kemudian tambahkan 2 mL larutan KCNS/NH4CNS 10%. Warna biru akan timbul lagi. Cepat-cepat titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan atau lebih. Selisih volume antar titrasi maksimal 0.05 mL. Hitung kadar Cu2+ dalam sampel (% b/v)<br /><br />GRAVIMETRI<br />Penentuan kadar barium sebagai barium sulfat<br />Prinsip reaksi :<br />Ba2+ + SO42- ® BaSO4<br /><br />Prosedur :<br />Tahap pengendapan<br />Larutan a.<br />Encerkan larutan sampel yang telah diberikan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas. Homogenkan larutan dengan cara membolak-balik labu ukur. Pipet 10,0 mL larutan sampel, masukkan ke dalam gelas piala 250 mL, encerkan dengan akuades sampai volume 80 – 100 mL. Tambahkan 2 – 3 mL HCl 2 N dan panaskan di atas api sampai hampir mendidih (jangan sampai mendidih).<br /><br />Larutan b.<br />Dalam gelas piala/labu erlenmeyer 100 mL panaskan 3 – 5 mL H2SO4 2 N yang telah diencerkan dengan 30 mL akuades.<br />Tambahkan larutan b ke dalam larutan a setetes demi setetes sambil diaduk. Jika BaSO4 mulai tampak mengendap, penambahan H2SO4 (larutan b) dapat dipercepat. Kemudian didiamkan beberapa saat sampai endapan benar-benar memisah. Periksa apakah semua ion Ba2+ telah mengendap sebagai BaSO4, yaitu dengan cara meneteskan lautan b pada bagian yang jernih (supernatan). Jika pada tetesan ini tidak terjadi kekeruhan, berarti semua Ba2+ telah terendapkan.<br /><br />Pendiaman endapan (aging)<br />Endapan yang terjadi pada tahap A didiamkan di atas penangas air 1 – 2 jam. Selama aging ini, krus porselen yang akan digunakan untuk menimbang dipijar beberapa kali sampai didapat berat yang konstan.<br /><br />Penyaringan dan pencucian endapan<br />Siapkan kertas saring bebas abu (Whatman 40 Blue band, diameter 10 cm), beserta corong di atas penyangga. Dekantasi endapan BaSO4 ke dalam kertas saring secara kuantitatif. Cucilah endapan dengan 20 – 30 mL akuades yang mengandung HCl (5 mL HCl 2 N dalam 100 mL akuades), kemudian dengan akuades saja sampai air cucian (filtrat) bebas Cl- (diuji dengan HNO3 + AgNO3).<br /><br />Pengeringan dan pemijaran endapan<br />Kertas saring yang berisi endapan dengan corongnya dikeringkan di dalam oven. Lipatlah kertas saring sehingga endapannya terbungkus, masukkan ke dalam krus porselen yang beratnya telah konstan. Krus dipijar, mula-mula dengan api kecil sampai kertas saring menjadi hitam (jangan sampai terbakar), kemudian api dibesarkan sampai warna hitam hilang dan tinggal endapan putih (pemijaran bisa dilakukan dalam furnace). Dinginkan di dalam eksikator, kemudian ditimbang. Pijar lagi, dinginkan dan timbang lagi. Hitung kadar Ba2+ dalam sampel (% b/v)<br />(Ar Ba = 137,33; Mr BaSO4 = 233,39).<br /><br />Diskusi<br />1. Tujuan pendiaman (aging) adalah :<br />Membiarkan endapan kontak dengan larutan induknya di atas penangas air supaya butir-butir kecil melarut kembali, kemudian mengendap lagi pada kristal yang sudah ada sehingga tumbuh menjadi kristal besar.<br />2. Krus dipijar selama 1 jam, didinginkan (dalam eksikator), ditimbang, dipijar ¼ jam dan seterusnya ¼ jam lagi sampai didapat berat konstan (selisih penimbangan tidak boleh lebih dari 0,2 mg).<br />3. Bila krus dan endapan (+ kertas saring) setelah dipijar masih terdapat arang (hitam sedikit dan tidak hilang) maka diberi asam nitrat pekat 1 tetes (hati-hati, jangan diteteskan dalam keadaan panas, agar zatnya tidak hilang/muncrat). Kemudian dipijar lagi sampai HNO3 menguap.<br />4. Perlakuan dalam analisis gravimetri bila dilakukan duplo (replikasi 2 kali) harus sama.<br />Misal : lama pemijaran atau lama di eksikator untuk masing-masing sampel harus sama. Karena selama berhubungan dengan udara luar sudah tentu akan menghisap air.<br />5. Endapan sebelum dipijar, dikeringkan dulu di oven pada suhu 100 – 105°C (± 10 menit) agar endapan tidak memercik pada saat pemijaran. Akan tetapi kertas saring tidak boleh terlalu kering agar mudah dilipat.<br /><br />Penentuan kadar air kristal dalam senyawa<br />v Panasi krus yang telah dibersihkan pada api bunsen sampai warna merah selama 5 menit<br />v Dinginkan dalam eksikator selama 20 menit, kemudian timbang (lakukan 2 kali)<br />v Timbang zat dengan teliti di dalam krus (…gram)<br />v Panasi krus sampai bagian bawahnya berwarna merah, diamkan selama 10 menit<br />v Dinginkan di dalam eksikator selama 20 menit, kemudian timbang<br />v Lakukan pemanasan, pendinginan dan penimbangan sampai di dapat berat konstan<br />v Tentukan kadar air kristal di dalam senyawa tersebut.<br /><br />LAMPIRAN I<br />PENIMBANGAN BAHAN BAKU PRIMER<br /><br />1. Asam oksalat 0,1 N : 6,300 g H2C2O4 . 2H2O / liter<br />0,6300 g H2C2O4 . 2H2O / 100 mL<br />(1 mol asam oksalat = 2 molek)<br />2. Boraks 0,1 N : 1,9072 g Na2B4O7 . 10H2O / 100 mL<br />(1 mol boraks = 2 molek)<br />3. NaCl 0,1 N : NaCl yang telah dikeringkan (dipijar) 0,5846 g / 100 mL<br />(1 mol NaCl = 1 molek)<br />4. ZnSO4 0,1 N : 1,4375 g ZnSO4.7H2O / 100 mL<br />(1 mol = 2 molek)<br />5. MgSO4 0,1 N : 1,2325 g MgSO4.7H2O / 100 mL<br />(1 mol = 2 molek)<br />6. KIO3 0,1 N : 0,3567 g KIO3 / 100 mL<br />(1 mol = 6 molek)<br />7. KBrO3 0,1 N : 0,2783 g KBrO3 / 100 mL<br />(1 mol = 6 molek)<br />8. K2Cr2O7 0,1 N : 0,4903 g K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan) / 100 mL<br />Diposkan oleh @r!eF di 19:37 0 komentar<br />Beranda<br />Langgan: Entri (Atom)<br />Cari Blog Ini<br /> <br /> <br />didukung oleh<br /> <br />My Arsip<br /><br /> * ▼ 2009 (2)<br /> o ▼ Juli (2)<br /> + Kimia Analitik<br /> + Teknik Analisis<br /><br />Mengenai Saya<br />Foto Saya<br /><br />@r!eF<br /> simpel, gw tu gk banyak omong, bahkan jarang sekali ngomong, gw cuma butuh reality(fact), gw dari dulu suka ma teknologi, cita-cita gw tu pengen punya robot sendiri, eh malah nyasarnya ke kimia, mungkin dah takdir kali ye.. gw sekarang lagi mengemban amanah yang cukup berat,gw dapet beasiswa n nantinya gw harus mengabdi dikmpung gw sebagai tenaga penyuluh, kayaknya kontras banget dengan sifat gw yang pendiam, tapi gw bakal berusaha doain gw ya.... sekarang dah semester 2, ada 2 tahun lagi kesempatan untuk merubahnya.. dalam hidup ini gw punya prinsip "jangan pernah cari musuh" makanya gw pangen punya banyak temen... peace LOve<br /><br />Lihat profil lengkapku<br />Tampilan slideUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-63265807320572588812010-05-23T05:24:00.001-07:002010-05-23T05:24:35.140-07:00Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-69742758752572485132010-05-23T05:21:00.001-07:002010-05-23T05:21:20.637-07:00skip to main | skip to sidebar<br />Sepatuku<br /><br />Jumat, 15 Januari 2010<br />Laporan Titrasi kompleksometri<br />A. PENDAHULUAN<br />1. Tujuan percobaan<br />a. Untuk menentukkan ion - ion kompleks dan molekul netral yang<br />terdisosiasi dalam larutan<br />b. Untuk menetukan hasil yang kompleks dari titrasi kompleksometri<br />2. Dasar teori<br />Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :<br />M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O<br />Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).<br />Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).<br />Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).<br />Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu (Rival, 1995).<br />Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).<br />Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).<br />Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya terjadi pembentukan larutan atau senyawa kompleks dengan kata lain membentuk hash berupa kompleks. Untuk dapat dipakai sebagai dasar suatu titrasi, reaksi pembentukan kompleks disamping harus memenuhi persyaratan umum amok titrasi, make kompleks yang terjadi hams stabil. Titrasi ini biasanya digunakan untuk penetapan kadar logam polivalen atau senyawanya dengan menggunakan NaaEDTA sebagai titran pembentuk kompleks (Tim Penyusun, 1983).<br />Tabel Kompleksometri<br />Logam Ligan Kompleks Bilangan koordinasi<br />logam Geometri Reaktivitas<br />Ag+ NH3 Ag(NH3)2+ 2 Liniar Labil<br />Hg2+ Cl- HgC12 2 Liniar Labil<br />Cu2+ NH3 Cu(NH3)42+ 4 Tetrahedral Labil<br />Ni2+ CN- Ni(CN)42- 4 Persegi<br />planar Labil<br />Co2+ H2O CO(H2O)62+ 6 Oktahedral Labil<br />Co3+ NH3 Co(NH3)63+ 6 Oktahedral Inert<br />Cr3+ CN- Cr(CN)63- 6 Oktahedral Inert<br />Fe 3+ CN- Fe(CN)63- 6 Oktahedral Inert<br />Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobal, nikel, seng, cadmium, dan merkuri (II) membentuk kompleks stabil dengan nitrogen seperti amoniak dan trine. Beberapa ion logam lain, misalnya alumunium, timbale, dan bismuth lebih baik berkompleks dengan ligan dengan atom oksigen sebagai donor electron. Beberapa pereaksi pembentuk khelat, yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen terutama efektif dalam pembentukan kompleks stabil dengan berbagai logam. Dari ini yang terkenal ialah asam etilendiamintetraasetat, kadang-kadang dinyatakan asam etilendinitrilo, dan sering disingkat sebagai EDTA :<br />Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+ dari ikatan karboksil yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan pada EDTA ini terjadi reaksi intra molekuler (maksudnya dalam molekul itu sendiri), maka rumus senyawa tersebut disebut "zwitter ion". EDTA dijual dalam bentuk garam natriumnya, yang jauh lebih mudah larut daripada bentuk asamnya (Syafei, 1998)<br />Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H20 atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan itu disebut bidentat. Ligan multidentat mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistern itu dibiarkan mencapai kesetimbangan<br />Ligan dapat berupa suatu senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA, maupun senyawa anorganik seperti polifosfat. Untuk memperoleh ikatan metal yang stabil, diperlukan ligan yang mampu membentuk cincin 5-6 sudut dengan logam misalnya ikatan EDTA dengan Ca. Ion logam terkoordinasi dengan pasangan electron dari atom-atom N-EDTA dan juga dengan keempat gugus karboksil yangh terdapat pada molekul EDTA (Winarno, 1982).<br />Ligan dapat menghambat proses oksidasi, senyawa ini merupakan sinerjik anti oksidan karena dapat menghilangkan ion-ion logam yang mengkatalisis proses oksidasi (Winarno, 1982).<br /><br />EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empas gugus karboksil. Dalam hal-hal lain, EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat atau kuadridentat yang mempunyai satu atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi yang kuat dengan logamnya. Untuk memudahkan, bentuk asam EDTA bebas sering kali disingkat H4Y. Dalam larutan yang cukup asam, protonasi sebagian dari EDTA tanpa kerusakan lengkap dari kompleks iogam mungkin terjadi, yang menyebabkan terbentuknya zat seperti CuHY-; tetapi pada kondisi biasa semua empat hidrogen hilang, apabila ligan dikoordinasikan dengan ion logam. Pada harga-harga pH sangat tinggi, ion hidroksida mungkin menembus lingkungan koordinasi dari logam dan kompleks seperti Cu(OH) Y3- dapat terjadi.<br />3. Prinsip<br />Metode analisa berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks ( ion kompleks atau garam dapur sukar mengion ). Merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks<br />4. Persamaan reaksi :<br />B. PROSEDUR<br />1. Melakukan pembakuan larutan standar EDTA<br />a. Timbang 80 mg ZnSO4.H2O<br />b. Masukan secara kuantitatif ke dalam labu ukur tambahkan aquadest ad 100 ml, kocok<br />c. Masukan ke dalam gelas kimia, pipet 10 ml dengan pipet volume, masukan dalam erlenmeyer<br />d. Tambahkan 50 ml aquadest kocok sampai larut<br />e. Tambahkan 2 ml buffer salmiak pH 10<br />f. Tambahkan 3 tetes indicator EBT<br />g. Titrasi dengan larutan standar EDTA sampai warna ungu menjadi biru<br />2. Melakukan penetapan kadar<br />a. Encerkan sample no.07 dengan aquadest dalam labu ukur<br />b. Masukan ke dalam gelas kimia secara kuantitatif<br />c. Pipet 10 ml dengan pipet volume masukan dalam erlenmeyer<br />d. Tambahkan 50 ml aquadest kocok sampai larut<br />e. Tambahkan 2 ml buffer salmiak pH 10<br />f. Tambahkan 3 tetes indicator EBT<br />g. Titrasi dengan larutan standar EDTA sampai warna ungu menjadi biru<br /><br /><br />C. DATA DAN PERHITUNGAN<br />Mg ZnSO4.H2O Volume EDTA<br />80 mg 7,00<br />80 mg 7,00<br />Rata-rata 7,00<br /><br />Nornalitas EDTA = Berat ZnSO4.H2O<br />BE ZnSO4H2O x V EDTA<br />= 80<br />161 x 7<br />= 0,0709 N<br /><br />Volume sample no.07 Volume EDTA<br />10 ml 4,20<br />10 ml 4,33<br />10 ml 4,04<br />Rata-rata 4,19<br /><br />Nornalitas EDTA = Vol titrasi x N EDTA<br />V sampel<br />= 4,19 x 0,0709<br />10<br />= 0,0297 N<br /><br />D. PEMBAHASAN<br />Dari hasil percobaan titrasi kompleksometri ( sample no.07 ) Pada saat praktikum, praktikan kurang teliti, padahal dalam pencampuran larutan apabila terdapat kesalahan maka akan mempengaruhi pada hasil akhir percobaan yang dilakukan. Pembakuan dilakukan oleh seorang ( diwakilkan ) dikarenakan zat pentitrasi tidak cukup.<br />Perubahan warna dalam titrasi dari ungu ke biru menjadi faktor penting, sehingga harus hati hati pada saat titrasi. Titrasi dilakukan secara triplo. Didapat volume awal titrasi sebesar 4,20 ml berwarna biru muda, V2=4,20 ml, V3=4,33ml berwarna biru tua. Warna V3 cenderung lebih pekat karena buret bocor.<br />EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Dalam hal-hal lain, EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat atau kuadridentat yang mempunyai satu atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi yang kuat dengan logamnya. Untuk mernudahkan, bentuk asam EDTA bebas sering kali disingkat H4Y. Dalam larutan yang cukup asam, protonasi sebagian dari EDTA tanpa kerusakan lengkap dari kompleks logam mungkin terjadi, yang menyebabkan terbentuknya zat seperti CuHY- ; tetapi pada kondisi biasa semua empat hidrogen hilang, apabila ligan dikoordinasikan dengan ion logam. Pada harga-harga pH sangat tinggi, ion hidroksida mungkin menembus lingkungan koordinasi dari logam dan kompleks seperti Cu(OH)Y3- dapat terjadi.<br />Titrasi kompleksometri sangat dipengaruhi oleh pH. Hanya pada harga-harga pH lebih besar kira-kira 12, kebanyakan EDTA ada dalam bentuk tetraanion Y'-. Pada harga-harga pH yang lebih rendah, zat yang berproton HY3-, dan seterusnya, ada dalam jumlah berlebihan. Jelaslah bahwa kecenderungan yang sebenarnya untuk membentuk khelonat logam pada sembarang pH tidak dapat diperbedakan langsung, dari Kabs (Underwood).<br />E. REFEFERENSI<br />L Underwood.R.A Day, JR.2002.Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 6, Gramedia.JAKARTA<br />http://pdfdatabase.com/index.php?g=kompleksometri+kimia<br />http://belajarkimia.com/2009/01/definisikompleksometri<br />Diposkan oleh rhephee di 21:57<br />Label: tugas hot<br />0 komentar:<br /><br />Poskan Komentar<br /><br />Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda<br />Langgan: Poskan Komentar (Atom)<br />Facebook<br />Rhephee Usanovich R<br /><br />Create Your Badge<br />Mengenai Saya<br /><br />rhephee<br /> me its me karena aku adalah aku bukan siapapun<br /><br />Lihat profil lengkapku<br />Mereka yang berjasa<br />Arsip-arsip<br /><br /> * ▼ 2010 (10)<br /> o ► Februari (5)<br /> + belum ada judul<br /> + apa si????<br /> + kurang kerjaan<br /> + Rangkuman Asam-Basa<br /> + Kunyit<br /> o ▼ Januari (5)<br /> + Laporan Titrasi Argentometri<br /> + Laporan Titrasi Iodimetri<br /> + Laporan Titrasi Iodometri<br /> + Laporan Titrasi Permanganometri<br /> + Laporan Titrasi kompleksometri<br /><br /> * ► 2009 (1)<br /> o ► November (1)<br /> + lpaoran kimia anlitikusUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-53260134318773479262010-05-23T05:10:00.000-07:002010-05-23T05:18:59.861-07:00Sign up<br /><br />Use your Facebook login and see what your friends are reading and sharing.<br />Other login options<br />Login with FacebookSpinner_mac_white<br />Signup<br /><br />I don't have a Facebook account<br />email address (required)<br />create username (required)<br />password (required)<br /> Send me the Scribd Newsletter, and occasional account related communications.<br />Privacy policy Spinner_mac_white<br />You will receive email notifications regarding your account activity. You can manage these notifications in your account settings. We promise to respect your privacy.<br />Why Sign up?<br />Num_1 Discover and connect with people of similar interests.<br />Num_2 Publish your documents quickly and easily.<br />Num_3 Share your reading interests on Scribd and social sites.<br /> Social-icons<br /><br />Already have a Scribd account?<br />email address or username<br />password<br />Spinner_mac_white Trouble logging in?<br />Login Successful<br /><br />Now bringing you back...<br /><br />Spinner_large_mac_white<br /><br />« Back to Login<br />Reset your password<br /><br />Please enter your email address below to reset your password. We will send you an email with instructions on how to continue.<br /><br />Email address:<br /> <br /><br />You need to provide a login for this account as well.<br /><br />Login:<br /> <br /><br /> <br />Scribd<br /><br /> * Explore<br /> * Community<br /><br />Transparent<br />Search Books, Presentations, Business, Academics...<br /><br /> * LoginSpinner_mac_gray<br /> * Sign Up<br /> * |<br /> * Log In<br /><br /> <br />1<br />Top<br />Previous Page<br />Next Page<br /> / 18<br />Zoom Out<br />Zoom In<br />Fullscreen<br />Exit Fullscreen<br />Select View Mode<br />View Mode<br />BookSlideshowScroll<br />Readcast<br />Add a Comment<br />Embed & Share<br />Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what you're reading. Select the sites below and start sharing.<br />Transparent<br />Login to Add a Comment<br />Share & Embed<br />Link / URL:<br />Embed Size & Settings:<br /><br /> * Width: Auto<br /> * Height: (proportional to specified width)<br /> * Start on page:<br /> * Preview View:<br /><br />More share options<br />Add to Collections<br />Auto-hide<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PERCOBAAN VIII<br />Judul<br />: TITRASI KOMPLEKSOMETRI<br />(REAKSI PEMBENTUKAN KOMPLEKS)<br />Tujuan<br /><br />: Praktikan mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan kadarnya menggunakan prinsip reaksi pembentukan kompleks.<br />Dasar Teori<br /><br />Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:<br />M<br />++<br />+ (H2Y)=<br />(MY)=<br />+2H<br />+<br />M<br />3+<br />+ (H2Y)=<br />(MY)-<br />+2 H<br />+<br />M<br />4+<br />+ (H2Y)=<br />(MY) + 2 H<br />+<br /><br />Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :<br />Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2<br />Hg2+ + 2Cl- HgCl2<br />(Khopkar, 2002).<br />Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik<br />melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit<br />terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui<br />reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.<br />(Basset, 1994).<br /><br />Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :<br />M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O<br />(Khopkar, 2002).<br /><br />Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen - penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.<br />(Rival, 1995).<br /><br />Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.<br />(Harjadi, 1993).<br /><br />Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil- azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue.<br />(Khopkar, 2002).<br /><br />Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu.<br />(Rival, 1995).<br /><br />Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion- ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus<br /><br />sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.<br />(Basset, 1994).<br /><br />Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium.<br />(Harjadi, 1993).<br />M adalah kation (logam) dan (H2Y)=<br />adalah garam dinatrium edetat.<br /><br />Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida.<br /><br />Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:<br />a. Hitam eriokrom<br />Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10<br />senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa<br />itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12.<br />Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.<br />b. Jingga xilenol<br /><br />Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.<br />c. Biru Hidroksi Naftol<br />Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12–13<br />dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.<br /><br />Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.<br /><br />Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan elektron.<br />Mn+ +: L<br />(M : L)n+<br />Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) merupakan ligan yang mempunyai lebih dari<br />satu tempat untuk berikatan. Rumus molekul zat tersebut dinyatakan sebagai berikut:<br />HOO-CH2<br />CH2-COOH<br />N- CH2- CH2 N<br />HOOC-CH2<br />CH2-COOH<br />EDTA ini dapat membentuk lingkaran yang menjepit ion logam dan senyawa yang di<br />hasilkan disebut sepit (chelate)<br />HOO-CH2<br />CH2-COOH<br />N- CH2- CH2 N<br />CH2<br />CH2<br />C- O- M- O- C<br />O<br />O<br />Bentuk asam dari EDTA dapat ditulis sebagaiH4 Y<br />Jika asam ini dapat direaksikan dengan basa, misalnya NaOH, akan di netralkan dalam<br />berbagai tingkatan menjadi H3Y-, H2Y2-, HY3-,dan akhirnya Y4-.<br /><br />Asam yang bebas H4Y dan gsram NaH3Y tidak cukup larut dalam air, sedangkan NaH2Y melarut dengan baik dalam air. Selama titrasi ion logam dengan Na2H2Y selalu terjadi ion hidrogen.<br />Mg2+ + H2Y2-<br />MgY2- + 2H+<br />Ca2+ + H2Y2-<br />CaY2- + 2H+<br />Al3+ + H2Y2-<br />AlY- + 2H+<br />Secara umum dapat ditulis:<br />Mn+ +H2 Y2+<br />MY(n-m)+ 2H+<br />Oleh karena terbentuknya ion H+ selama titrasi, maka untuk mencegah perubahan<br />pH harus dipergunakan larutan penyangga.<br />Dari reaksi diatas terlihat bahwa ion logam bereaksi dengan EDTA denagan<br />perbandingan molar 1: 1.<br /><br />Suatu hal penting dalam perkembangan titrasi EDTA, yaitu penemuan indikator logam, yang memungkinkan titrasi ini dilakukan dalam larutan untuk konsentrasi yang sangat encer.<br />Saat ini dikenal berbagai macam indikator logam antara lain Erichrome Black T<br />(Selechrome Black/ EBT/ Erio T). Struktur indikator ini adalah sebagai berikut:<br />OH<br />OH<br />-O3S<br />- N= N-<br />NO2<br />Indikator ini dapat membentuk kompleks bewarna hampir semua logam. Erio T adalah<br />asam berbasa tidak yang dapat ditulis sebagai berikut:<br />H2Ind<br />Hind2-<br />Ind3-<br />Merah pH 5,3- 7,3<br />Biru pH 10- 11<br />Jingga<br /><br />Pada pH Hind2- berwarna biru. Bentuk indikator ini bereaksi dengan magnesium membentuk kompleks yang berwarna merah. Kompleks Mg Ind lebih lemah dari pada MgY2- . Dengan demikian Mg dari Mg Ind membetuk kompleks MgY2-.<br />Mg Ind + H2Y2-<br />MgY2- + H Ind2- + H+<br />Merah<br />tidak berwarna<br />Biru<br /><br />Salah satu jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan secara titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai senyawa kompleks, yang mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit terdisosiasi. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk seyawa kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, da gugus yang terikat pada atom pusat disebut bilangan koordinasi.<br />Contoh:Ag+ + 2 CN<br />Ag(CN)2<br />Dalam kompleks Ag(CN)2 ini, perak merupakan atom pusat dengan bilangan koordinasi<br />dua sianida adalah ligannya. Beberapa contoh kompleks yang khas dapat dilihat pada<br />tabel :<br />Ion<br />logam<br />ligan<br />Kompleks<br />Nama kompleks<br />Bilanagan koordiasi<br />logam<br />Ag+<br />Cu2+<br />Fe3+<br />Ni2+<br />Cr3+<br />NH3<br />NH3<br />CN-<br />CN-<br />CN-<br /><br />Ag (NH3)2+<br />Cu(NH3)42+<br />Fe(CN)63-<br />Ni(CN)4<br />Cr(CN)63-<br /><br />Diamin Argentat (I)<br />Tetrami Kuprat (II)<br />Heksasiano Ferat (III)<br />Tetra siano nikelat (II)<br />Heksa Siano Kromat (III)<br />24646<br /><br />Molekul atau ion yang berfungsi sebagai ligan pada umumnya mempunyai atom elektronegatif seperti nitrogen, oksigen atau halogen. Ligan dalam senyawa kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io sianida merupakan contoh dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks dengan banyak ion logam.<br /> Titrasi dengan ligan polidentat<br /><br />Ion logam dengan beberapa ligan polidentat dapat membentuk kompleks yang larut dalam air. Berbeda dengan ligan monodentat yang dapat bereaksi hanya dalam beberapa tahap, ligan polidentat ini bereaksi hanya dalam satu tahap pada pembentukan kompleks. Selain itu reaksinya pun sederhana yaitu membentuk komplek 1:1 telah dikenal berbagai ligan polidentat tetapi yang akan dibicarakan adalah titrasi ion logam dengan ligan asam etilendiamin tetra asetat (EDTA)<br /> Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva titrasi<br />pH Larutan<br />pada bagian 4 telah dituliskan bahwa harga derajat<br />disosiasi EDTA,<br />4, bergantung pada pH laruta seprti pada tabel 10.3 harga<br />4pada<br />berbagai pH dihitung berdasarkan rumusan yang telah diuraikan pada bagian 4. dari tabel<br />10.3 terlihat bahwa semakin besar harga pH maka harga<br />4 pun semakin besar. Hal ini<br />menunjukkan bahwa semakin besar harga pH semakin besar konsentrasi Y4- dalam<br />larutan.<br />pH<br />4<br />2,0<br />3,0<br /><br />4,0 5,0 6,0<br />7,0<br />8,0<br />9,0<br /><br />10,0 11,0 12,0<br /><br />3,7 10-14<br />2,5 10-11<br />3,6 10-9<br />3,5 10-7<br />2,2 105<br />4,8 104<br />5,4 10-3<br />0,052<br />0,35<br />0,85<br />0,98<br />Harga Kf<br /><br />Pengaruh harga Kf terhadap pM pada pH 7. sebelum titik ekivalen semua ion logam mempunyai harga pM yang semua karena semua ion logam mempunyai konsentrasi yang sama sedangkan harga Kf belum berpengaruh pada saat ini. Ketika titik ekivalen tercapai, harga Kf mulai berperan mempengaruhi harga pM.<br />Indikator ion logam<br />Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik<br /><br />Yang membentuk kelat berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa kriteria yang perlu dijadikan acuan dalam memilih indikator ion logam antara lain: ikatan zat warna dengan ion logam harus lebih pernah dari pada ikatan ion logam dengan EDTA dan perubahan warna harus mudah diamati mata.<br /><br />Kebanyaka indikator ion logam mengandung gugs fungsi azo. Salah satu indikator ion logam yang paling banyak digunakan adalah eriochrome black T (EBT) yang mempunyai rumus struktur molekul berikut:<br />OH<br />OH<br />-O3S<br />N= N<br />O2N<br />Alat Dan Bahan<br />Alat<br />Gelas Kimia<br />Erlenmeyer<br />Gelas Ukur<br />Pipet Tetes<br />Corong<br />Buret<br />Labu Takar<br />Statif Dan Klem<br />Bahan<br /><br />1. EDTA 0,01 M<br />2. NaOH 0,1 M<br />3. Murexid (0,2 gram EBT + 50 gram HC<br /> Prosedur Kerja<br /> Standarisasi Larutan EDTA<br />- Di timbang dengan teliti dan di keringkan<br />sebelumnya suhu 100 ˚C<br />- Dituangkan zat padat pada labu takar 1000 ml<br />dengan menggunakan air suling<br />- Diencerkan sampai tanda batas<br />- Dipipet larutan tersebut kedalam erlenmeyer<br />sebanyak 25 ml<br />- Ditambahkan 2 ml larutan buffer pH 10 dan +<br /><br />50 mg EBT<br />- Titrasi dengan EDTA<br />- Diulangi secara duplo<br /> Penetapan kadar nikel dalam nikel sulfat<br /><br />- Dimasukan kedalam erlenmeyer<br />- Ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M<br />Sehingga pH berkisar 12-13<br />- Ditambahkan seujung sendok mureksid<br />- Dititrasi perlahan dengan EDTA yang telah<br />dibakukan hingga warna indikator berubah<br />CaCO3 0,5<br />gramLarutan berwarna<br />merah ungu - biru<br />H2O 25<br />ml<br />Larutan berubah warna<br />dari merah jambu -ungu<br /> Hasil pengamatan dan perhitungan<br />a. Standarisasi larutan EDTA<br />V EDTA(ml)<br />Perubahan warna<br />Awal<br />akhir<br />36,7 ml<br />Merah muda<br />ungu<br />Perhitungan<br />a. Molaritas EDTA<br />V1. M1 = V2.M2<br />M2 =V1 . M1<br />V2<br />= 25 ml x 0,01 M<br />36,7 mL<br /><br />= 0,006 M<br />Konsentrasi Ca<br />N Ca (mg/L) = A X B X 1000 X Ar Ca<br />mL sampel<br />= 36,7 mL x 0,006 M x 40,08 mg/mmol<br />25 ml<br />= 0,0367 L X 0,006 mol /L X 40,08 gr/mol<br />0,025 L<br />= 0,35 N<br />b. Penentuan Nikel Secara Kompleksometri<br />M EDTA (ml)<br />Volume<br />EDTA(mL)<br />V EDTA<br />Perubahan warna<br />Rata-rata<br />Awal<br />akhir<br />0,01 M<br />3 mL<br />2 mL<br />2 +3<br />Merah ungu<br />2<br />Merah ungu<br />= 2,5 mL<br />Biru<br />Biru<br /><br />Diketahui : Vsampel = 25 mL<br />Molaritas EDTA = 0,01 M<br />VEDTA = 2,5 mL<br /><br />Be Ni = 29,35 g/ek<br />Ditanya : Kadar Nikel dalam larutan sampel …?<br />Penye<br /><br />: Berat Ni = NEDTA x VEDTA x Be Ni<br />= 0,01 N x 2,5 mL x 29,35 g/ek<br />= 0,01 ek/L X 0,0025 L X 29,35 gr/ek<br />= 73,37 gr<br />Kadar Ni = NEDTA x VEDTA x Be Ni x 100%<br />mL sampel<br />= 0,01 N x 2,5 mL x 29,35 g/ek x 100%<br />25 ml<br />= 0,01 ek/L X 0,0025 L X 29,35 gr/ek x 100%<br />25 ml<br />= 2,935 %<br />Pembahasan<br /><br />Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:<br />M<br />++<br />+ (H2Y)=<br />(MY)=<br />+2H<br />+<br />M<br />3+<br />+ (H2Y)=<br />(MY)-<br />+2 H<br />+<br />M<br />4+<br />+ (H2Y)=<br />(MY) + 2 H<br />+<br />M adalah kation (logam) dan (H2Y)=<br />adalah garam dinatrium edetat.<br /><br />Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida.<br /><br />Salah satu jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan secara titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai senyawa kompleks, yang mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit terdisosiasi. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk seyawa kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, da gugus yang terikat pada atom pusat disebut bilangan koordinasi.<br />Contoh:Ag+ + 2 CN<br />Ag(CN)2<br />Dalam kompleks Ag(CN)2 ini, perak merupakan atom pusat dengan bilangan<br />koordinasi dua sianida adalah ligannya.<br /><br />Ligan dalam senyawa kompleks adalah suatu atom atau gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan elektron bebas. Molekul air, amoniak, ion klorida da io sianida merupakan contoh dari ligan yang sederhana yang membentuk kompleks dengan banyak ion logam.<br /> Titrasi dengan ligan polidentat<br /><br />Ion logam dengan beberapa ligan polidentat dapat membentuk kompleks yang larut dalam air. Berbeda dengan ligan monodentat yang dapat bereaksi hanya dalam beberapa tahap, ligan polidentat ini bereaksi hanya dalam satu tahap pada pembentukan kompleks. Selain itu reaksinya pun sederhana yaitu membentuk komplek 1:1 telah dikenal berbagai ligan polidentat tetapi yang akan dibicarakan adalah titrasi ion logam dengan ligan asam etilendiamin tetra asetat (EDTA)<br /> Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva titrasi<br />pH Larutan<br />pada bagian 4 telah dituliskan bahwa harga derajat<br />disosiasi EDTA,<br />4, bergantung pada pH laruta seprti pada tabel 10.3 harga<br />4pada<br />berbagai pH dihitung berdasarkan rumusan yang telah diuraikan pada bagian 4. dari tabel<br />10.3 terlihat bahwa semakin besar harga pH maka harga<br />4 pun semakin besar. Hal ini<br />menunjukkan bahwa semakin besar harga pH semakin besar konsentrasi Y4- dalam<br />larutan.Harga Kf<br /><br />Pengaruh harga Kf terhadap pM pada pH 7. sebelum titik ekivalen semua ion logam mempunyai harga pM yang semua karena semua ion logam mempunyai konsentrasi yang sama sedangkan harga Kf belum berpengaruh pada saat ini. Ketika titik ekivalen tercapai, harga Kf mulai berperan mempengaruhi harga pM.<br />Indikator ion logam<br />Indikator ion logam adalah suatu zat warna organik<br /><br />Yang membentuk kelat berwarna dengan ion logam pada rentang pM. Beberapa kriteria yang perlu dijadikan acuan dalam memilih indikator ion logam antara lain: ikatan zat warna dengan ion logam harus lebih pernah dari pada ikatan ion logam dengan EDTA dan perubahan warna harus mudah diamati mata.<br /><br />Kebanyakan indikator ion logam mengandung gugs fungsi azo. Salah satu indikator ion logam yang paling banyak digunakan adalah eriochrome black T (EBT) yang mempunyai rumus struktur molekul berikut:<br />TITRASI KOMPLEKSOMETRI oleh eko cahyono<br /><br />Reads:<br />1,691<br />Uploaded:<br />04/07/2010<br />Category:<br />Books - Non-fiction > Health & Lifestyle<br />Rated:<br />F4813db969<br />EkoCahyono_UNG<br />Reading just got better!<br /><br />You're getting a sneak peak at Scribd's new HTML reading experience. Learn more about the future of reading.<br /><br /> * See this document in Flash mode<br /> * Change your reading preferences<br /><br />Share & Embed<br />Link / URL:<br />Embed Size & Settings:<br /><br /> * Width: Auto<br /> * Height: (proportional to specified width)<br /> * Start on page:<br /> * Preview View:<br /><br />More share options<br />Related<br /><br /> 1.<br /> 27 p.<br /><br /> Log Am<br /><br /> Reads: 2518<br /> 21 p.<br /><br /> From Wikipedia, The Free Encyclope...<br /><br /> Reads: 73<br /> 201 p.<br /><br /> bUKU kimiaanorganik<br /><br /> Reads: 110<br /> 2.<br /> 201 p.<br /><br /> kimiaanorganik<br /><br /> Reads: 685<br /> 202 p.<br /><br /> Kimia Inorganik<br /><br /> Reads: 23828<br /> 202 p.<br /><br /> Kimia Anorganik<br /><br /> Reads: 38102<br /> 3.<br /> 50 p.<br /><br /> bab-6-kimia-logam-transisi<br /><br /> Reads: 928<br /> 201 p.<br /><br /> Kimia Anorganik<br /><br /> Reads: 1173<br /> 2 p.<br /><br /> Titrasi menggunakan EDTA<br /><br /> Reads: 256<br /> 4.<br /> 13 p.<br /><br /> pencemaran logam<br /><br /> Reads: 500<br /> 65 p.<br /><br /> skripsi<br /><br /> Reads: 0<br /> 20 p.<br /><br /> 17468458-KOROSI<br /><br /> Reads: 0<br /> 5.<br /> 18 p.<br /><br /> KOROSI<br /><br /> Reads: 7143<br /> 7 p.<br /><br /> Adsorpsi Ion Logam Cadmium Dengan ...<br /><br /> Reads: 80<br /> 37 p.<br /><br /> TUGAS ANORGANIK<br /><br /> Reads: 354<br /> 6.<br /> 37 p.<br /><br /> Kajian Kemampuan Siswa Kelasa XII ...<br /><br /> Reads: 0<br /> 28 p.<br /><br /> EDTA Titration (Titrasi EDTA)<br /><br /> Reads: 3<br /> 100 p.<br /><br /> 18817743 Bundel Lab Kimia Organik<br /><br /> Reads: 0<br /> 7.<br /> 1 p.<br /><br /> http://www.jaldisms.in-----Jaldi S...<br /><br /> Reads: 0<br /> 103 p.<br /><br /> Psionics Magick<br /><br /> Reads: 0<br /> 5 p.<br /><br /> Patient Capital Newsletter 3-10<br /><br /> Reads: 0<br /> 8.<br /> 1 p.<br /><br /> eBook h.p.lovecraft - The Cats<br /><br /> Reads: 0<br /> 1 p.<br /><br /> Things to Consider When Choosing a...<br /><br /> Reads: 0<br /> 1 p.<br /><br /> Coron Palawan Vacation Tour and Pa...<br /><br /> Reads: 0<br /><br />More from this user<br /><br /> 1.<br /> 3 p.<br /><br /> Pemisahan Dan Penentuan Kadar A...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 44<br /> 2 p.<br /><br /> Pemisahan Iod Dengan Metode Eks...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 69<br /> 9 p.<br /><br /> METODE PEMISAHAN<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 95<br /> 2.<br /> 22 p.<br /><br /> METODE KROMATOGRAFI oleh<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 187<br /> 3 p.<br /><br /> Identifikasi Kurkumin Pada Temu...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 31<br /> 82 p.<br /><br /> Factor - Faktor Yang Menghambat...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 148<br /> 3.<br /> 18 p.<br /><br /> ELEKTROLISIS oleh Eko Cahyono<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 80<br /> 2 p.<br /><br /> Ekstraksi Minyak Kemiri Secara ...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 113<br /> 2 p.<br /><br /> DESTILASI ZAT CAIR oleh EKO CAH...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 19<br /> 4.<br /> 9 p.<br /><br /> Praktikum Kimia Dasar Oleh Eko ...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 93<br /> 16 p.<br /><br /> Plastik Biodegradable Oleh Eko ...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 267<br /> 47 p.<br /><br /> MODUL Kimia Dasar 2 Oleh Eko Ca...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 451<br /> 5.<br /> 15 p.<br /><br /> Isolasi Kafein Dari Kopi Oleh E...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 254<br /> 72 p.<br /><br /> Pengaruh Pembelajaran Sistem Ko...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 1,539<br /> 8 p.<br /><br /> Spektroskopi Serapan Atom (SSA)...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 452<br /> 6.<br /> 2 p.<br /><br /> Sokletasi Maserasi Dan Perkolas...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 328<br /> 6 p.<br /><br /> Pembuatan Garam Kompleks Dan Ga...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 542<br /> 5 p.<br /><br /> Pembuatan Dan Beberapa Sifat Na...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 71<br /> 7.<br /> 4 p.<br /><br /> PEMBUATAN CuSO4 Oleh Eko Cahyono<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 137<br /> 38 p.<br /><br /> Konsep Dasar Analisis Kualitati...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 1,207<br /> 286 p.<br /><br /> Kelas11 Sma Kimia Eko Cahyono<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 358<br /> 8.<br /> 202 p.<br /><br /> Kelas10 Sma Kimia Eko Cahyono A...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 385<br /> 186 p.<br /><br /> Kelas10 Sma Kimia Eko Cahyono<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 607<br /> 262 p.<br /><br /> Kelas10 Sma Kimia Budi Utami<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 451<br /> 9.<br /> 43 p.<br /><br /> Kadar Mineral Fosfor (P) Pada K...<br /><br /> From: EkoCahyono_UNG<br /><br /> Reads: 662<br /><br />Login to Add a Scribble<br />Sally Wiedjarnarko<br />swiedjarnarko read this about 11 hours agoLearn more about Readcast.<br />Mohammad Zamroni<br />mzamroni_1 read this about 23 hours agoLearn more about Readcast.<br />evil613<br />evil613 read this about 24 hours agoLearn more about Readcast.<br />Prastiano Septiawan<br />pseptiawan read this about 24 hours agoLearn more about Readcast.<br />iqbalia<br />iqbalia read this about 24 hours agoLearn more about Readcast.<br />titisnurwidiawati<br />titisnurwidiawati read this 2 days agoLearn more about Readcast.<br />adenkomah<br />adenkomah read this 2 days agoLearn more about Readcast.<br />Iin Wahyuni<br />iinw read this 3 days agoLearn more about Readcast.<br />prabawanti<br />prabawanti read this 3 days agoLearn more about Readcast.<br />Cloudyta Hikaru<br />Cloudyta_Hikar_8939 read this 4 days agoLearn more about Readcast.<br />ekjul<br />ekjul read this 5 days agoLearn more about Readcast.<br />رسلي ادين<br />RisaLi_Addini_5478 read this 5 days agoLearn more about Readcast.<br />27784<br />27784 read this 6 days agoLearn more about Readcast.<br />ima19<br />ima19 read this 6 days agoLearn more about Readcast.<br />ucokpesona<br />ucokpesona read this 05 / 15 / 2010Learn more about Readcast.<br />Show More<br />Print this document<br />High Quality<br /><br />Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).<br />Browser Printing<br /><br />Coming soon!<br />Print this document<br />High Quality<br /><br />Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).<br />Browser Printing<br /><br />Coming soon!<br />Transparent<br />Search Books, Presentations, Business, Academics...<br />Scribd<br /><br /> * About<br /> * Press<br /> * Jobs<br /> * Contact<br /> * Blog<br /> * Scribd Store<br /><br />Legal<br /><br /> * Terms - General<br /> * Terms - API<br /> * Terms - Privacy<br /> * Copyright<br /><br />Help & Tools<br /><br /> * Getting Started<br /> * Community Guidelines<br /> * Support & FAQ<br /> * Web Stuff<br /><br />Partners<br /><br /> * Partners / Publishers<br /> * Branded Reader<br /> * Developers / API<br /><br />Subscribe to Us<br /><br /> * On Scribd<br /> * On Twitter<br /> * On Facebook<br /><br />Enter your email address:<br /><br />or Spinner_mac_white<br />What's New<br /><br /> * We have updated our Terms of Service<br /> * Branded Reader<br /> * Multi-file UploaderUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-47888047291375804002010-05-23T05:08:00.000-07:002010-05-23T05:10:34.110-07:00Snap Shots Options [Make this Shot larger] [Close]<br />Options<br />Disable<br />Get Free Shots<br /> <br /> <br />Close<br />Snap Shares for charity<br />Annisanfushie's Weblog Chemistry is My Live and I Will Becoming Chemist<br /><br />Search<br /><br /> * Beranda<br /> * My Dream<br /> * My Laugh<br /> * My Live<br /> * My Study<br /><br />« PENENTUAN KANDUNGAN NIKEL DENGAN METODE GRAVIMETRI DAN KOMPLEKSOMETRI<br />MENGENAL TANGAN DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MAKAN »<br /><br />4 Jan<br />KOMPLEKSOMETRI<br /><br />Oleh annisanfushie pada Semester 3. Ditandai:Kimia Analitik I. 15 Komentar<br /><br />LAPORAN PRAKTIKUM<br /><br />KIMIA ANALITIK I<br /><br />PERCOBAAN III<br /><br />KOMPLEKSOMETRI<br /><br />NAMA : ANNISA SYABATINI<br /><br />NIM : J1B107032<br /><br />KELOMPOK : 25<br /><br />ASISTEN : SENIWATY<br /><br />PROGRAM STUDI KIMIA<br /><br />FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM<br /><br />UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT<br /><br />BANJARBARU<br /><br />2008<br /><br />PERCOBAAN III<br /><br />KOMPLEKSOMETRI<br /><br />I. TUJUAN PERCOBAAN<br /><br />Tujuan percobaan praktikum ini adalah menentukan kesadahan total, kesadahan tetap, dan kesadahan sementara.<br /><br />II. TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :<br /><br />Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2<br /><br />Hg2+ + 2Cl- HgCl2<br /><br />(Khopkar, 2002).<br /><br />Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).<br /><br />Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :<br /><br />M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O<br /><br />(Khopkar, 2002).<br /><br />Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).<br /><br />Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).<br /><br />Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).<br /><br />Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu (Rival, 1995).<br /><br />Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).<br /><br />Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).<br /><br />III. ALAT DAN BAHAN<br />A. Alat<br /><br />Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, statif, erlenmeyer, pipet volum 10 mL, gelas ukur 10 mL, gelas ukur 100 mL, gelas arloji, neraca analitik, kertas saring, pipet volum 50 mL, pembakar bunsen.<br /><br />B. Bahan<br /><br />Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan ZnCl 0,01 M, larutan buffer pH 10, aquades, indikator EBT-NaCl, larutan EDTA 0,01 M, cuplikan air sumur.<br /><br />IV. PROSEDUR KERJA<br /><br />A. Pembentukan Larutan EDTA<br /><br />1. Dimasukkan 10 ml larutan ZnCl2 ke dalam labu Erlenmeyer 250ml<br /><br />2. Ditambahkan 2 ml larutan buffer pH = 10 dan 40 ml akuades<br /><br />3. Ditambahkan 0,05 gram indikator EBT – NaCl<br /><br />4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai larutan berubah warna dari merah ke biru dengan sangat jelas<br /><br />5. Dilakukan duplo<br /><br />B. Penentuan Kesadahan Total<br /><br />1. Dipipet 50,0 ml cuplikan air (air sumur)<br /><br />2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH = 10<br /><br />3. Ditambahkan 0,05 gram indikator EBT – NaCl<br /><br />4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan berubah dari merah menjadi biru<br /><br />5. Dilakukan duplo<br /><br />C. Penentuan Kesadahan Tetap<br /><br />1. Diambil 250 ml cuplikan air (air sumur) dan memasukkan dalam gelas beker<br /><br />2. Dididihkan selama 30 menit<br /><br />3. Didinginkan, menyaring dengan kertas saring<br /><br />4. Ditampung filtrat kedalam labu Erlenmeyer 250 ml tanpa pembilasan kertas saring<br /><br />5. Diambil 50 ml filtrat dan ditambahkan 1 ml larutan buffer pH =10<br /><br />6. Ditambahkan 0,05 gram EBT – NaCl<br /><br />7. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M hingga larutan berwarna biru jelas<br /><br />8. Dilakukan duplo<br /><br />D. Penentuan Kesadahan Sementara<br /><br />1. Kesadahan sementara diperoleh dari kesadahan total dikurangi kesadahan tetap.<br /><br />V. HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />A. Hasil dan Perhitungan<br /><br />1. Hasil<br /><br />No.<br /> <br /><br />Langkah Percobaan<br /> <br /><br />Hasil Percobaan<br /><br />1.<br /><br />2.<br /><br /> <br /><br />* Penentuan Kesadahan Total<br /><br />- 25,0 ml cuplikan air sumur di pipet+ 1 ml buffer pH 10 + 50 mg campuran EBT-NaCl. Dikocok dengan baik.<br /><br />- Menitrasi dengan larutan baku EDTA.<br /><br />- Dititrasi secara duplo<br /><br />* Penentuan Kesadahan Tetap<br /><br />- 125 ml cuplikan air diambil ke dalam gelas kimia dan mendidihkan selama 30 menit. Mendinginkan larutan ini.<br /><br />- Disaring g filtrat ke dalam labu takar 250 ml tanpa pembilasan kertas saring.<br /><br />- Dititrasi secara duplo<br /><br /> <br /><br />Titrasi 1 :<br /><br />Volume EDTA = 0,3 ml<br /><br />Titrasi 2<br /><br />Volume EDTA = 04 ml<br /><br />Vrata-rata = 0,35 ml<br /><br />Perubahan warna = Ungu – Biru muda<br /><br />Titrasi 1 :<br /><br />Volume EDTA = 0,3 ml<br /><br />Titrasi 2<br /><br />Volume EDTA = 0,3 ml<br /><br />Vrata-rata = 0,3 ml<br /><br />Perubahan warna = Ungu – Biru muda<br /><br />2. Perhitungan<br /><br />a. Pembakuan larutan ZnCl2<br /><br />Diketahui : massa ZnCl2 = 0,6814 gram<br /><br />Volume larutan = 500 ml = 0,5 L<br /><br />BM ZnCl2 = 136,38 gr/mol<br /><br />Ditanya : Molaritas ZnCl2<br /><br />Jawab : Molaritas ZnCl2 =<br /><br />=<br /><br />= 0,0099 M<br /><br />b. Pembakuan EDTA<br /><br />———-<br /><br />c. Penentuan Kesadahan Total<br /><br />Diketahui : VEDTA = 0,35mL = 0,00035 L<br /><br />M EDTA = 0,01 M<br /><br />Vsampel = 10 mL = 0,01 L<br /><br />BM CaO = 56,08 g/mol<br /><br />Ditanya : Kesadahan total sebagai CaO = … ?<br /><br />Jawab : Berat CaO = M EDTA x V EDTA x BM CaO<br /><br />= 0,01 x 0,00035 x 56,08<br /><br />= 1,9628 x 10-4 g<br /><br />= 0,19628 mg<br /><br />ppm CaO<br /> <br /><br />=<br /> <br /><br />Berat CaO<br /><br />Vsampel<br /><br /> <br /><br />= =<br /> <br /><br />0,19628<br /><br /> <br /><br />0,01<br /><br /> <br /><br />=<br /> <br /><br />19,628 ppm<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />d. Penentuan Kesadahan Tetap<br /><br />Diketahui : Vsampel = 10 mL = 0,01 L<br /><br />Molaritas EDTA = 0,01 M<br /><br />VEDTA = 0,3 mL = 0,00003 L<br /><br />BM CaO = 56,08 g/mol<br /><br />Ditanya : Kesadahan Tetap sebagai CaO = … ?<br /><br />Jawab : Berat CaO = M EDTA x VEDTA x BM CaO<br /><br />= 0,01 x 0,0003 x 56,08<br /><br />= 1,6824x 10-4g<br /><br />= 0,16824 mg<br /><br />ppm CaO<br /> <br /><br />=<br /> <br /><br />Berat CaO<br /><br />Vsampel<br /><br /> <br /><br />= =<br /> <br /><br />0,16824<br /><br /> <br /><br />0,01<br /><br /> <br /><br />=<br /> <br /><br />16,824 ppm<br /><br />e. Penentuan Kesadahan Sementara<br /><br />Diketahui : Kesadahan Total = 19,628 ppm<br /><br />Kesadahan Tetap = 16,824 ppm<br /><br />Ditanya : Kesadahan Sementara = … ?<br /><br />Jawab :<br /><br />Kesadahan Sementara = Kesadahan Total – Kesadahan Tetap<br /><br />= 19,628 - 16,824<br /><br />= 2,804 ppm<br /><br />B. Pembahasan<br /><br />Pada percobaan ini mencoba menentukan tingkat kesadahn suatu sampel air dengan menggunakan reaksi pembentukkan ion kompleks. Mula-mula melakukan standarisasi titran dalam hal ini adalah EDTA. Titran ini distandarisasi menggunakan larutan ZnCl2 yang volume dan molaritasnya telah diketahui. Dari hasil titrasi ternyata molaritas EDTA yang terukukur adalah 6,986.10 -3 M. Langkah selanjutnya adalah penentuan kesadahan cuplikan air yaitu pada kesadahan tetap, kesadahan sementara, dan kesadahan total dari air sumur yang diamati. Pada penentuan kesadahan tetap didapatkan nilai CaO sebesar 1,2145 mg dengan nilai ppm sebesar 24,29. Sedangkan kesadahan total didapatkan massa CaO sebesar 3,761 mg dan nilai ppm CaO sebesar 75,22, dan yang terahkir kesadahan sementara dalam air sumur sebagai CaO didaptkan nilia ppm yang didapatkan dari kesadahan tetap dengan kesdahan total sebesar 50,93 ppm. Dalam air sumur selalu terlarut sejumlah garam kalsium dan atau magnesium baik dalam bentuk garam klorida maupun garam sulfat. Adanya garam-garam ini menyebabkan air menjadi sadah yaitu tidak dapat menghasilkan busa jika dicampur dengan sabun. Ukuran kesadahan air dinyatakan dalam ppm (satu per sejuta bagian). Bila ion kalsium dititrasi dengan EDTA, terbentuk suatu kompleks kalsium yang relatif stabil.<br /><br />Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+<br /><br />Pada percobaan ini seharusnya larutan sampel jika dititrasi akan mengalmi perubahan warna dari merah menuju biru. Hal itulah yang menjadi bukti bahwa terdapat kesadahan di dalm sampel air yang digunkana. Namun ternyata pda percobaan ini, air sampel yang digunakan langsung berubah menjadi biru setelah ditambahkan indikator EBT-NaCl. Titrasi in sendiri seharusnya dilakukan pada pH 10 dan konstan sepanjang titrasi. Sedangkan EBT-NaCl itu sendiri dapat menjadi indikator logam dapat juga mnejadi indiktor pH. Oleh karena itu, pH larutan perlu dijaga dengan menambahkan larutan buffer pada larutan yang akan dititrasi. Seperti kita ketahui air ayang sadah berarti mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Ion Ca2+ akan lebih dahulu bereaksi dan kemudian disusul dengan ion Mg2+ sehingga menimbulkan perubahan warna darimerah menjai biru. Reaksi pada ion Mg2+ yang akan terjadi sandainya dialakukan penitrasian adalah :<br /><br />MgD- (merah) + H2Y2- MgY2- + HD2- (biru) + H+<br /><br />Adanya perubahan warna dari merah menjadi biru pada tanpa penitrasian pada percobaan ini mungkin disebabkan oleh adanya pengompleks yang lebih kuat di alam (dalam sampel air sumur), atau mungkin juga memang di dalam sampel tersebut tidak memiliki atau mengandung ion Ca2+ dan Mg2+.<br /><br />VI. KESIMPULAN<br /><br />Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :<br /><br />1. Kesadahan merupakan besar konsentrasi Ca dan Mg dalam air ataupun dapat diartikan sebagai daya serap air untuk mengendapkan sabun.<br /><br />2. Kesadahan total dari sampel air sumur pada percobaan ini sebesar 75,22 ppm.<br /><br />3. Kesadahan tetap dari sampel air sungai sumur sebesar 24,29 ppm.<br /><br />4. Kesadahan sementara diperoleh dari selisih besarnya kesadahan total dengan kesadahan tetap yaitu sebesar 50,93 ppm.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.<br /><br />Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.<br /><br />Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.<br /><br />Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . UI Press. Jakarta.<br />2 Votes<br /><br />Quantcast<br /><br />15 Tanggapan untuk posting ini.<br /><br /> 1.<br /><br /> Posted by Blue_lover on Januari 21, 2009 at 7:24 am<br /><br /> hai….<br /> blog:y bagUs BuT,,,KesimPulAN’Y SinSkaT AmaT!!!!<br /><br /> 2.<br /><br /> Posted by nitrada on Maret 7, 2009 at 3:40 pm<br /><br /> thx bwt referensi’y…<br /> it’s helping enough…<br /><br /> 3.<br /><br /> Posted by dez on Maret 10, 2009 at 9:58 am<br /><br /> thx referensinya ckp membantu, klo boleh tau ga analisis Hg dlm sediaan krim?separasi sampel n metoda nya bgmn?<br /><br /> 4.<br /><br /> Posted by amir on Maret 10, 2009 at 12:55 pm<br /><br /> terima kasih. blog mu sangat membantu…. ^_^<br /><br /> 5.<br /><br /> Posted by DEEN_ on Maret 24, 2009 at 5:11 am<br /><br /> makAseh tapi matri na kurang banyak…<br /><br /> 6.<br /><br /> Posted by annisanfushie on Maret 26, 2009 at 11:23 am<br /><br /> Mf y krg mmuaskn ma’lum sm2 msh bljr n caca jg msh trbtas mtri n bku2 yg dpnya<br /><br /> 7.<br /><br /> Posted by wando on Maret 30, 2009 at 12:13 pm<br /><br /> Minta gbr struktur EBT dunkz,,pusyink sayyya….<br /><br /> 8.<br /><br /> Posted by Eva.F.H on Maret 31, 2009 at 8:05 am<br /><br /> Thanxxxx,refrensinya sedrhana mudah dicerna,tp struktur EDTA ma EBT Koq ga ada y??<br /><br /> 9.<br /><br /> Posted by gita sulistia on April 10, 2009 at 2:32 am<br /><br /> maksih lumayang bwt nulis jurnal<br /><br /> 10.<br /><br /> Posted by rizma on April 10, 2009 at 2:36 pm<br /><br /> makasih,,,ngebantu banget buat saya bikin laporan,,<br /><br /> 11.<br /><br /> Posted by mariamy on Mei 23, 2009 at 10:33 am<br /><br /> mo nanyak nii..amy ad tugas kimia anorganik ni..disuruh cari reaksi logam/garam dalam ruang lingkup anorganik yang dapat berubah warna,n bisa dipraktek-in..gmn???blog punya u ni bisa ga jadi sbg contoh??<br /><br /> 12.<br /><br /> Posted by wahyu indra on Mei 24, 2009 at 11:06 pm<br /><br /> makasieh yya!!! ngebantu bgd neh buat bikin laporan!!!!<br /><br /> 13.<br /><br /> Posted by TegaR on Mei 30, 2009 at 3:47 am<br /><br /> Apiik ment choy. . .<br /><br /> Thanks Sob,, but, bisa minta tolong nda, u/ bikinin kompleksometri2 yang laennya. hehehehe. . . :-)<br /><br /> 14.<br /><br /> Posted by muhammad faiq on Desember 8, 2009 at 2:52 am<br /><br /> thanks… dah menambah referensi aQ….<br /><br /> 15.<br /><br /> Posted by Dengkul on Januari 9, 2010 at 7:51 am<br /><br /> makasih yaa, lumayan bisa ngerjain tugas..<br /><br />Tanggapi posting ini<br />Klik di sini untuk membatalkan balasan.<br /><br />Nama (wajib)<br /><br />E-mail (wajib)<br /><br />Situs web<br /><br />Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel.<br /><br />Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.<br />Buku Tamu<br /><br /> * 265,137 hits<br /><br />Halaman<br /><br /> * My Dream<br /> * My Laugh<br /> * My Live<br /> * My Study<br /><br />Arsip<br /><br /> * April 2010<br /> * November 2009<br /> * Oktober 2009<br /> * Juli 2009<br /> * April 2009<br /> * Maret 2009<br /> * Februari 2009<br /> * Januari 2009<br /> * Desember 2008<br /> * November 2008<br /> * Oktober 2008<br /> * September 2008<br /> * Agustus 2008<br /> * Juli 2008<br /><br />Tulisan Terakhir<br /><br /> * Cape Hati<br /> * Perkakas ‹ Annisanfushie’s Weblog — WordPress<br /> * Catatan pertama di 2010 di awal April<br /> * ANALISIS Cd DAN Cu DENGAN METODE SPEKTROFOMETRI SERAPAN ATOM<br /> * ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER<br /><br />Kategori<br />Komentar Terakhir<br /> ida on PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN G…<br /> rafi on KROMATOGRAFI KERTAS<br /> lightfinder84 on IODOMETRI DAN IODIMETRI<br /> elly on RESIN PENUKAR ION<br /> yudhistira on GENETIKA<br />Spam Blocked<br />417 spam comments<br />blocked by<br />Akismet<br /> <br />Januari 2009 S S R K J S M<br />« Des Feb »<br /> 1 2 3 4<br />5 6 7 8 9 10 11<br />12 13 14 15 16 17 18<br />19 20 21 22 23 24 25<br />26 27 28 29 30 31 <br />Biologi<br /><br /> * Pak Hasrul<br /><br />Blogroll<br /><br /> * Mengembalikan Jati Diri Bangsa<br /> * WordPress.com<br /> * WordPress.org<br /><br />Farmasi<br /><br /> * 71mm0<br /> * Areep<br /> * Liew<br /><br />Fisika<br /><br /> * calquantum<br /> * Ery<br /> * Faizal<br /> * Ishaq<br /> * Kak Binar<br /> * mei<br /> * psulung<br /><br />Himpunan<br /><br /> * Fisika<br /> * Himafarma Avicenna<br /> * Himakom<br /> * Himamia Redoks<br /> * Himatika Real<br /> * Kimia Redoks<br /><br />Ilkom<br /><br /> * Dandoh<br /> * Hifdzi<br /><br />Kimia<br /><br /> * Arafat 07<br /> * Dedik, Fahmi N Yuda 07<br /> * Ervan<br /> * Herda<br /> * Kak Alberth<br /> * Pak Noerkomari<br /><br />Lain-Lain<br /><br /> * Amin Sudarsono<br /> * asjiro21<br /> * Awym<br /> * bungalian<br /> * demoffy<br /> * dhani22yadi<br /> * dillahdtech<br /> * eirpass<br /> * Ersa<br /> * f4hru<br /> * fkip-unlam<br /> * hariesaja<br /> * hoihei<br /> * internetsuksesbisnis<br /> * necrokid.<br /> * Ressa<br /> * rivermaya<br /> * rizkyadha<br /> * rolly04<br /> * senopatiarthur<br /> * soulharmony<br /> * Super Focus<br /><br />Matematika<br /><br /> * Indra<br /><br />SMAGRISA<br /><br /> * Alumni SMAGRISA<br /> * Mas Eko<br /> * OSIS SMAGRISA BANJARBARU<br /> * SMA KU<br /><br />RSS Annisanfushie's Weblog<br /><br /> * Cape Hati<br /> * Perkakas ‹ Annisanfushie’s Weblog — WordPress<br /> * Catatan pertama di 2010 di awal April<br /> * ANALISIS Cd DAN Cu DENGAN METODE SPEKTROFOMETRI SERAPAN ATOM<br /> * ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER<br /> * Ya Allah!<br /> * Bismillaahir Rahmaanir Rahim Aku ikhlas melepaskannya<br /> * Yang Lalu Biar Berlalu<br /> * Cobalah Jujur dengan Dirimu Sendiri dan Dengar Apa Kata Hatimu<br /> * Maaf ini dari hatiku walau aku yakin ini tak cukup<br /><br />Blog pada WordPress.com. Theme: SpringLoaded by the449.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-5495295969583343082010-05-23T05:05:00.000-07:002010-05-23T05:08:33.137-07:00skip to main | skip to sidebar<br />laporan praktikum kimia analisa<br /><br />situs ini uraian tetntang laporan praktikum di labopratorium kimia analisa, departemen teknik kimia, fakultas teknik, universitas sumatera utara,<br />Minggu, 18 Oktober 2009<br />PERMANGANOMETRI<br />LAPORAN PRAKTIKUM<br />KIMIA ANALISA<br /><br />Semester : III<br />Kelompok : II ( Dua )<br />Judul percobaan : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri<br />Tanggal percobaan : 5 September 2009<br /><br /><br />NAMA<br />NIM<br />DEDY ANWAR<br />080405009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br />MEDAN<br />2009<br /><br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENGESAHAN<br /><br />NAMA / NIM : Dedy Anwar<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri<br />TGL. PERCOBAAN : 5 September 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten,<br /><br /><br />(Haryanto Manurung)<br /><br /><br />LABORATORIUM KIMIA ANALISA<br />DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA<br />FAKULTAS TEKNIK<br />UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br /><br />LEMBAR PENUGASAN<br />NAMA / NIM : Dedy Anwar / 080405009<br />Andriani Dewi / 080405030<br />Juliananta Sitepu / 080405060<br />KELOMPOK : II (dua)<br />MODUL : Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri<br />TGL. PERCOBAAN : 5 September 2009<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Medan, 2009 Asisten,<br /><br /><br />(Haryanto Manurung)<br /><br />KATA PENGANTAR<br />Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri, dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.<br />Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.<br />Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.<br />Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :<br />1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.<br />2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.<br />3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.<br />4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.<br />Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.<br />Medan, 10 September 2009<br />Penulis,<br /><br />Dedy Anwar<br /><br />ABSTRAK<br /><br />Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Tujuan dari percobaan Penentuan Fe dengan Cara Permanganometri adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe, kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N, asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N, asam sulfat (H2SO4) 6 N dan asam fosfat (H3PO4) 85%. Sedangkan alat yang digunakan yaitu satu set alat standardisasi, pemanas, gelas ukur, erlenmeyer dan pipet volum. Prosedur percobaan ini adalah penyiapan larutan kalium permanganat 0,1 N kemudian standarisasi kalium permaganat dengan cara mentitrasi larutan tersebut menggunakan asam sulfat 6 N dan menentukan kadar besi dengan cara mentitrasi sampel menggunakan larutan kalium permanganat. Dari percobaan ini menunjukan bahwa kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel adalah 0,002 N, dan % ralat Fe sebesar 99 %.<br /><br />Kata Kunci : Titrasi<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR ISI<br /><br />KATA PENGANTAR i<br />ABSTRAK ii<br />DAFTAR ISI iii<br />DAFTAR GAMBAR v<br />DAFTAR TABEL . vi<br />BAB I PENDAHULUAN 1<br />1.1 Latar Belakang 1<br />1.2 Perumusan Masalah 1<br />1.3 Tujuan Percobaan 1<br />1.4 Manfaat Percobaan 1<br />1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2<br />BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3<br />2.1 Pengertian Permanganometri 3<br />2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri 6<br />2.3 Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri 6<br />2.4 Sumber-sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri . 7<br />2.5. Aplikasi Permanganometri 8<br />BAB III BAHAN DAN PERALATAN 11<br />3.1. Bahan 11<br />3.1.1. Kalium Permanganat (KMnO4) 11<br />3.1.2. Asam Oksalat (H2C2O4) 11<br />3.1.3. Asam Fosfat 12<br />3.1.4. Asam Sulfat (H2SO4) 12<br />3.1.5. Besi (Fe) 13<br />3.1.6 Air (H2O) 14<br />3.2. Alat 14<br />3.2.1 Nama Alat dan Fungsi 14<br />3.2.2 Gambar Rangkaian Peralatan 16<br />3.3. Prosedur Percobaan 17<br />3.3.1. Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 17<br />3.3.2. Prosedur Standarisasi Larutan KMnO4 17<br />3.3.3. Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe) 17<br />3.4. Flowchart 18<br />3.4.1. Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 18<br />3.4.2. Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 19<br />3.4.3. Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe) 20<br />BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21<br />4.1. Hasil Percobaan 21<br />4.1.1. Penyiapan Larutan KMnO4 21<br />4.1.2. Standarisasi Larutan KMnO4 21<br />4.1.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 21<br />4.2. Pembahasan 22<br />BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 23<br />5.1. Kesimpulan 23<br />5.2. Saran 23<br />DAFTAR PUSTAKA 24<br />LAMPIRAN A 25<br />LAMPIRAN B 26<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR GAMBAR<br /><br />Gambar 2.1. Skema Komponen Utama Permanganometri 6<br />Gambar 2.2. Sistem Pengolahan Air Asin Bergerak 9<br />Gambar 3.1.a. Peralatan Permanganometri 16<br />Gambar 3.1.b. Rangkaian Peralatan Titrasi 16<br />Gambar 3.2. Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 18<br />Gambar 3.3. Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 19<br />Gambar 3.4. Flowchart Penentuan Kadar Fe 20<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR TABEL<br /><br />Tabel 2.1. Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri 7<br />Tabel 4.1. Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 21<br />Tabel 4.2. Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 21<br />Tabel 4.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 21<br />Tabel A.1. Penyiapan Larutan KMnO4 0,1N 25<br />Tabel A.2. Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N 25<br />Tabel A.3. Penentuan Kadar Besi (Fe) 25<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />1.1. Latar Belakang<br />Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Kalium permanganat adalah oksidator yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4).<br />Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.<br />Percobaan ini juga merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai permanganometri, serta praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman praktikan (Anonim, 2009.c).<br />.<br />1.2. Perumusan Masalah<br />Masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan kadar atau konsentrasi dar larutan kalium permanganat KMnO4 dengan prinsip titrasi Permanganometri.<br /><br />1.3. Tujuan Percobaan<br />Tujuan dari percobaan Permanganometri adalah untuk menentukan kadar dari kalium permanganat KMnO4 secara praktek dengan titrasi KMnO4 tersebut terhadap larutan asam oksalat dihidrat H2C2O4.2H2O.<br /><br />1.5. Manfaat Percobaan<br />Manfaat dari percobaan Permanganometri ini adalah untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara Permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi-reduksi yang dimlikinya sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.<br /><br />1.4. Ruang Lingkup Percobaan<br />Percobaan analisa kuantitatif Permanganometri dilaksanakan di laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan keadaan ruangan<br />1. Temperatur udara : 30oC<br />2. Tekanan udara : 760 mmHg.<br />Bahan yang digunakan yaitu larutan asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) 250 ml 2 N sebagai larutan yang akan dititrasi, larutan Kalium Permanganat (KMnO4) sebagai larutan pentiter (larutan standar), dan larutan asam sulfat (H2SO4) 1 M yang berfungsi untuk membuat suasana asam. Alat-alat yang digunakan antara lain : buret, statif besi, pipet tetes, gelas ukur, beaker gelas, erlenmeyer, kasa asbes, bunsen, dan termometer.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />2.1. Pengertian Permanganometri<br />Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4 (anonim, 2009.d).<br />Pada permanganometri titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.<br />Kalium permanganat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida.<br />Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .Reaksi dalam suasana netral yaitu :<br />MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O<br />Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan<br />Reaksi dalam suasana alkalis :<br />MnO4- + 3e → MnO42-<br />MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH-<br />MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 +4OH-<br />Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.<br />Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan<br />3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+<br />Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .<br />Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MNO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.<br />Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.<br />Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .<br />Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi (anonim,2009.c).<br />Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau.<br />Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.<br />Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti :<br />(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.<br />(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. (anonim,2009.a)<br /><br /><br /><br /><br />2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri<br />Prinsip titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan reduksi. Pada percobaan permanganometri ini, secara garis besarnya terbagi atas 2 komponen utama yang secara skema dapat digambarkan sebagai berikut:<br />Permanganometri<br /><br /><br /><br />Zat pentiter Zat yang dititer<br />(di dalam buret) (di dalam erlenmeyer)<br /><br />KMnO4 H2C2O4<br /><br />Akhir titrasi : Grek zat pentiter = Grek zat yang dititer<br />V1. N1 = V2. N2<br />Gambar 2.1 Skema Komponen Utama Permanganometri<br />(Anonim,2009.d)<br /><br />2.3. Reaksi-reaksi Kimia dalam Permanganometri<br />Kalium permanganat yang digunakan pada permanganometri adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang beraneka ragam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan. Reduksi MnO4- berlangsung sebagai berikut:<br />a.dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih<br />MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O<br />b.dalam larutan netral, pH 4 – 10<br />MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 ↓ + 2H2O<br />c.dalam larutan basa, [OH-] 0,1 N atau lebih<br />MnO4- + e- MnO42-<br />Kebanyakan titrasi ini dilakukan dalam keadaan asam, seperti pada tabel dibawah ini:<br />Tabel 2.1. Reaksi-reaksi kimia dalam permanganometri<br />Analat<br />Reaksi separuh (oksidasi)<br />Sn2+<br />H2O2<br />Fe2+<br />Fe(CN)64-<br />H2C2O4<br />HNO2<br />K<br /><br />Uranium(IV)<br />Vanadium(IV)<br />Antimon (III)<br />Arsenik(III)<br />Br-<br />Mo3+<br />Ti3+<br />W3+<br />Sn2+ Sn4+ + 2e-<br />H2O2 O2(g) + 2H+ + 2e-<br />Fe2+ Fe3+ +2e-<br />Fe(CN)64- Fe(CN)63-<br />H2C2O4 2CO2 + 2H+ + 2e-<br />HNO2 + H2O NO3- + 3H+ + 2e-<br />K2Na[Co(NO2)6] + 6H2O Co2+ + 6NO3- +12H+ + 2K++ Na+ + 11e-<br />U4+ + 2H2O UO22++ 4H++ 2e-<br />VO2+ + 3H2O V(OH)4-+ 2H++ e-<br />HSbO2 + 2H2O H3SbO4<br />HAsO2+ 2H2O H2AsO4 + 2H+ + 2e<br />2Br-- Br2 + 2e-<br />Mo3++ H2O MoO22+ + 4H+ + 1e-<br />Ti3+ + 2H2O TiO2+ + 2H+ +3e-<br />W3+ + 2H2O WO22+ + 4H+ + 2e-<br />(Sumber : Anonim, 2009.d)<br />2.4. Sumber-sumber Kesalahan Titrasi Permanganometri<br />Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:<br />1.Larutan pentiter KMnO4 pada buret<br />Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.<br />2.Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4<br />Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.<br />MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+<br />3.Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4<br />Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.<br />H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2↑<br />H2O2 H2O + O2↑<br />Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan (anonim,2009.b).<br /><br />2.5. Aplikasi Permanganometri<br />Sistem Pengolahan Air Asin<br />Alat pengolah air asin ada banyak macamnya. Selama ini untuk mengolah air asin dikenal dengan cara destilasi, pertukaran ion, elektrodialisis, dan osmosis balik. Masing-masing teknologi mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pemanfaatan teknologi pengolahan air asin harus disesuaikan dengan konsidi air baku, biaya yang tersedia, kapasitas dan kualitas yang diinginkan oleh pemakai air. Di antara berbagai macam teknologi tersebut yang banyak dipakai adalah teknologi destilasi dan osmosis balik. Teknologi destilasi umumnya banyak dipakai ditempat yang mempunyai energi terbuang (pembakaran gas minyak pada kilang minyak), sehingga dapat menghemat biaya operasi dan skala produksinya besar (>500 m3/hari). Sedangkan teknologi osmosis balik banyak dipakai dalam skala yang lebih kecil.<br />Keunggulan teknologi membran osmosis balik adalah kecepatannya dalam memproduksi air, karena menggunakan tenaga pompa. Kelemahannya adalah penyumbatan pada selaput membran oleh bakteri dan kerak kapur atau posfat yang umum terdapat dalam air asin atau laut. Untuk mengatasi kelemahannya pada unit pengolah air osmosa balik selalu dilengkapi dengan unit anti pengerakkan dan anti penyumbatan oleh bakteri. Sistem membran reverse yang dipakai dapat berupa membran hollow fibre, lempeng/plate atau berupa spiral wound. Membran ini mampu menurunkan kadar garam hingga 95-98%. Air hasil olahan sudah bebas dari bakteri dan dapat langsung diminum.<br />Teknologi pengolahan air asin sistem osmosis balik banyak dipakai di banyak negara seperti Amerika, Jepang, Jerman dan Arab. Teknologi ini banyak dipakai untuk memasok kebutuhan air tawar bagi kota-kota tepi pantai yang langka sumber air tawarnya. Pemakai lain adalah kapal laut, industri farmasi, industri elektronika, dan rumah sakit.<br />Pada proses dengan membran, pemisahan air dari pengotornya didasarkan pada proses penyaringan dengan skala molekul. Di dalam proses desalinasi air laut dengan sistem osmosis balik, tidak memungkinkan untuk memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena akan membutuhkan tekanan yang sangat tinggi sekali. Pada prakteknya untuk menghasilkan air tawar, air asin atau air laut dipompa dengan tekanan tinggi ke dalam suatu modul membran osmosis balik yang mempunyai dua buah pipa keluaran, yakni pipa keluaran untuk air tawar yang dihasilkan dan pipa keluaran untuk air garam yang telah dipekatkan.<br />Di dalam membran osmosis balik tersebut terjadi proses penyaringan dengan ukuran molekul, yakni partikel yang molekulnya lebih besar dari pada molekul air, misalnya molekul garam dan lainnya, akan terpisah dan akan ikut ke dalam air buangan. Oleh karena itu air yang akan masuk ke dalam membran osmosis balik harus mempunyai persyaratan tertentu, misalnya kekeruhan harus nol, kadar besi harus < 0,1 mg/l, pH harus dikontrol agar tidak terjadi pengerakan kalsium karbonat dan lainnya.<br /><br />Gambar 2.2 Sistem Pengolah Air Asin Bergerak<br /><br />Pengolahan air minum dengan sistem osmosis balik terdiri dari dua bagian, yakni unit pengolahan awal dan unit osmosis balik. Salah satu contoh diagram proses pengolahan air dengan sistem osmosis balik dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1. Air laut, terutama yang dekat dengan pantai masih mengandung partikel padatan tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya, maka air baku tersebut perlu dilakukan pengolahan awal sebelum diproses di dalam unit osmosis balik. Unit pengolahan pendahuluan tersebut terdiri dari beberapa peralatan utama yakni pompa air baku, tangki reaktor (kontaktor), saringan pasir, filter mangan zeolit, dan filter untuk penghilangan warna (color removal), dan filter cartridge ukuran 0,5 m. Sedangkan unit osmosis balik terdiri dari pompa tekanan tinggi dan membran osmosis balik, serta pompa dosing klorin dan sterilisator ultra violet (UV) (anonim,2009.e).<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III<br />METODOLOGI PERCOBAAN<br /><br />3.1 Bahan<br />3.1.1 Kalium Permanganat ( KMnO4 )<br />A.Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 197,12 gr/mol.<br />2.Titik didih : 32,350C.<br />3.Titik beku : 2,830C.<br />4.Bentuk : Kristal berwarna ungu-kehitaman<br />5.Densitas : 2,7 kg/L pada 20°C<br />B.Sifat kimia<br />1.Larut dalam metanol.<br />KMnO4 + CH3OH → CH3MnO4 + KOH<br />2.Mudah terurai oleh sinar.<br />4KMnO4 + H2O → 4 MnO2 ↓ + 3O2 + 4KOH<br />3.Dalam suasana netral dan basa akan tereduksi menjadi MnO2.<br />4KMnO4 + H2O → 4 MnO2 ↓ + 3O2 + 4KOH<br />4.Kelarutan dalam basa alkali berkurang jika volume logam alkali berlebih.<br />5.Merupakan zat pengoksidasi yang kuat.<br />6.Bereaksi dengan materi yang tereduksi dan mudah terbakar menimbulkan bahaya api dan ledakan.<br />(Mulyono,2005)<br /><br />3.1.2 Asam Oksalat (H2C2O4)<br />A. Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 90,03584 gr/mol.<br />2.Berat jenis : 2,408 gr/cm3.<br />3.Bentuk : Padatan Kristal<br />4.Tak berwarna<br />5.Larut dalam air panas dan dingin.<br />B. Sifat Kimia<br />1.Didapatkan dari reaksi pemanasan gula (sukrosa) dengan oksigen.<br />C12H22O11 + 18 O 6 (COOH)2 + 5 H2O<br />2.Memiliki afinitas yang besar terhadap air.<br />3.Dapat menggantikan hidrogen dalam reaksinya dengan logam aktif. dan membentuk garam sulfat.<br />4.Dapat digunakan sebagai pembersih logam<br />5.Beracun<br />(Mulyono,2005)<br />3.1.3 Asam Fosfat (H3PO4)<br />A. Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 98 gr/mol.<br />2.Titik leleh : 21 0C.<br />3.Titil lebur : 42,350 C.<br />4.Bentuk : Cairan tak berwarna<br />5.Densitas : 1,83 kg/L pada 40C<br />B.Sifat Kimia<br />1.Memiliki konstanta diasosiasi K1 = 7,1 ×10–3, K2 = 6,3×10–8, dan K3 = 4,7 × 10–13.<br />2.Merupakan senyawa alkali kuat.<br />3.Merupakan asam yang lebih kuat daripada asam asetat, asam oksalat, asam borat dan asam salisilat.<br />4.Merupakan asan bervalensi 3.<br />5.Merupakan senyawa polar.<br />6.Bersifat korosif pada logam.<br />(Mulyono,2005)<br /><br />3.1.4 Asam Sulfat (H2SO4)<br />A.Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 98 gr/mol<br />2.Titik didih : 315-338 0C<br />3.Titik lebur : 10 0C<br />4.Bentuk : Cairan Kental tak berwarna<br />5.Densitas : 1,8 kg/L pada 40C<br />B. Sifat kimia :<br />1.Merupakan asam kuat.<br />2.Bersifat korosif.<br />3.Memiliki afinitas yang sangat besar terhadap air.<br />4.Bersifat sangat reaktif.<br />5.Merupakan asam bervalensi dua.<br />6.Diperoleh dari reaksi SO3 dengan air.<br />SO3 + H2O H2SO4<br />(Mulyono,2005)<br /><br />3.1.5 Besi (Fe)<br />A. Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 55,847 gr/mol.<br />2.Titik leleh : 15370C.<br />3.Titik didih : 30000C.<br />4.Bentuk : Padatan berwarna putih abu-abu<br />5.Densitas : 7,874 kg/L pada 20 0C<br />6.Fase padat.<br />7.Berwarna metalik mengkilap keabu-abuan.<br />8.Termasuk dalam golongan logam transisi.<br />B. Sifat Kimia<br />1.Derajat keasamannya meningkat sebanding dengan peningkatan bilangan oksidasinya.<br />2.Tingkat hidrolisis besi meningkat sebanding dengan peningkatan bilangan valensinya.<br />3.Pada temperatur kamar, besi bersifat sangat stabil.<br />4.Tidak larut dalam asam nitrat.<br />5.Larut dalam larutan natrium hidroksida panas.<br />6.Konfigurasi elektronnya adalah 3d 6 4s 2.<br />(Mulyono,2005)<br />3.1.6 Air (H2O)<br />A.Sifat Fisika<br />1.Berat molekul : 18.0153 gr/mol<br />2.Titik leleh : 00C<br />3.Titik didih : 1000C<br />4.Berat jenis : 0.998 gr/cm3<br />5.Berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau.<br />6.Memiliki gaya adhesi yang kuat.<br />B.Sifat Kimia<br />1.Memiliki keelektronegatifan yang lebih kuat daripada hidrogen.<br />2.Merupakan senyawa yang polar.<br />3.Memiliki ikatan van der waals dan ikatan hidrogen.<br />4.Dapat membentuk azeotrop dengan pelarut lainnya.<br />5.Dapat dipisahkan dengan elektrolisis menjadi oksigen dan hidrogen.<br />6.Dibentuk sebagai hasil samping dari pembakaran senyawa yang mengandung hidrogen.<br />(Mulyono,2009)<br /><br />3.2 Alat<br />3.2.1 Nama Alat dan Fungsi<br />1.Statif dan klem<br />Fungsi : sebagai alat untuk menahan dan menjepit buret selama proses titrasi berlangsung.<br />2.Buret<br />Fungsi : sebagai alat untuk menempatkan larutan penitrasi.<br />3.Bunsen<br />Fungsi : sebagai sumber api untuk memanaskan larutan.<br />4.Erlenmeyer<br />Fungsi : sebagai wadah atau tempat larutan yang akan dititrasi.<br />5.Pipet tetes<br />Fungsi : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit.<br />6. Termometer<br />Fungsi : untuk mengukur suhu larutan.<br />7.Gelas ukur<br />Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan.<br />8.Corong<br />Fungsi : untuk memperluas permukaan agar larutan yang dituang tidak tumpah.<br />9.Beaker glass<br />Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang digunakan atau sebagai<br />wadah suatu larutan.<br />10.Kaki tiga<br />Fungsi : sebagai tempat meletakkan kasa penangas air.<br />11.Kasa penangas air<br />Fungsi : sebagai tempat meletakkan suatu wadah larutan yang akan di-<br />panaskan dan membatasi api dan suatu wadah larutan supaya tidak bersentuhan secara langsung.<br />12.Penangas air<br />Fungsi : sebagai wadah untuk air yang akan dipanaskan dengan api.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />6.2.2Gambar rangkaian Peralatan<br /><br /><br />a b<br />Gambar 3.1 : a. Peralatan Permanganometri<br />b. Rangkaian Peralatan Titirasi<br /><br />Keterangan gambar :<br />1. Statif dan Klem<br />2. Buret<br />3. Erlenmeyer<br />4. Beaker glass<br />5. Gelas ukur<br />6. Corong glass<br />7. Kasa penyangga<br />8. Pipet tetes<br />9. Termometer<br />10. Penanggas air<br />11. Batang Pengaduk<br /><br />3.3 Prosedur Percobaan<br />3.3.1 Prosedur Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br />1.Sebanyak 3,16 gram kristal KMnO4 ditimbang dan dimasukkan kedalam beker gelas.<br />2.Ditambahkan kedalam beaker gelas aquades hingga volume 200 ml.<br />3.Larutan diaduk rata dan dipanaskan hingga mendidih.<br />4.Larutan didinginkan dan disimpan kedalam botol coklat agar tidak terkontaminasi.<br />5.Apabila larutan akan digunakan larutan harus distandarisasi terlebih dahulu.<br />3.3.2 Prosedur Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br />1.Dipipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1 N menggunakan pipet volume, masukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.<br />2.Ke dalam erlenmeyer ditambahkan 10 ml H2SO4 6 N aduk rata kemudian panaskan hingga mencapai 70-80 oC menggunakan penangas air.<br />3.Dalam keadaan panas titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga diperoleh warna merah rosa yang stabil.<br />4.Setelah warna tersebut terbentuk, catat volume KMnO4 yang terpakai.<br />5.Percobaan di atas dilakukan sebanyak 3 kali.<br />6.Dihitung volume KMnO4 rata-rata, konsentrasi dan % ralatnya.<br />3.3.3 Prosedur Penentuan Kadar Besi (Fe)<br />1.Sampel yang mengandung larutan Fe2+ dipipet 15 ml dimasukkan kedalam Erlenmeyer.<br />2.Ditambahkan 10 ml H2SO4 dan 2 ml H3PO4 85%.<br />3.Lakukan titrasi perlahan-lahan dengan larutan KMnO4 0,05 N hingga terjadi perubahan warna merah rosa yang stabil.<br />4.Apabila warna tersebut telah terbentuk, dicatat volume KMnO4 yang terpakai.<br />5.Percobaan di atas dilakukan sebanyak 3 kali.<br />6.Dihitung konsentrasi Fe dalam sampel dan % ralatnya.<br /><br /><br /><br /><br />3.4 Flowchart<br />3.4.1 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3.2 Flowchart Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3.4.2 Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Tidak<br />ya<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3.3 Flowchart Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br /><br />3.4.3 Flowchart Penentuan Kadar Besi (Fe)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Tidak<br /><br />Ya<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3.4 Flowchart Penentuan Kadar Fe<br />BAB IV<br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />4.1 Hasil Percobaan<br />4.1.1 Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br />Tabel 4.1 Hasil Penyiapan Larutan KMnO4<br />Massa KMnO4<br />BM KMnO4<br />V Pelarut H2O<br />Konsentrasi KMnO4<br />3,16 gr<br />158,034 gr/mol<br />200 ml<br />0,1 N<br /><br />4.1.2 Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br />Tabel 4.2 Hasil Standarisasi Larutan KMnO4<br />No<br />Volume H2C2O4<br />Volume H2SO4<br />Volume KMnO4<br />Konsentrasi KMnO4<br />% ralat<br /><br />NT<br />NP<br />1<br />2<br />3<br />20 ml<br />20 ml<br />20 ml<br />10 ml<br />10 ml<br />10 ml<br />10,2 ml<br />9,2 ml<br />10,7 ml<br />0,1 N<br />0,05 N<br />50 %<br />Rata-rata<br />20 ml<br />10 ml<br />10,03 ml<br /><br />4.1.3 Penentuan Kadar Besi (Fe)<br />Tabel 4.3 Hasil Penentuan Kadar Fe<br />No<br />Volume Sampel<br />Volume H2SO4<br />Volume H3PO4<br />Volume KMnO4<br />Konsentrsi KMnO4<br />% Ralat<br />Nt<br />Np<br />1<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,2 ml<br /><br /><br /><br />0, 2 N<br /><br /><br /><br />0,002 N<br /><br /><br /><br />99 %<br />2<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,5 ml<br />3<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,2 ml<br />Rata-rata<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,3 ml<br /><br />4.2 Pembahasan<br />Pada percobaan titrasi permanganometri, didapatkan konsentrasi KMnO4 adalah 0,1 N dimana persen ralat KMnO4 adalah 50 % setelah pentitrasian. Pada penentuan kadar Fe didapat konsentrasi Fe sebesar 0,002 N, dan persen ralat Fe adalah 99 % dari larutan sampel.<br />Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ ( Day & Underwood, 1993 ).<br />MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H<br />Untuk menentukan kadar besi dengan terlebih dahulu diubah menjadi ferrosulfat baru dioksidasi menjadi ferrisulfat (anonim,2009.f)<br />2Fe2+ + MnO- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O<br />Dari reaksi ini digunakan:<br />1.H2SO4 agar reaksi cepat dan kuantatif.<br />2.H3PO4 agar warna Fe(III) luntur dengan pembentukan kompleks tak berwarna.<br />Besarnya persen ralat yang didapat, dapat disebabkan oleh banyak hal. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan seperti ini adalah :<br />1.Dalam melakukan percobaan alat seperti buret sudah tidak bagus lagi (tidak efesien).<br />2.Pembacaan buret tidak teliti.<br />3.Zat pentiter yang digunakan dalam percobaan, normalitasnya sudah tidak tepat lagi akibat telah terkontaminasi.<br />Didalam permanganometri diperlukan larutan-larutan seperti H2SO4 dan H3PO4 sebab dalam titrasi dengan KMnO4 harus dalam suasana asam. Dalam titrasi permanganometri titrasi harus dilakukan dalam suasana asam. Oleh karena itu, digunakan asam kuat yang dapat mengionisasi sempurna dan dapat berfungsi untuk menciptakan suasuana asam yang stabil bukan sebagai indikator karena KMnO4 bersifat autoindikator. Dalam hal ini dipilih asam sulfat (H2SO4) sebagai pencipta suasana asam yang paling baik dan juga berfungsi mengikat air yang akan dipanaskan supaya menguap<br />BAB V<br />KESIMPULAN DAN SARAN<br /><br />5.1 Kesimpulan<br />Setelah melakukan percobaan, maka praktikan dapat mengambil kesimpulan penting yaitu :<br />1.Permanganometri adalah metode titrasi menggunakan larutan KMnO4 sebagai titran.<br />2.Larutan KMnO4 distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu 70-80oC, sehingga diperoleh konsentrasi KMnO4 adalah sebesar 0,1 N dan persen ralat sebesar 50 %.<br />3.Kadar Fe yang terkandung dalam sampel adalah sebesar 0,002 N dan persen ralat 99 %.<br />4.Dalam percobaan ini terdapat % ralat sebesar 99 %.<br />5.Larutan KMnO4 merupakan larutan yang sifatnya autoindikator sehingga dalam percobaan Permanganometri ini tidak diperlukan indikator yang lain.<br />6.Titrasi Permanganometri berlangsung dalam keadaan asam.<br /><br />5.2 Saran<br />Dalam hal ini diharapkan kepada praktikan selanjutnya supaya :<br />1. Lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan titrasi.<br />2. Untuk menghindari terontaminasinya larutan KMnO4 diusahakan agar percobaan lebih cepat dilaksanakan<br />3. Menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi .<br />4. Teliti melihat dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Anonim. 2009a. Permanganonetri http//-www.wikipedia.org. 9 September 2009<br />Anonim. 2009b. Permanganometri http//-www.medicafarma.com 9 September 2009<br />Anonim. 2009c. Permanganonetri praktikum http//-www.rumahkimia.wordpress.com 11 September 2009<br />Anonim. 2009d. Permanganonetri http//-www.bolgkita.info.fv 11 September 2009<br />Anonim. 2009e. Analisa permanganonetri http//-www.che-mistry.wordpress.org<br />11 September 2009<br />Anonim. 2009f. Laporan Permanganometri http//-sulae.blogspot.com<br />14 September 2009<br />Day,R.A. dan A.L. Underwood. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.<br />Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.<br />Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Cetakan ke-3 Jakarta : Bumi aksara<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LAMPIRAN A<br />DATA PERCOBAAN<br /><br />LA.1 Penyiapan Larutan KMnO4 0,1 N<br />Tabel A.1 Hasil Penyiapan Larutan KMnO4<br />Massa KMnO4<br />BM KMnO4<br />V Pelarut H2O<br />Konsentrasi KMnO4<br />3,16 gr<br />158,034 gr/mol<br />200 ml<br />0,1 N<br /><br />LA.2 Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N<br />Tabel A.2 Hasil Standarisasi Larutan KMnO4<br />No<br />Volume H2C2O4<br />Volume H2SO4<br />Volume KMnO4<br />Konsentrasi KMnO4<br />% ralat<br /><br />NT<br />NP<br />1<br />2<br />3<br />20 ml<br />20 ml<br />20 ml<br />10 ml<br />10 ml<br />10 ml<br />10,2 ml<br />9,2 ml<br />10,7 ml<br />0,1 N<br />0,05 N<br />50 %<br />Rata-rata<br />20 ml<br />10 ml<br />10,03 ml<br /><br />LA.3 Penentuan Kadar Besi (Fe)<br />Tabel A.3 Hasil Penentuan Kadar Fe<br />No<br />Volume Sampel<br />Volume H2SO4<br />Volume H3PO4<br />Volume KMnO4<br />Konsentrsi KMnO4<br />% Ralat<br />Nt<br />Np<br />1<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,2 ml<br /><br /><br /><br />0, 2 N<br /><br /><br /><br />0,002 N<br /><br /><br /><br />99 %<br />2<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,5 ml<br />3<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,2 ml<br />Rata-rata<br />15 ml<br />10 ml<br />2 ml<br />0,3 ml<br />LAMPIRAN B<br />PERHITUNGAN<br /><br />LB.1 Pembuatan KMnO4 0,1 N<br /><br />Jadi 3,16 gr kristal KMnO4 dilarutkan pada 200 ml air untuk mendapatkan KMnO4 0,1 N<br /><br />LB.2 Penghitungan Konsentrasi KMnO4 0,1 N<br /><br /><br /><br />Jadi konsentrasi KMnO4 adalah 0,05 M<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LB.3 Perhitungan kadar Fe<br /><br />Sehingga konsentrasi Fe<br /><br /><br /><br /><br />Maka ,<br /><br />Jadi % ralat Fe adalah 99 % dari larutan sampel.<br />Diposkan oleh laporan permanganometri di 03:28<br />0 komentar:<br /><br />Poskan Komentar<br /><br />Posting Lebih Baru Beranda<br />Langgan: Poskan Komentar (Atom)<br />Pengikut<br />Arsip Blog<br /><br /> * ▼ 2009 (5)<br /> o ► November (3)<br /> + ► Nov 11 (3)<br /> # KIMIA ANALISA KUALITATIF<br /> # GRAVIMETRI<br /> # ASIDI ALKALIMETRI<br /> o ▼ Oktober (2)<br /> + ► Okt 20 (1)<br /> # ANALISA AIR<br /> + ▼ Okt 18 (1)<br /> # PERMANGANOMETRI<br /><br />Mengenai Saya<br />Foto Saya<br /><br />laporan permanganometri<br /><br />Lihat profil lengkapkuUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-18484026103469541342010-04-17T06:12:00.001-07:002010-04-17T06:12:37.861-07:00skip to main | skip to sidebar<br />Bagus-Rahmat<br /><br />KIMIA UNESA<br />Minggu, 08 Juni 2008<br />Kesehatan Kulit<br /><br />Hampir semua organ tubuh akan terpengaruhi seiring bertambahnya umur. Ketika usia merambat ke angka 50 lebih, salah satu yang berubah dengan nyata adalah kulit. Elastisitas kulit yang berkurang, rambut pada kulit berubah memutih atau abu-abu, dan menipisnya rambut. Itulah tanda-tanda awal penuaan. Tentu saja, ini amat berpengaruh terhadap penampilan.<br /><br />Bagaimana kulit menua? Kolagen adalah protein yang bertanggung jawab untuk menjaga kulit agar tetap elastis dan kenyal. Secara alami, kolagen akan berkurang seiring pertambahan usia. Namun, pada mereka yang sering terkena sinar matahari, proses ini dipercepat karena sinar matahari merusak serat kolagen. Sinar ultraviolet dari matahari juga merusak lapisan atas kulit, yaitu tempat sel baru dibentuk. Akhirnya kulit akan semakin tipis. Selain itu, kulit juga akan keriput. Yang lebih dahulu mengalaminya adalah kulit tangan dan wajah. Kelenjar sebum, yang biasanya mengeluarkan senyawa lubrikan ke permukaan kulit, juga akan semakin tak aktif ketika orang menginjak usia senior. Akibatnya, kulit menjadi kering dan tampak bersisik.<br /><br />Berbagai hal ini, selain mempengaruhi penampilan, terkadang juga terasa mengganggu. Salah satunya berupa rasa gatal. Jika rasa gatal yang dirasakan terlalu berat, dokter akan merekomendasikan beberapa terapi yang tepat.<br /><br />Namun jangan khawatir ada cara untuk membuat penampilan Anda tetap tampak segar dan menyehatkan. Coba simak tips berikut, dan nikmati masa usia emas dengan senang.<br /><br />Hindari paparan sinar matahari<br />Lebih dari 90 persen kerusakan kulit disebabkan oleh sinar matahari. Sinar ultraviolet merupakan penyebab utama penuaan yang menimbulkan keriput dan tanda penuaan datang lebih dini. Sinar matahari juga dapat menyebabkan kerusakan serat elastin dan kolagen sehingga kulit kehilangan keelastisitasannya dan membentuk kantung. Sinar ultraviolet B dapat menyebabkan kanker kulit.<br /><br />Sebisa mungkin, hindari paparan sinar matahari secara langsung (terutama di atas pukul delapan pagi). Gunakan pakaian lengan panjang. Oleskan tabir surya dan hindari pergi pada siang hari.<br /><br />Hindari radikal bebas<br />Salah satu yang harus dihindari demi kulit yang sehat adalah paparan radikal bebas, mulai dari asap rokok, sampai polusi.<br /><br />Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan pembuluh darah mengerut sehingga kulit kekurangan oksigen. Lama kelamaan kulit akan lering dan pucat. Bahan kimia yang terkandung dalam rokok akan merusak serat kolagen dan elastin, yaitu protein vital yang menyangga kulit. Kunyah permen bebas gula atau minum air putih dan teh herbal tanpa gula, makan apel atau wortel sehingga dapat membantu membuang keinginan untuk merokok.<br /><br />Diet sehat<br />Buah dan sayuran segar sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit karena mengandung antioksidan dan vitamin A,C, dan E yang membantu menetralkan zat radikal bebas yang menyebabkan kerusakan kulit.<br /><br />Air putih<br />Minumlah minimal dua liter per hari agar dapat membantu membuang zat toksin keluar dari tubuh sehingga kulit tampak bercahaya. Kurang kafein, yaitu diuretik alami yang dapat membuat tubuh mengalami dehidrasi.<br /><br />Cukup tidur<br />Pembaruan sel-sel kulit terjadi pada malam hari. Ketika Anda tidur darah mengalirkan oksigen dan zat gizi ke kulit lebih efisien karena pada saat itu otot-otot dan sistem pencernaan sedang dalam keadaan istirahat.<br /><br />Olahraga teratur<br />Olahraga dapat meningkatkan aliran darah ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, olahraga juga dapat membantu meningkatkan produksi serat kolagen, yaitu protein yang diperlukan kulit agar kesehatannya tetap terjaga.<br /><br />Membersihkan kulit<br />Bersihkan kulit secara teratur, minimal dua kali sehari. Kotoran yang menempel pada kulit dapat menyebabkan kulit kelihatan kusam. Pilih produk perawatan kulit sesuai dengan jenis kulit. Cobalah untuk menghindari sabun yang terlalu kuat yang dapat menghilangkan kelembaban kulit. Jika perlu, tambahkan minyak khusus pada air mandi Anda dan gunakan pelembab yang cocok untuk kulit muka, leher, tangan dan tubuh setiap habis mandi. Sebaiknya pilih pelembab yang juga mengandung tabir surya. Pelembab dapat membantu agar lapisan atas kulit tak kehilangan kelembaban sehingga tampak lebih kenyal dan sehat. Namun ingat, pelembab tak dapat menggantikan kolagen. Oleskan pelembab saat kulit masih lembab dan hangat.<br /><br />Berpikir positif<br />berpikirlah fleksibel, selalu terbuka terhadap berbagai ide dan bereksplorasi untuk belajar hal-hal baru. Saat stres melanda, belajarlah untuk mengatasinya. Jangan lupa pula untuk selalu bersyukur dan bersenang hati. Jangan sampai Anda hanya tertawa sekali sehari! Selamat mencoba<br /><br />Diposkan oleh bagusbasuki di 08:28<br />Label: Kesehatan Kulit<br />0 komentar:<br /><br />Poskan Komentar<br />Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda<br />Langgan: Poskan Komentar (Atom)<br /><br /> * http://www.travian.co.id<br /> * http://www.travian.com.my<br /> * http://www.travian.com<br /> * http://www.friendster.com<br /> * http://www.facebook.com<br /><br />blog<br /><br /> * http://brown13zt.blogspot.com<br /><br />Arsip Blog<br /><br /> * ▼ 2008 (9)<br /> o ▼ Juni (9)<br /> + Teh Cegah Gigi Berlubang<br /> + MAKANAN UNTUK PERLINDUNGAN MATA<br /> + teknik bercinta ala sun ji(china)<br /> + Kesehatan Kulit<br /> + Tip melawan depresi tanpa obat antidepresan<br /> + Kjeldahl Standard Operating Procedure<br /> + Kimia Anorganik - Unsur Au<br /> + Metode Elektro Analisis<br /> + wisata kuliner<br /><br />Mengenai Saya<br />Foto Saya<br /><br />bagusbasuki<br /><br />Lihat profil lengkapkuUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-23591942865485604382010-04-17T06:11:00.001-07:002010-04-17T06:11:23.691-07:00Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-19512192106604047432010-04-17T06:05:00.001-07:002010-04-17T06:05:39.318-07:00skip to main | skip to sidebar<br />CHEMISTRY<br /><br />Bagi analyst pemula mungkin bisa sedikit membantu... ^_^<br /> <br />Minggu, 12 Juli 2009<br />Kimia Analitik<br />Pengertian dan Penggolongan Kimia Analitik<br /><br /><br />Kimia analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan dengan apa yang terdapat dalam sampel sedangkan analisis kuantitatif berhubungan dengan berapa banyaknya zat dalam sampel. Untuk analisis kuantitatif, tipe analisis dapat dikelompokkan berdasarkan sifat informasi yang dicari, ukuran sampel dan proporsi konstituen yang ditetapkan.<br /><br />Ruang Lingkup Kimia Analitik<br /><br />Untuk melakukan suatu analisis kimia, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain keterangan yang ada waktu yang dan biaya yang tersedia. Penerapan Kimia Analitik cukup luas artinya tidak hanya berperan dalam bidang kimia saja tetapi dapat juga diterapkan pada bidang-bidang lain maupun masyarakat.<br /><br />Konsentrasi Larutan<br /><br />Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih, terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Kepekatan suatu larutan secara kuantitatif dinyatakan dengan konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan sebagai molaritas, formalitas, normalitas persen komposisi maupun ppm. Bila massa zat terlarut dan volume larutan diketahui maka konsentrasi dapat dihitung demikian pula sebaliknya.<br /><br />PERALATAN DAN METODE ANALISIS KIMIA<br /><br />Alat-Alat Kimia Analisis dan Cara Penggunaannya<br /><br />Alat-alat analisis kimia yaitu alat-alat yang sering digunakan dalam pekerjaan analisis kimia; seperti: pipet volumetri, labu takar, buret, labu erlenmeyer, neraca analitik ataupun neraca listrik/neraca digital, cawan krus, pembakar bunsen. Adapun alat-alat kimia yang lainnya sebagai pendukung pekerjaan analisis yaitu gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, tabung reaksi, pipet, corong, maupun batang pengaduk. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam analisis kimia diperlukan cara-cara yang khusus dalam pemakaian dan pemeliharaannya. Alat-alat analisis kimia umumnya digunakan dalam pekerjaan titrasi, gravimetri, maupun analisis secara instrumentasi. Adapun untuk pekerjaan analisis kuantitatif anorganik yang perlu ketelitian lebih besar maka sebelum pemakaian alat-alat volumentri yang terbuat dari gelas sebaiknya dilakukan dahulu kalibrasi alat.<br /><br />Ketelitian Pengukuran, Kalibrasi Alat, dan Metode Analisis<br /><br />Ketelitian pengukuran merupakan cara pembacaan skala yang tepat pada alat ukur volumetri (labu takar, pipet gondok, ataupun buret) memperhatikan angka signifikan, toleransi pembacaan skala, dan ketelitian standar dari alat. Pembacaan skala pada alat ukur volumetri (buret, pipet gondok, labu takar, labu ukur) harus benar-benar diperhatikan, dalam hal melihat skala, kedudukan badan, jenis alat maupun jenis larutan, dengan memperhatikan angka signifikan, toleransi pembacaan skala, dan sifat ketelitian alat. Kalibrasi dilakukan agar hasil pengukuran selalu sesuai dengan alat ukur standar/alat ukur yang sudah ditera.<br /><br />Metode Analisis<br /><br />Metode analisis kuantitatif anorganik merupakan salah satu metode analisis kimia yang menitikberatkan pada cara yang digunakan pada waktu pengukuran suatu sampel. Metode analisis kuantitatif anorganik meliputi: 1) metode yang memperhatikan penampilan reaksi kimia yang berlangsung, termasuk dalam metode ini adalah cara titrasi konvensional dan gravimetri, 2) metode yang memperhatikan sifat kelistrikan (arus, potensial, ataupun hambatan listrik). Termasuk dalam metode ini adalah cara titrasi konduktometri dan titrasi potensiometri; 3) metode yang memperhatikan sifat optik. Termasuk dalam kategori ini yaitu pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan spektrofotometer UV (ultra violet) ataupun spektrofotometer VIS (visible)/sinar tampak.<br /><br />TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PEKERJAAN ANALISIS KIMIA<br /><br />Tahapan-Tahapan dalam Pekerjaan Analisis Kimia Kuantitatif<br /><br />Ada empat tahapan kerja yang harus dilakukan untuk analisis kimia kuantitatif, yaitu: sampling, pengubahan keadaan cuplikan menjadi bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pengukuran, pengukuran, dan perhitungan serta interpretasi data yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan.<br /><br />Analisis Data Hasil Analisis Kimia<br /><br />Kesalahan pengukuran untuk kepentingan analisis dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu: kesalahan sistematis, kesalahan acak, dan kesalahan merambat.<br /><br />Ketepatan suatu hasil pengukuran ialah besar atau kecilnya penyimpangan yang diberikan oleh hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai sebenarnya.<br /><br />Kecermatan dapat dinyatakan oleh besar-kecilnya simpangan baku (s) yang dapat diperoleh dengan jalan melakukan analisis berulang-ulang.<br /><br />Dasar Statistika untuk Pengolahan Hasil Analisis Kimia<br /><br />Mean atau rerata menggambarkan harga tengah dari sekumpulan data, sedangkan median menggambarkan nilai tengah dari sekumpulan data setelah data diurutkan dari nilai terkecil ke nilai terbesar atau sebaliknya. Mode menggambarkan frekuensi yang paling sering muncul dalam suatu kejadian. Simpangan baku dapat digunakan sebagai ukuran variabilitas hasil analisis, batas konfidensi didefinisikan sebagai sebuah interval sekitar rata-rata (X) yang mengandung rata-rata sesungguhnya. Pemilihan kriteria untuk menolak data yang dicurigai dapat dilakukan Uji Nilai Q.<br /><br />IDENTIFIKASI DAN PEMISAHAN KATION-ANION<br /><br />Pemeriksaan Kualitatif Anorganik Pendahuluan<br /><br />Analisis pendahuluan atau pemeriksaan pendahuluan, meliputi pemeriksaan pendahuluan dengan uji kering. Pemeriksaan pendahuluan dengan uji kering meliputi: uji rupa dan bentuk zat pada suhu kamar, uji warna zat pada keadaan panas dan dingin, uji zat dalam pipa pijar (gejala yang dapat dilihat adalah: perubahan warna, melumer, meyublim, keluarnya uap air, keluarnya gas), uji tes nyala, uji mutiara boraks, fosfat, dan natrium karbonat, uji reduksi arang kayu. Dengan uji pendahuluan maka akan diperoleh data sementara dari zat yang diperiksa, maka selanjutnya dilakukan identifikasi kation ataupun anion.<br /><br />Prinsip Titrasi Redoks<br /><br />Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).<br /><br />Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut:<br /><br />Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.<br /><br />Kurva Titrasi dan Penetapan Titik Akhir Titrasi Redoks<br /><br />Pada titrasi redoks, selama titrasi terjadi perubahan potensial sel. Harga ini sesuai dengan perhitungan menggunakan persamaan Nernst. Kurva titrasi redoks diperoleh dengan mengalurkan potensial sel sebagai ordinat dan volume titran sebagai absis. Untuk membuat kurva titrasi diperlukan data potensial awal, potensial setelah penambahan titran tapi belum titik ekivalen, potensial pada titik ekivalen dan potensial setelah titik ekivalen. Kurva titrasi antara lain berguna untuk menentukan indikator dimana indikator digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi redoks dapat ditetapkan dengan beberapa cara yaitu mengikuti titrasi secara potensiometri, titran bertindak sebagai indikator atau auto indikator, contoh: KMnO4, menggunakan indikator spesifik contoh: kanji, dan menggunakan indikator redoks contoh kompleks besi (II) 1,10-fenantrolin (feroin) dan difenilamin. Indikator redoks adalah zat warna yang dapat berubah warnanya bila direduksi atau dioksidasi. Setiap indikator redoks berubah warna pada trayek potensial tertentu. Indikator yang dipilih harus mempunyai perubahan potensial yang dekat dengan potensial titik ekivalen.<br /><br />TITRASI ARGENTOMETRI<br /><br />Macam-macam Titrasi Argentometri<br /><br />Metode Mohr, ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat. Metode Volhard menggunakan larutan standar ion tiosianat untuk mentitrasi ion perak: Ion besi(III) bertindak sebagai indikator yang menyebabkan larutan berwarna merah dengan sedikit kelebihan ion tiosianat. Metode Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.<br /><br />Penerapan Titrasi Argentometri<br /><br />Larutan standar perak dapat dibuat dengan 2 cara yaitu: cara 1 dengan melarutkan 10,787 g logam perak murni dalam asam nitrat pekat dan mengencerkannya dalam air hingga volumenya 1 L, larutan perak nitrat yang dibuat dengan cara ini tidak dapat digunakan untuk metoda Mohr karena larutan bersifat asam. Cara 2, dapat dilakukan dengan melarutkan 169,87 g perak nitrat murni (99,9 %) dalam 1 L air. Larutan perak nitrat yang dibuat dengan cara kedua ini dapat langsung digunakan sebagai standar primer tetapi cara keduanya jarang dilakukan karena perak nitrat murni terlalu mahal.<br /><br />Cara pembuatan larutan standar perak nitrat biasanya dilakukan dengan melarutkan sejumlah berat kristal perak nitrat teknis (katakan 169,87 g) dalam 1 L air. Kemudian menstandarkan larutan perak nitrat melalui titrasi argentometri dengan larutan standar primer NaCl. Larutan standar perak nitrat harus disimpan dibotol coklat karena perak nitrat dapat terurai oleh cahaya.<br /><br />Pembuatan larutan standar kalium tiosianat 0,1 M dapat dilakukan dengan menimbang 10,5 gram kalium tiosianat dan melarutkannya dalam air kemudian mengencerkannya hingga volume 1 L. Indikator adsorbsi di-iododimetilfluoresen, dan fluoresen dapat digunakan untuk penentuan campuran halida. Perbedaan kedua titrasi menyatakan konsentrasi ion klorida.<br /><br />TITRASI KOMPLEKSOMETRI<br /><br />Pembentukan Kompleks<br /><br />Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa atau ion kompleks. Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan ligan merupakan reaksi asam basa Lewis. Ligan ada yang monodentat dan polidentat. Ligan monodentat jarang digunakan untuk titrasi ion-ion logam. Contoh yang sering dibahas adalah titrasi sianida dengan ion perak.<br /><br />Diposkan oleh @r!eF di 20:31<br />0 komentar:<br /><br />Poskan Komentar<br /><br />Posting Lama Beranda<br />Langgan: Poskan Komentar (Atom)<br />Cari Blog Ini<br />Memuat...<br />My Arsip<br /><br /> * ▼ 2009 (2)<br /> o ▼ Juli (2)<br /> + Kimia Analitik<br /> + Teknik Analisis<br /><br />Mengenai Saya<br />Foto Saya<br /><br />@r!eF<br /> simpel, gw tu gk banyak omong, bahkan jarang sekali ngomong, gw cuma butuh reality(fact), gw dari dulu suka ma teknologi, cita-cita gw tu pengen punya robot sendiri, eh malah nyasarnya ke kimia, mungkin dah takdir kali ye.. gw sekarang lagi mengemban amanah yang cukup berat,gw dapet beasiswa n nantinya gw harus mengabdi dikmpung gw sebagai tenaga penyuluh, kayaknya kontras banget dengan sifat gw yang pendiam, tapi gw bakal berusaha doain gw ya.... sekarang dah semester 2, ada 2 tahun lagi kesempatan untuk merubahnya.. dalam hidup ini gw punya prinsip "jangan pernah cari musuh" makanya gw pangen punya banyak temen... peace LOve<br /><br />Lihat profil lengkapku<br />Tampilan slide<br />Loading...Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-21900221110014226512010-04-17T06:04:00.001-07:002010-04-17T06:04:49.669-07:00<div class="snap_noengage snap_noshots" style="position: absolute; visibility: hidden; top: 0px; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; left: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; z-index: 99999; width: 328px; height: 372px;" id="snap_com_shot_main"><img id="snap_com_shot_link_icon" class="snap_preview_icon" style="margin: 0pt ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; padding: 1px 0pt 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999; width: 14px; height: 12px; background-position: -1128px 0pt; background-repeat: no-repeat; text-decoration: none;" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 50px; height: 50px; overflow: hidden;" id="snap_com_shot_bg_div_tl"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_tl" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.png" /></div> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 0px; width: 50px; height: 50px; overflow: hidden;" id="snap_com_shot_bg_div_tr"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_tr" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.png" /></div> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; bottom: 1px; width: 50px; height: 50px; overflow: hidden;" id="snap_com_shot_bg_div_bl"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_bl" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.png" /></div> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 0px; bottom: 1px; width: 50px; height: 50px; overflow: hidden;" id="snap_com_shot_bg_div_br"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_br" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.png" /></div> <img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 50px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/bg/bg_lr.png"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 100px; height: 272px; background-repeat: repeat;" id="snap_com_shot_bg_img_l" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 50px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/bg/bg_lr.png"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 0px; width: 100px; height: 272px; background-repeat: repeat;" id="snap_com_shot_bg_img_r" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/bg/bg_tb.png"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 228px; height: 100px; background-repeat: repeat;" id="snap_com_shot_bg_img_t" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/bg/bg_tb.png"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; bottom: 1px; width: 228px; height: 100px; background-repeat: repeat;" id="snap_com_shot_bg_img_b" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <div id="snap_com_shot_bg_div_point" style="z-index: 100000; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 28px; height: 29px; overflow: hidden; bottom: -21px; right: auto;"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: -276px; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_bg_img_point" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.png" /></div> <img style="z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 200px; height: 5px; right: auto; bottom: 3px;" id="snap_com_shot_pointer0" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <img style="z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 164px; height: 5px; right: auto; bottom: -1px;" id="snap_com_shot_pointer1" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <img style="z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 128px; height: 5px; right: auto; bottom: -6px;" id="snap_com_shot_pointer2" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <img style="z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 92px; height: 5px; right: auto; bottom: -11px;" id="snap_com_shot_pointer3" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <img style="z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 56px; height: 5px; right: auto; bottom: -16px;" id="snap_com_shot_pointer4" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <img style="z-index: 100001; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 5px; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 20px; height: 5px; right: auto; bottom: -21px;" id="snap_com_shot_pointer5" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 1px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 322px; height: 364px;" id="snap_com_shot_bubble"> <img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 322px; height: 297px;" id="snap_com_shot_bubble_img" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 322px; height: 364px; text-align: left;" id="snap_com_shot_body"> <table id="snap_com_shot_drag_overlay" title="drag to move" style="display: none; z-index: 100008; cursor: move ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 322px; height: 20px;"><tbody><tr><td style="background-color: transparent; border: 0pt none;"> </td></tr></tbody></table> <div id="snap_com_shot_top_left_menu" style="z-index: 100009; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 1px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: hidden;"><img id="snap_com_shot_preview_toggle" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -319px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 25px; height: 18px; display: inline;" /><img id="snap_com_shot_rss_toggle" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -475px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 25px; height: 18px; display: inline;" align="top" /></div> <div id="snap_com_shot_top_right_menu" style="z-index: 100009; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 1px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; right: 1px;"><img id="snap_com_shot_share_button" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -807px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 50px; height: 17px; display: none;" align="top" /><img title="Snap Shots Options" alt="Snap Shots Options" id="snap_com_shot_option_button" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -421px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 27px; height: 18px; display: inline;" /><img title="Make this Shot larger" id="snap_com_shot_zoom_img" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -523px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 23px; height: 18px; display: inline;" align="top" /><img id="snap_com_shot_pin_close_img" title="Close" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -711px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 23px; height: 18px; display: none;" align="top" /></div> <div id="snap_com_shot_option_menu" style="z-index: 100009; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 1px solid rgb(139, 138, 138); font-style: normal; font-weight: normal; font-family: Trebuchet; float: none; position: absolute; left: auto; top: 18px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: white; visibility: hidden; right: 20px; font-size: 10px; color: rgb(51, 51, 51);"> <div title="Snap Shots Options" id="snap_com_shot_option_a" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt 5px; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; white-space: nowrap; height: 17px;">Options</div> <div id="snap_com_shot_disable_a" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt 5px; border-width: 1px 0pt 0pt; border-style: solid none none; border-color: rgb(192, 192, 192) -moz-use-text-color -moz-use-text-color; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; white-space: nowrap; height: 17px;">Disable</div> </div> <div id="snap_com_shot_search" style="margin: 0pt ! important; padding: 0pt ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: rgb(238, 238, 238); visibility: hidden; z-index: 99999; bottom: 31px; width: 320px; height: 104px;"> <div id="snap_com_shot_search_form" style="margin: 0pt ! important; padding: 0pt ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" action="#" method="GET" charset="UTF8" target="_blank"> <input id="snap_com_shot_box" name="snap_com_shot_box_name" autocomplete="off" style="visibility: inherit ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 5px 0pt 0pt 6px; border: 1px solid rgb(153, 153, 153); font-style: normal; font-weight: normal; top: 24px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); z-index: 99999; width: 232px; height: 20px; font-size: 12px; color: rgb(51, 51, 51); direction: ltr; display: none;" type="text"> <button style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt 0pt 0pt 5px; padding: 1px 2px 2px; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: 23px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 7px; background-position: -164px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 55px; height: 29px; cursor: pointer; font-size: 11px; color: rgb(68, 68, 68); text-align: center;" type="submit" name="snap_com_shot_submit" id="snap_com_shot_submit"></button> </div> </div> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999; bottom: 8px; height: 15px; direction: ltr;" id="snap_com_shot_promo"><a href="https://account.snap.com/signup.php?source=banglucky.wordpress.com&campaign=viral-foot" title="Sign Up and add Free Snap Shots to your site in less than 5 min!" style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border-width: 0pt 0pt 1px; border-style: none none dotted; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color rgb(116, 114, 116); font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; font-size: 11px; color: rgb(51, 51, 51); text-decoration: none;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_promo_a">Get Free Shots</a><img id="snap_com_shot_promo_icon" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" style="border-bottom: medium none ! important; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border-top: 0pt none; border-right: 0pt none; border-left: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -1128px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 14px; height: 12px; display: inline;" /></div> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 1px solid rgb(196, 196, 196); font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 0px; top: 20px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: rgb(255, 255, 255); visibility: inherit; z-index: 99999; width: 320px; height: 207px; overflow: hidden;" id="snap_com_shot_preview_div"> <div style="white-space: nowrap ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 6px; top: 5px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_url_wrapper"><a style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: white; visibility: inherit; z-index: 99999;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_url_favicon" href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/#"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -889px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 16px; height: 16px; display: inline;" id="snap_com_shot_favicon" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /></a> <a style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: bold; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: white; visibility: inherit; z-index: 99999; font-size: 13px; text-decoration: underline; color: rgb(0, 0, 238); text-align: left;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_url_a" href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/#"><span style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: bold; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; display: inline; font-size: 13px; text-align: left;" id="snap_com_shot_url"></span></a> <a style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: white; visibility: inherit; z-index: 99999;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_url_arrow" href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/#"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -1165px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 7px; height: 7px; display: inline;" id="snap_com_shot_arrow" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /></a></div> <a style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 1px solid rgb(153, 153, 153); font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: 23px; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: rgb(255, 255, 255); visibility: inherit; z-index: 99999; bottom: 12px; width: 270px; height: 161px; overflow: hidden;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_img_a" href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/#"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_preview_img" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /></a> <iframe style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: rgb(255, 255, 255); visibility: inherit; z-index: 99999; width: 320px; height: 207px;" name="snap_com_shot_preview" id="snap_com_shot_preview" src="about:blank" frameborder="no" scrolling="no"></iframe><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99989; display: none;" id="snap_com_shot_loading_img" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/size_305/loading.gif" /> </div> <img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; bottom: 6px;" id="snap_com_shot_cobrand_img" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver//logo_wordpress.gif" /> <table id="snap_com_shot_flash_overlay" title="Click to play" style="display: none; z-index: 100010; cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 50px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; width: 322px; height: 180px;"><tbody><tr><td> </td></tr></tbody></table> </div><div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 0px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; width: 322px;" id="snap_com_shot_options"> <iframe style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 20px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: rgb(255, 255, 255); visibility: inherit; z-index: 99999; width: 321px; height: 207px;" id="snap_com_shot_option_iframe" src="about:blank" width="265" frameborder="0" height="190" scrolling="no"></iframe> <div style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: 1px; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; right: 1px;" id="snap_com_shot_option_menu_bar"><img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -394px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 27px; height: 18px; display: inline;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_option_button_disabled" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /><img title="Close" alt="Close" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_option_close_a" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" style="cursor: pointer ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/theme/silver/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: inherit; z-index: 99999; background-position: -711px 0pt; background-repeat: no-repeat; width: 23px; height: 18px; font-size: 10px; color: rgb(133, 122, 122); text-decoration: none;" /></div> <input id="snap_com_shot_option_cancel" style="visibility: inherit; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 1px solid rgb(153, 153, 153); font-style: normal; font-weight: normal; top: 201px; line-height: normal; background: url("http://i.ixnp.com/images/btn-bkgd.gif") repeat scroll 0% 0% transparent; z-index: 99999; right: 54px; width: 50px; height: 21px; font-size: 11px; color: rgb(51, 51, 51); display: none;" name="snap_com_shot_option_cancel_name" value="Cancel" title="Close" type="button"> </div> <a style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999;" class="snap_nopreview" id="snap_com_shot_ribbon_a" href="http://www.snap.com/snapshots.php?source=banglucky.wordpress.com&campaign=charity-ribbon#shares"><img title="Portions of Snap Shares Ad Impressions on this site are donated to Charity" alt="Snap Shares for charity" style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: absolute; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999; right: 98px; bottom: 5px; width: 17px; height: 20px;" id="snap_com_shot_ribbon" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/ribbon.png" /></a> <img style="max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; margin: 0pt; padding: 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif"); background-color: transparent; visibility: hidden; z-index: 99999;" id="snap_com_shot_lg" src="http://i.ixnp.com/images/v6.27/t.gif" /> </div> </div> <div id="container"> <!-- header ................................. --> <div id="header"> <h1><a href="http://banglucky.wordpress.com/">Banglucky's Blog</a></h1> </div> <!-- /header --> <!-- navigation ................................. --> <div id="navigation"> <form action="http://banglucky.wordpress.com/" method="get"> <fieldset> <input value="" name="s" id="s"> <input value="Go!" id="searchbutton" name="searchbutton" type="submit"> </fieldset> </form> <ul><li><a href="http://banglucky.wordpress.com/">Home</a></li></ul> </div><!-- /navigation --> <hr class="low"> <!-- content ................................. --> <div id="content"> <div id="post-11" class="post-11 post hentry category-laporan-praktikum-kimia-anorganik entry single"> <h2><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/">GRAVIMETRI</a></h2> <p class="info"> <em class="date">Februari 10, 2010<!-- at 4:36 am--></em> <!--<em class="author">banglucky</em>--> </p> <div class="snap_preview"><p style="text-align: center;"><strong>LAPORAN PRAKTIKUM</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong>KIMIA ANALITIK I</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong> PERCOBAAN IV</strong></p> <p style="text-align: center;"><a title="lihat sumber" href="http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/04/gravimetri/" target="_blank"><strong>GRAVIMETRI</strong></a></p> <p><strong>NAMA : ANNISA SYABATINI</strong></p> <p><strong> NIM : J1B107032</strong></p> <p><strong> KELOMPOK : 6</strong></p> <p><strong> </strong><strong>ASISTEN : HANDAYANI</strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p style="text-align: center;"><strong>PROGRAM STUDI KIMIA</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong>FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong>UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong>BANJARBARU</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong>2008</strong><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>PERCOBAAN IV</strong></p> <p><strong>GRAVIMETRI</strong></p> <p><strong>I. TUJUAN PERCOBAAN</strong></p> <p>Tujuan percobaan praktikum ini adalah menentukan kadar klor dalam larutan sampel secara gravimetri dan untuk menentukan kadar air kristal suatu zat dengan cara gravimetri.</p> <p><strong>II. TINJAUAN PUSTAKA</strong></p> <p>Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsure atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsure atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetric memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu factor-faktor koreksi dapat digunakan (Khopkar,1990).</p> <p>Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya. Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua penomena yang berbeda. Sebagai contoh pada postpresipitasi , semakin lama waktunya maka kontaminasi bertambah, sedangkan pada kopresipitasisebaliknya. Kontaminasi bertambah akibat pengadukan larutan hanya pada postpresipitasi tetapi tidak pada kopresipitasi (Khopkar, 1990).</p> <p>Titrasi kompleksometri merupakan titrasi yang berdasarkan atas pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), misalnya</p> <p>Ag<sup>+</sup> + 2CN<sup>-</sup> Ag(CN)<sub>2</sub><sup>-</sup></p> <p>Disamping titrasi kompleks biasa seperti diatas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.</p> <p>Rumus struktur dari EDTA adalah sebagai berikut :</p> <p>HOOC – CH<sub>2</sub> CH<sub>3</sub>COOH</p> <p>N – CH<sub>2</sub> – CH<sub>2</sub> – N</p> <p>HOOC – CH<sub>2</sub> CH<sub>2</sub>COOH</p> <p>Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor electron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak (Vogel, 1990).</p> <p>Sebagian besar logam dalam larutan dapat ditentukan secara titrasi dengan larutan baku pereaksi pengompleks seperti misalnya etilen diamin tetra asetat atau EDTA. Reaksi dengan nikel secara stoikiometri adalah 1: 1 dan berlangsung secara kuantitatif pada pH 7. Pereaksi EDTA umum dipakai dalam bentuk garamnya yang mudah larut dalam air. Indikator yang digunakan adalah EBT atau murexide mampu menghasilkan kompleks berwarna dengan ion logam tetapi berubah warna apabila logam-logam terkomplekskan sempurna oleh EDTA pada titik akhir titrasi, karena indicator-indikator ini juga peka terhadap perubahan pH, larutan yang akan dititrasi harus dibuffer ( harjadi, 1993 ).</p> <p>Analisis gravimetri dapat berlangsung baik, jika persyaratan berikut dapat terpenuhi :</p> <p>1. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut.</p> <p>2. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan ( dengan penyaringan).</p> <p>3. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut (Vogel, 1990).</p> <p>Analisis kadar klor secara gravimetri didasarkan pada reaksi pengendapan, diikuti isolasi dan penimbangan endapan. Klor akan diendapkan oleh larutan perak nitrat (AgNO<sub>3</sub>) berlebih dalam suasana asam nitrat sebagai perak klorida.</p> <p>Reaksi yang terjadi adalah :</p> <p>Cl<sup>-</sup> + Ag<sup>+</sup> AgCl (putih)</p> <p>Endapan yang terjadi diisolasi dan dikeringkan pada suhu 130 – 150<sup>0</sup>C dan ditimbang sebagai AgCl. Kesalahan dalam gravimetric dibagi menjadi dua, yaitu :</p> <p>1. Endapan yang tidak sempurna dari ion yang diinginkan dalam cuplikan.</p> <p>2. Gagal memperoleh endapan murni dengan komposisi tertentu untuk penimbangan.</p> <p>Faktor–faktor penyebabnya adalah :</p> <p>1. Kopresipitasi dari ion-ion pengotor.</p> <p>2. Postpresipitasi zat yang agak larut.</p> <p>3. Kurang sempurna pencucian.</p> <p>4. Kurang sempurna pemijaran.</p> <p>5. Pemijaran berlebih sehingga sebagian endapan mengurai.</p> <p>6. Reduksi dari karbon pada kertas saring.</p> <p>7. Tidak sempurna pembakaran.</p> <p>8. Penyerapan air atau karbondioksida oleh endapan (Underwood, 1986).</p> <p><strong>III. ALAT DAN BAHAN</strong></p> <h2>A. Alat</h2> <p>Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, statif, buret, sudip, botol semprot, erlenmeyer 250 ml, corong, gelas beker 200 ml, labu ukur 100 ml, krus porselin, eksikator, oven, dan pipet tetes.</p> <p><strong>B. </strong><strong>Bahan</strong></p> <p>Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah padatan klorida, larutan AgNO<sub>3 </sub>0,1 N, HNO<sub>3</sub> 6 N, HNO<sub>3</sub> 0,04 N, HCl 0,1 N, dan akuades.</p> <p><strong>IV. </strong><strong>PROSEDUR KERJA</strong></p> <p><strong>A. </strong><strong>Proses pengendapan klor dengan larutan AgNO<sub>3</sub> 0,1 N</strong></p> <p>1. Ditimbang dengan teliti 0,120 gram padatan klorida</p> <p>2. Dimasukkan ke dalam beker gelas 200 ml,dan dilarutkan ke dalam 100 ml akuades, diaduk.</p> <p>3. Ditambahkan setetes demi setetes AgNO<sub>3</sub> 0,1 N (lewat buret, sambil mengaduk) sampai larutan AgNO<sub>3</sub> tidak menghasilkan endapan.</p> <p>4. Dipanaskan larutan sambil mengaduk ±5 menit.</p> <p>5. Didiamkan pada suhu tersebut selama 2–3 menit sampai terjadi pemisahan endapan dan larutan jernih.</p> <p>6. Ditambahkan 2–3 tetes AgNO<sub>3</sub> 0,1 N, diperhatikan bila tidak terjadi endapan lagi.</p> <p>7. Disimpan ditempat yang gelap selama 20 menit.</p> <p><strong>B. Proses Isolasi dan pengeringan endapan</strong></p> <p>1. Digoyang krus porselin dalam oven 135º – 150º C selama 5 menit</p> <p>2. Didinginkan dalam eksikator ± 15 menit.</p> <p>3. Ditimbang berat krus porselin.</p> <p>4. Disaring endapan dengan kertas saring.</p> <p>5. Dicuci endapan dengan 10 ml HNO<sub>3 </sub> 0,04 N sebanyak 3 kali sampai bebas AgNO<sub>3</sub> (cek dengan HCl 0,1 N).</p> <p>6. Dimasukkan endapan yang diperoleh ke dalam krus yang telah diketahui beratnya.</p> <p>7. Dipanaskan krus porselin selama 15 menit didalam oven.</p> <p>8. Didinginkan dalam eksikator ± 20 menit, kemudian ditimbang beratnya.<strong> </strong></p> <p><strong>C. Penentuan Kadar Air Kristal</strong></p> <p>1. Dibersihkan krus dan dipanaskan ± 5 menit dalam oven.</p> <p>2. Didinginkan dalam eksikator 20 menit, kemudian ditimbang</p> <p>3 Dilakukan 4 dan 5 sekali lagi.</p> <p>4. Ditentukan kadar air (%) dan jumlah mol air (selisih penimbangan maksimum – 0,0002 gram).</p> <p><strong>V. </strong><strong>HASIL DAN PEMBAHASAN</strong></p> <p><strong> A. Hasil dan Perhitungan</strong></p> <p>1. Hasil</p> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="88%"> <tbody> <tr> <td valign="top" width="7%"><strong>No</strong></td> <td valign="top" width="64%"><strong>Langkah Percobaan</strong></td> <td valign="top" width="27%"><strong>Hasil Percobaan</strong></td> </tr> <tr> <td valign="top" width="7%"><em>1.</em> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em> </em></p> <p><em>2.</em></p></td> <td valign="top" width="64%"><em>Penentuan Kadar Klorida pada Sampel</em> <p>- Berat gelas arloji kosong<em> </em></p> <p>- Berat gelas arloji kosong + sampel</p> <p>- Berat sampel awal</p> <p>- Berat krus porselin kosong</p> <p>- Berat krus porselin rata-rata</p> <p>- Berat krus porselin + endapan + kertas saring</p> <p>- Berat krus porselin + kertas saring</p> <p>- Berat endapan konstan</p> <p><em>Penentuan Kadar Air Kristal</em></p> <p>- Massa sampel</p> <p>- Berat krus porselin kosong</p> <p>- Berat krus porselin kosong rata-rata</p> <p>- Berat krus porselin + endapan</p> <p>- Berat krus porselin + endapan (rata-rata)</p> <p>- Berat endapan konstan</p></td> <td valign="top" width="27%">m = 23,64 gram <p>m = 23,76 gram</p> <p>m = 0,12 gram</p> <p>m<sub>1</sub> = 32,19 gram</p> <p>m<sub>2</sub> = 32,18 gram</p> <p>m<sub>3</sub> = 32,19 gram</p> <p>m = 32,183 gram</p> <p>m = 33,05 gram</p> <p>m = 32,94 gram</p> <p>m = 0,11 gram</p> <p>m = 1,5 gram</p> <p>m<sub>1</sub> = 67,86 gram</p> <p>m<sub>2</sub> = 67,85 gram</p> <p>m = 67,855 gram</p> <p>m<sub>1</sub> = 69,20 gram</p> <p>m<sub>2</sub> = 69,21 gram</p> <p>m = 69,205 gram</p> <p>m = 1,35 gram</p></td> </tr> </tbody> </table> <p><strong> </strong></p> <p><strong>2. </strong><strong>Perhitungan</strong></p> <p><strong>A. </strong><strong>Penentuan Kadar Klorida dalam Sampel </strong></p> <p>Diketahui : Berat padatan klorida = 0,12 gram</p> <p>Berat krus porselin + kertas saring = 32,96 gram</p> <p>berat krus porselin + kertas saring + endapan (sesudah dipanaskan) = 33,05 gram</p> <p>Berat 2 buah kertas saring = 0,86 gram</p> <p>BA Cl = 35,5 g/mol</p> <p>BM AgCl = 143,37 g/mol</p> <p>Ditanya : % kadar klor dalam larutan sampel = ………….?</p> <p>Jawab :</p> <p>Berat endapan AgCl = (berat krus porselin + kertas saring + endapan) gram – (berat krus porselin + kertas saring) gram</p> <p>= 33,05 gram – 33,043 gram</p> <p>= 0,007 gram</p> <p>Berat Cl =</p> <p>=</p> <p>= 1,733.10<sup>-3</sup> gram</p> <p>% kadar Cl =</p> <p>=</p> <p>= 1,44 %</p> <p><strong>B. Penentuan kadar air kristal</strong></p> <p>Diketahui : Berat krus porselin = 67,855 gram</p> <p>Berat krus porselin + endapan = 69,205</p> <p>berat sampel = 1,5 gram</p> <p>Ditanya : % kadar air kristal = …………..?</p> <p>Jawab :</p> <p>Berat air kristal = (berat krus porselin + sampel) – berat krus</p> <p>= 69,205 gram – 67,855 gram</p> <p>= 1,35 gram</p> <p>% kadar air kristal =</p> <p>=</p> <p>= 90 %<em> </em></p> <p><strong>B. Pembahasan </strong></p> <p><strong>1. Penentuan Kadar Klorida dalam Sampel</strong></p> <p><strong>a. Proses pengendapan klor dengan larutan AgNO<sub>3</sub></strong></p> <p>Pada percobaan ini dibuat larutan klorida dimana dibutuhkan 0,12 gram padatan klorida yang dilarutkan ke dalam 100 mL akuades. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan 1 mL HNO<sub>3</sub> 5 N dan AgNO<sub>3</sub> setetes demi setetes sampai tetesan AgNO<sub>3</sub> tidak menghasilkan endapan. Dengan adanya penambahan HNO<sub>3</sub> dan AgNO<sub>3</sub> yang berasal dari ion yang sama yakni NO<sub>3</sub><sup>-</sup> maka hal ini akan memberikan efek padatan klorida yang ada di dalam larutan akuades yaitu akan mengurangi kelarutan padatan klorida. AgCl akan mengendap yang hasilnya pada larutan terbentuk AgCl berwarna putih dengan reaksi sebagai berikut :</p> <p>Cl<sup>-</sup> + Ag<sup>+</sup> AgCl (putih)</p> <p>NaCl + AgNO<sub>3 </sub>AgCl + NaNO<sub>3</sub></p> <p>Larutan selanjutnya dipanaskan, kemudian ditambahkan AgNO<sub>3</sub>, penambahan dihentikan jika larutan tidak membentuk endapan lagi. Larutan yang tidak benar-benar jenuh ini didiamkan ditempat yang gelap, hal ini dilakukan karena perak klorida peka terhadap cahaya dimana pada reaksinya terjadi penguraian menjadi perak klor, dengan perak tetap terdispersi sebagai koloid dalam perak klorida tersebut.</p> <p><strong>b. </strong><strong>Proses isolasi dan pengeringan endapan</strong></p> <p>Pada tahap ini endapan dari hasil percobaan yang sebelumnya disaring, kemudian dicuci dengan HNO<sub>3</sub> dan AgNO<sub>3</sub> (dicek dengan HCl 0,1N) dengan tujuan agar endapan tidak tersisa serta larutan induk dan zat pengotor yang terlarut pada endapan dapat dihilangkan. Endapan yang dihasilkan dari percobaan sebelumnya, di masukkan ke dalam oven pada suhu 130-150<sup>o</sup>C dengan tujuan untuk menhilangkan air yang dikandung sehingga didapatkan endapan klor murni dan endapan tidak lagi menempel pada kertas saring. Air dapat tertahan dalam suatu partikel selama pembentukan kristal dan air yang telah tertahan dapat dihilangkan pada temperatur tinggi yaitu dengan cara menguapkannya. Dari hasil perhitungan didapatkan banyaknya klor dalam campuran sebanyak 1,733.10<sup>-3</sup> gram dan kadar klornya adalah 1,44 %.</p> <p><strong>2. </strong><strong>Penentuan kadar air kristal</strong></p> <p>Kadar air kristal dapat ditentukan dengan menggunakan kristal CuSO<sub>4</sub>.5H<sub>2</sub>O<sub> </sub>sebanyak 1,5 gram. Krus yang digunakan telah melalui proses pemanasan dan didinginkan hingga beratnya konstan. Hal tersebut dilakukan agar dapat dipastikan bahwa krus telah bebas dari zat pengotor. Krus yang berisi yang berisi sampel ditimbang dan didinginkan kembali hingga berat yang diperoleh sebesar 69,205 maka dari perhitungan diperoleh kadar kristal adalah 90%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar air kristal sangat tinggi ini terjadi karena proses pemanasan yang kurang lama sehingga masih banyak mengandung air di dalamnya.</p> <p><strong> </strong><strong> </strong></p> <p><strong>VI. KESIMPULAN</strong></p> <p>Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :</p> <p>1. Kadar klor dalam larutan sampel yang ditentukan secara gravimetri adalah sebesar 1,44 %.</p> <p>2. Kadar air kristal suatu zat yang ditentukan secara gravimetri pada sampel adalah 90%.</p> <p>3. Tujuan pemanasan pada percobaan adalah untuk menghilangkan air dari endapan sedangkan pengadukan agar AgCl dapat menyebar ke seluruh larutan.</p> <p>4. Pemanasan dan pengadukan yanh berlebihan akan menyebabkan endapan AgCl mengambang di atas larutan tidak mengendap di atas.</p> <p>5. Tujuan dari pencucian endapan adalah agar larutan induk dan zat pengotor yang melarut pada endapan dapat dihilangkan.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></p> <p>Day, R. A. Dan Underwood, A. L. 1999. <em>Analisis Kimia Kuantitatif</em>. Erlangga. Jakarta.</p> <p>Harjadi, W. 1993. <em>Ilmu Kimia Analitik Dasar</em>. PT Gramedia. Jakarta.</p> <p>Khopkar. 2002. <em>Konsep Dasar Kimia Analitik</em>. UI Press. Jakarta.</p> <p>Vogel, A.I. 1994. <em>Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4</em>. EGC. Jakarta</p> </div> <p id="filedunder">Entry Filed under: <a href="http://id.wordpress.com/tag/laporan-praktikum-kimia-anorganik/" title="Lihat seluruh tulisan dalam laporan praktikum kimia anorganik" rel="category tag">laporan praktikum kimia anorganik</a>. .</p> </div> <!-- comments ................................. --> <div id="comments"> <h2>1 Comment <a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/#commentform" class="more">Add your own</a></h2> <ul class="commentlist snap_preview"><li id="comment-3" class="comment even thread-even depth-1"> <div id="div-comment-3"> <div class="comment-author vcard"> <p class="header"><strong>1.</strong> <img alt="" src="http://1.gravatar.com/avatar/391da7fe70c5e079155facf7dd7fe66a?s=23&d=identicon&r=G" class="avatar avatar-23" width="23" height="23" /> <span class="fn">talita anjani</span> | Februari 11, 2010 at 1:02 am</p></div> <p>wah ini baru namanya laporan kimia anorganik, thx ya mas ganteng.. <img src="http://s.wordpress.com/wp-includes/images/smilies/icon_wink.gif" alt=";-)" class="wp-smiley" /> </p> <span class="reply"> <a rel="nofollow" class="comment-reply-link" href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/?replytocom=3#respond" onclick="'return">Balas</a> </span> </div> </li></ul> <div class="navigation"> </div> <div id="respond"> <h2>Leave a Comment</h2> <div id="cancel-comment-reply"><small><a rel="nofollow" id="cancel-comment-reply-link" href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/#respond" style="display: none;">Klik di sini untuk membatalkan balasan.</a></small></div> <form action="http://banglucky.wordpress.com/wp-comments-post.php" method="post" id="commentform"> <fieldset> <p><label for="author">Name</label> <input name="author" id="author" value="" tabindex="1" type="text"> <em>Required</em></p> <p><label for="email">Email</label> <input name="email" id="email" value="" tabindex="2" type="text"> <em>Required, hidden</em></p> <p><label for="url">Url</label> <input name="url" id="url" value="" tabindex="3" type="text"></p> <p><label for="comment">Comment</label> <textarea name="comment" id="comment" cols="45" rows="10" tabindex="4"></textarea></p> <p><input name="comment_post_ID" value="11" id="comment_post_ID" type="hidden"> <input name="comment_parent" id="comment_parent" value="0" type="hidden"> <input name="submit" value="Submit" class="button" tabindex="5" type="submit"></p> </fieldset> <input name="genseq" value="1271509396" type="hidden"> <p><input name="subscribe" id="subscribe" value="subscribe" style="width: auto;" tabindex="6" type="checkbox"><label class="subscribe-label" id="subscribe-label" for="subscribe">Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel.</label></p><p><input name="subscribe_blog" id="subscribe_blog" value="subscribe" style="width: auto;" tabindex="7" type="checkbox"><label class="subscribe-label" id="subscribe-blog-label" for="subscribe_blog">Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.</label></p><input name="sub-type" value="comment-form-commentfirst" type="hidden"> </form> <p><strong>Some HTML allowed:</strong>
<br /><a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong> </p> </div> <p><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/trackback/">Trackback this post</a> | <a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/feed/">Subscribe to the comments via RSS Feed</a></p> </div> <!-- /comments --> </div> <!-- /content --> <hr class="low"> <!-- subcontent ................................. --> <div id="subcontent"> <h2><em>pencarian</em></h2><form role="search" method="get" id="searchform" action="http://banglucky.wordpress.com/"> <div><label class="screen-reader-text" for="s">Pencarian untuk:</label> <input value="" name="s" id="s" type="text"> <input id="searchsubmit" value="Cari" type="submit"> </div> </form> <h2><em>kalender</em></h2><div id="calendar_wrap"><table id="wp-calendar"> <caption>Februari 2010</caption> <thead> <tr> <th scope="col" title="Senin">S</th> <th scope="col" title="Selasa">S</th> <th scope="col" title="Rabu">R</th> <th scope="col" title="Kamis">K</th> <th scope="col" title="Jumat">J</th> <th scope="col" title="Sabtu">S</th> <th scope="col" title="Minggu">M</th> </tr> </thead> <tfoot> <tr> <td colspan="3" id="prev" class="pad"> </td> <td class="pad"> </td> <td colspan="3" id="next" class="pad"> </td> </tr> </tfoot> <tbody> <tr><td>1</td><td>2</td><td>3</td><td>4</td><td>5</td><td>6</td><td>7</td> </tr> <tr> <td>8</td><td>9</td><td><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/" title="IODOMETRI DAN IODIMETRI, PERMANGANOMETRI, GRAVIMETRI, KINETIKA KIMIA">10</a></td><td><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/11/" title="AGAR FILE OFFICE 2007 BISA DI BUKA DI OFFICE 2003">11</a></td><td><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/12/" title="ASAL USUL VALENTIE DAY, GOOGLE CHROME">12</a></td><td><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/13/" title="THEME SONG IKLAN MIZONE">13</a></td><td>14</td> </tr> <tr> <td>15</td><td>16</td><td>17</td><td>18</td><td>19</td><td>20</td><td>21</td> </tr> <tr> <td>22</td><td>23</td><td>24</td><td>25</td><td>26</td><td>27</td><td>28</td> </tr> </tbody> </table></div> <h2><em>komentar sebelumnya</em></h2> <table class="recentcommentsavatar" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody><tr><td title="talita anjani" class="recentcommentsavatartop" style="height: 48px; width: 48px;"><img alt="" src="http://1.gravatar.com/avatar/391da7fe70c5e079155facf7dd7fe66a?s=48&d=identicon&r=G" class="avatar avatar-48" width="48" height="48" /></td><td class="recentcommentstexttop">talita anjani on <a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/11/#comment-3">GRAVIMETRI</a></td></tr><tr><td title="talita anjani" class="recentcommentsavatarend" style="height: 48px; width: 48px;"><img alt="" src="http://1.gravatar.com/avatar/391da7fe70c5e079155facf7dd7fe66a?s=48&d=identicon&r=G" class="avatar avatar-48" width="48" height="48" /></td><td class="recentcommentstextend">talita anjani on <a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/11/agar-file-office-2007-bisa-di-buka-di-office-2003/#comment-2">AGAR FILE OFFICE 2007 BISA DI …</a></td></tr></tbody></table> <h2><em>its me</em></h2> <div style="overflow: hidden;"><a href="http://www.facebook.com/?ref=home#%21/profile.php?ref=profile&id=1615912975"><img src="http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs139.snc3/18656_1268168677086_1615912975_701692_2595644_s.jpg" class="aligncenter" width="97" height="130" /></a></div> <h2><em>yang ad di blog neh</em></h2> <ul><li class="cat-item cat-item-4036494"><a href="http://banglucky.wordpress.com/category/gratis-download/" title="Lihat seluruh tulisan dalam GRATIS DOWNLOAD">GRATIS DOWNLOAD</a> </li><li class="cat-item cat-item-30494284"><a href="http://banglucky.wordpress.com/category/laporan-praktikum-kimia-anorganik/" title="Lihat seluruh tulisan dalam laporan praktikum kimia anorganik">laporan praktikum kimia anorganik</a> </li><li class="cat-item cat-item-18"><a href="http://banglucky.wordpress.com/category/music/" title="Lihat seluruh tulisan dalam MUSIC">MUSIC</a> <ul class="children"><li class="cat-item cat-item-31468428"><a href="http://banglucky.wordpress.com/category/music/theme-song-iklan-iklan/" title="Lihat seluruh tulisan dalam THEME SONG IKLAN-IKLAN">THEME SONG IKLAN-IKLAN</a> </li></ul> </li><li class="cat-item cat-item-2916"><a href="http://banglucky.wordpress.com/category/umum/" title="Lihat seluruh tulisan dalam UMUM">UMUM</a> </li></ul> <h2><em>postingan seblelumnya</em></h2> <ul class="posts"><li><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/13/theme-song-iklan-mizone/">THEME SONG IKLAN MIZONE</a></li><li><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/12/google-chrome/">GOOGLE CHROME</a></li><li><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/12/asal-usul-valentie-day/">ASAL USUL VALENTIE DAY</a></li><li><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/11/agar-file-office-2007-bisa-di-buka-di-office-2003/">AGAR FILE OFFICE 2007 BISA DI BUKA DI OFFICE 2003</a></li><li><a href="http://banglucky.wordpress.com/2010/02/10/13/">KINETIKA KIMIA</a></li></ul> <h2><em><a href="http://twitter.com/lucky_arjuna">my twitter</a></em></h2><ul class="tweets"><li>JANCOOK!!! w mangkel banget...celoteh bang lucky<a href="http://twitter.com/lucky_arjuna/statuses/9671016427" class="timesince">1 month ago</a></li><li>what spesial from val day,, it was just soso i thinkceloteh bang lucky<a href="http://twitter.com/lucky_arjuna/statuses/8996393347" class="timesince">2 months ago</a></li><li>fasting 4 healty,, healty 4 life, healty 4 heart,celoteh bang lucky<a href="http://twitter.com/lucky_arjuna/statuses/8611896828" class="timesince">2 months ago</a></li></ul> </div> <!-- /subcontent --> <hr class="low"> <!-- footer ................................. --> <div id="footer"> <p>Theme: Blix by <a href="http://www.kingcosmonaut.de/" rel="designer">Sebastian Schmieg</a> . <a href="http://id.wordpress.com/" rel="generator">Blog pada WordPress.com</a>.</p> <script type="text/javascript" src="http://wordpresscom.skimlinks.com/api/wordpress.js"></script> <script type="text/javascript"> var skimlinks_pub_id = "725X1342"; var skimlinks_sitename = "banglucky.wordpress.com"; var skimlinks_domain = "go2.wordpress.com"; skimlinks(); </script><script type="text/javascript">_qacct='p-18-mFEk4J448M';_qoptions={labels:'adt.0,language.id'};</script> <script type="text/javascript" src="http://secure.quantserve.com/quant.js"></script> <noscript><p><img class="robots-nocontent" src="//secure.quantserve.com/pixel/p-18-mFEk4J448M.gif?labels=adt.0%2Clanguage.id" style="display:none" height="1" width="1" alt="" /></p></noscript> <script src="http://s.stats.wordpress.com/w.js?19" type="text/javascript"></script> <script type="text/javascript"> st_go({'blog':'11951499','v':'wpcom','user_id':'0','post':'11','subd':'banglucky'}); ex_go({'crypt':'RDZ8LFkxbXF1L1Y3cHdkNVg2aGs9ZjMmJl8udXVQN3NMaTB5djkuazlaPTNCLkttUUNZcnFsVGtoNnVwR1NLYmgvZmRqbXlGcmRyWDNsTVJwb0FMeUsyV1tTc1dqWnRCVS1XL0ssW0o2bW89Qk5FQls/Y1c1YT9Da0J5WXc3Yi9oZGVUT2I1Vms2NXYvU1Z2dFBUbUx3QTdnK2k1bHI/b3BPUDlYSFJkLGcxeHpiXUJCRzB6PVcrbWhNRj9NRnI5UGNLLG9RRHFUbnMzeUZZcUtrYVF4TVE/fjk9WC1U'}); addLoadEvent(function(){linktracker_init('11951499',11);}); </script><img id="wpstats" src="http://stats.wordpress.com/g.gif?host=banglucky.wordpress.com&rand=0.6311137364470915&blog=11951499&v=wpcom&user_id=0&post=11&subd=banglucky&ref=http%3A//www.google.co.id/search%3Fhl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26tbo%3Dp%26rls%3Dorg.mozilla%253Aen-US%253Aofficial%26tbs%3Dblg%253A1%26q%3Danalitik+gravimetri%26meta%3D%26aq%3Df%26aqi%3D%26aql%3D%26oq%3D%26gs_rfai%3D" alt="" /><img id="wpstats2" src="http://stats.wordpress.com/g.gif?v=wpcom2&rand=0.3058739419886022&crypt=RDZ8LFkxbXF1L1Y3cHdkNVg2aGs9ZjMmJl8udXVQN3NMaTB5djkuazlaPTNCLkttUUNZcnFsVGtoNnVwR1NLYmgvZmRqbXlGcmRyWDNsTVJwb0FMeUsyV1tTc1dqWnRCVS1XL0ssW0o2bW89Qk5FQls/Y1c1YT9Da0J5WXc3Yi9oZGVUT2I1Vms2NXYvU1Z2dFBUbUx3QTdnK2k1bHI/b3BPUDlYSFJkLGcxeHpiXUJCRzB6PVcrbWhNRj9NRnI5UGNLLG9RRHFUbnMzeUZZcUtrYVF4TVE/fjk9WC1U" alt="" style="display: none;" /> </div> <!-- /footer --> </div> <!-- /container --> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-69916137962895648922010-04-17T05:45:00.001-07:002010-04-17T05:45:30.103-07:00<div class="navbar section" id="navbar"><div class="widget Navbar" id="Navbar1"><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener("load", function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <iframe src="navbar.g?targetBlogID=1739868622701729143&blogName=Bagus-Rahmat&publishMode=PUBLISH_MODE_BLOGSPOT&navbarType=BLUE&layoutType=LAYOUTS&searchRoot=http%3A%2F%2Fbagus-rahmat.blogspot.com%2Fsearch&blogLocale=in&homepageUrl=http%3A%2F%2Fbagus-rahmat.blogspot.com%2F" marginwidth="0" marginheight="0" id="navbar-iframe" allowtransparency="true" title="Blogger Navigation and Search" width="100%" frameborder="0" height="30px" scrolling="no"></iframe> </div></div> <div id="outer-wrapper"><div id="wrap2"> <!-- skip links for text browsers --> <span id="skiplinks" style="display: none;"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008_06_01_archive.html#main">skip to main </a> | <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008_06_01_archive.html#sidebar">skip to sidebar</a> </span> <div id="header-wrapper"> <div class="header section" id="header"><div class="widget Header" id="Header1"> <div id="header-inner"> <div class="titlewrapper"> <h1 class="title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/">Bagus-Rahmat</a> </h1> </div> <div class="descriptionwrapper"> <p class="description"><span>KIMIA UNESA</span></p> </div> </div> </div></div> </div> <div id="content-wrapper"> <div id="crosscol-wrapper" style="text-align: center;"> </div> <div id="main-wrapper"> <div class="main section" id="main"><div class="widget Blog" id="Blog1"> <div class="blog-posts hfeed"> <!-- google_ad_section_start(name=default) --> <div class="date-outer"> <h2 class="date-header"><span>Minggu, 08 Juni 2008</span></h2> <div class="date-posts"> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="293445057790405826"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teh-cegah-gigi-berlubang.html">Teh Cegah Gigi Berlubang</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> <p class="MsoNormal"><span style="">Teh Cegah Gigi Berlubang..!<br /><br />Oleh: Kompas<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="">Bicara soal kesehatan gigi tak pernah lepas dari senyawa fluoride. Senyawa ini memang berperan mencegah terjadinya gigi berlubang.<br />Salah satu bukti, sebelum PD II, sebagian besar anak berusia di bawah 12 tahun, di Australia mengalami gigi berlubang. Setelah fluoride diketahui mampu mencegah gigi berlubang dan digunakan dalam pasta gigi, jumlah anak penderita gigi berlubang berkurang secara drastis.<br /><br />Drg. Felix Aryadi Joelimar MD.SC, dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia mengungkapkan hal itu dalam diskusi kesehatan gigi masyarakat di Indonesia pada 25 September 2002, yang diselenggarakan "Triple Ace Corporation", produsen pasta gigi "Antiplaque". Disebutkan, pemakaian fluoride bisa dengan cara dimasukkan ke dalam air minum dengan takaran tertentu, pasta gigi, atau tepung. Tentu saja tak semuanya ekonomis. "Yang paling ekonomis adalah melalui pasta gigi atau air minum," jelasnya.<br /><br />Fluoride sebenarnya juga diperoleh dari bahan makanan yang kita konsumsi. Menurut drg. Felix pada dasarnya semua tanaman mengandung fluoride. Hanya saja kandungannya tidak sama. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:city> yang tinggi, ada pula yang rendah. Salah satu tanaman yang kaya fluoride adalah teh, terutama yang berasal dari pucuk teh berkualitas baik.<br /><br />Jadi, kita bisa mencegah gigi berlubang dengan fluoride dari berbagai sumber. Yang penting, jangan berlebihan, karena justru bisa bikin korosi gigi. Nah lo! (Gde)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=""><br /><br /><br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=""><o:p> </o:p></span></p> </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teh-cegah-gigi-berlubang.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-08T08:33:00-07:00">08:33</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=293445057790405826" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=293445057790405826" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/Teh%20Cegah%20Gigi%20Berlubang" rel="tag">Teh Cegah Gigi Berlubang</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="2542419741423400305"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/makanan-untuk-perlindungan-mata.html">MAKANAN UNTUK PERLINDUNGAN MATA</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 16pt;" lang="FI">MAKANAN UNTUK PERLINDUNGAN MATA<br /><br />Oleh: Mno<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 16pt;" lang="FI">Mata merupakan indera yang sangat kita butuhkan . Tanpa mata kita tidak dapat melakukan pekerjaan dan berbagai kegiatan secara maksimal.<br />Untuk itu upaya maksimal dalam menjaga mata perlu kiranya kita lakukan diantaranya adalah dengan mengkonsumsi berbagai makanan yang mengandung vitamin A.<br />Selama ini wortel terkenal sebagai sayuran berhasiat untuk melindungi penglihatan. Padahal dalam banyak studi memperlihatkan, bahwa untuk melindungi mata diperlukan berbagai jenis nutrient. Dikenal berbagai bahan makanan sebagai sumber vitamin A : Daun katuk., Wortel rebus, Andaliman, Lamtoro Gung, Tempe lamtoro Gung, Daun singkong rebus, Tepung ikan, Ikan belida, Telur, tepung teri, belut dan jagung.<br />Berikut contoh makanan/buah yang mengandung 3 nutrient utama untuk melindungi penglihatan :<br />1. Telur.<br />Kuning telur kaya lutein yaitu suatu zat anti oksidan yang dapat mengurangi resiko berkembangnya katarak. Sumber makanan lain yang juga kaya lutein antara lain brokoli, brussels sprout dan buah kiwi.<br />2. Jagung<br />Jagung mengandung berbagai macam, zat makanan diantaranya sumber terbaik dari zeaxanthin yaitu zat yang dapat membantu mencegah terjadinya age-related macular degeneration - masalah penglihatan yang terjadi berkaitan dengan usia menua yaitu kehilangan penglihatan pada orang-orang lanjut usia. Antioksidan ini juga ditemukan dalam buah jeruk.<br />3. Mangga<br />Mangga diketahui mengandung betakarotin yang oleh tubuh kita diubah menjadi vitamin A seperti yang dibutuhkan. Vitamin A membantu mencegah rabun senja. Paprika merah juga banyak mengandung karotenoid yang sehat. </span><span style="font-size: 16pt;">( Aura)<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 16pt;"><br /><br /><br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 16pt;"><o:p> </o:p></span></p> </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/makanan-untuk-perlindungan-mata.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-08T08:30:00-07:00">08:30</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=2542419741423400305" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=2542419741423400305" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/MAKANAN%20UNTUK%20PERLINDUNGAN%20MATA" rel="tag">MAKANAN UNTUK PERLINDUNGAN MATA</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="3858458648725430729"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html">teknik bercinta ala sun ji(china)</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt;">Dalam kitab Su Ni Jing tercatat beberapa unsur mengenai teknik sukses dalam bersenggama. Di antaranya: Persiapan pria: Sebelum melakukan berhubungan seks, seseorang pria melakukan serangkaian persiapan, beruapa ketenangan, kestabilan napas, serta mengumpulkan gairah dan kemampuan seks dan vitalitas. Jika perlu mengkonsumsi obat kuat, suplemen atau vitamin.<br /><br /><b style="">Persiapan wanita:</b> <st1:place st="on">Para</st1:place> wanita menyiapkan diri untuk bersenggama dengan cara mengolah tubuh dengan pola: persiapan mental, busana yang menggairahkan, melembutkan kulit, dan menyegarkan napas. </span><span style="font-size: 12pt;" lang="SV">Maka dengan demikian wanita akan sanggup melayani dan menikmati hubungan seks.<br /><br /><b style="">Konsentrasi:</b> Sewaktu sedang melakukan senggama harus terkonsentrasi ke sana. Pikiran harus santai dan terfokus bahwa Anda sedang bersama orang yang paling Anda cintai.<br /><br /><b style="">Inisiatif:</b> Dalam bersenggama maka masing-masing pasangan harus mengambil inisiatif untuk merangsang terlebih dahulu, dengan demikian maka akan tercipta suatu permulaan yang romantis. Pria atau pun wanita yang memulainya tidak ada masalahnya.<br /><br /><b style="">Setulus hati:</b> Pada saat bersenggama harus dengan setulus hati penuh rasa cinta dan gairah. Tanpa hati yang tulus meskipun seberapa cantik pasangan Anda, namun tetap tak akan membangkitkan gairah yang sempurna. <o:p></o:p></span></p> <div style=""> <table align="right" cellpadding="0" cellspacing="0" vspace="0" hspace="0"> <tbody><tr> <td style="padding: 0cm;" align="left" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if gte vml 1]><o:wrapblock><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;" allowincell="f"> <v:imagedata src="uploadmanual/sunijing2.jpg"> <w:wrap type="topAndBottom"> </v:shape><![endif]--><!--[if gte vml 1]></o:wrapblock><![endif]--><br /> <span style="font-size: 12pt;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt;" lang="SV"><br /><br /><b style="">Ruangan dan suasana:</b> Ruang dan suasana hendaknya diatur dengan penataan yang benar, ranjang yang bersih. Sirkulasi udara dalam ruang juga harus baik, jangan terlalu panas, lebih baik berhawa agak dingin. Jangan terlalu terang, dan berikan sedikit wewangian agar suasana lebih romantis. Ini memang bukanlah suatu keharusan, namun, merupakan hal yang perlu diperhatikan. Apabila Anda hendak sukses dalam bersenggama, ruangan yang demikian setidaknya dapat mempengaruhi gairah hingga 30%. Itulah sebabnya dalam cerita seks Tiongkok kuno, ranjang Kaisar selalu banyak persiapan pendahuluan sebelum hubungan seks dilakukan.<br /><br /></span><b style=""><span style="font-size: 12pt;" lang="IT">Pose bervariasi:</span></b><span style="font-size: 12pt;" lang="IT"> Catatan tentang seks dari kitab negeri tirai bambu sangat mempesona. Mereka menulis dalam hubungan seks dari berbagai pose dan variasi.<br /><br /><b style="">Maksimal:</b> Sewaktu melakukan hubungan seks jangan terburu nafsu. Usahakan pemanasan (<i style="">fore play</i>) yang lebih lama, agar dapat membawa pasangan Anda ke puncak kenikmatan. Karena bila pasangan Anda belum terangsang berat, vagina belum cukup terlumuri tapi penis segera dimasukkan, justru akan menyakitkan pasangan.<br /><br /><b style="">Orgasme:</b> Agar sukses dalam berhubungan seks, maka hendaknya berusaha menciptakan orgasme. Tunggu sejenak manakala pasangan belum siap. Setelah terlihat tanda pasangan siap, lakukan penetrasi secara penuh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt;" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p> </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-08T08:30:00-07:00">08:30</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=3858458648725430729" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=3858458648725430729" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/teknik%20bercinta%20ala%20sun%20ji%28china%29" rel="tag">teknik bercinta ala sun ji(china)</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="6213094765347252460"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kesehatan-kulit.html">Kesehatan Kulit</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> <p class="MsoNormal">Hampir semua organ tubuh akan terpengaruhi seiring bertambahnya umur. Ketika usia merambat ke angka 50 lebih, salah satu yang berubah dengan nyata adalah kulit. Elastisitas kulit yang berkurang, rambut pada kulit berubah memutih atau abu-abu, dan menipisnya rambut. Itulah tanda-tanda awal penuaan. Tentu saja, ini amat berpengaruh terhadap penampilan.<br /><br />Bagaimana kulit menua? Kolagen adalah protein yang bertanggung jawab untuk menjaga kulit agar tetap elastis dan kenyal. Secara alami, kolagen akan berkurang seiring pertambahan usia. Namun, pada mereka yang sering terkena sinar matahari, proses ini dipercepat karena sinar matahari merusak serat kolagen. Sinar ultraviolet dari matahari juga merusak lapisan atas kulit, yaitu tempat sel baru dibentuk. Akhirnya kulit akan semakin tipis. Selain itu, kulit juga akan keriput. Yang lebih dahulu mengalaminya adalah kulit tangan dan wajah. Kelenjar sebum, yang biasanya mengeluarkan senyawa lubrikan ke permukaan kulit, juga akan semakin tak aktif ketika orang menginjak usia senior. Akibatnya, kulit menjadi kering dan tampak bersisik.<br /><br />Berbagai hal ini, selain mempengaruhi penampilan, terkadang juga terasa mengganggu. Salah satunya berupa rasa gatal. Jika rasa gatal yang dirasakan terlalu berat, dokter akan merekomendasikan beberapa terapi yang tepat.<br /><br />Namun jangan khawatir ada cara untuk membuat penampilan Anda tetap tampak segar dan menyehatkan. <span style="" lang="SV">Coba simak tips berikut, dan nikmati masa usia emas dengan senang.<br /><br /><b style="">Hindari paparan sinar matahari</b><br />Lebih dari 90 persen kerusakan kulit disebabkan oleh sinar matahari. Sinar ultraviolet merupakan penyebab utama penuaan yang menimbulkan keriput dan tanda penuaan datang lebih dini. Sinar matahari juga dapat menyebabkan kerusakan serat elastin dan kolagen sehingga kulit kehilangan keelastisitasannya dan membentuk kantung. Sinar ultraviolet B dapat menyebabkan kanker kulit.<br /><br />Sebisa mungkin, hindari paparan sinar matahari secara langsung (terutama di atas pukul delapan pagi). Gunakan pakaian lengan panjang. Oleskan tabir surya dan hindari pergi pada siang hari.<br /><br /><b style="">Hindari radikal bebas</b><br />Salah satu yang harus dihindari demi kulit yang sehat adalah paparan radikal bebas, mulai dari asap rokok, sampai polusi.<br /><br />Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan pembuluh darah mengerut sehingga kulit kekurangan oksigen. Lama kelamaan kulit akan lering dan pucat. Bahan kimia yang terkandung dalam rokok akan merusak serat kolagen dan elastin, yaitu protein vital yang menyangga kulit. Kunyah permen bebas gula atau minum air putih dan teh herbal tanpa gula, makan apel atau wortel sehingga dapat membantu membuang keinginan untuk merokok.<br /><br /><b style="">Diet sehat</b><br />Buah dan sayuran segar sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit karena mengandung antioksidan dan vitamin A,C, dan E yang membantu menetralkan zat radikal bebas yang menyebabkan kerusakan kulit.<br /><br /><b style="">Air putih</b><br />Minumlah minimal dua liter per hari agar dapat membantu membuang zat toksin keluar dari tubuh sehingga kulit tampak bercahaya. Kurang kafein, yaitu diuretik alami yang dapat membuat tubuh mengalami dehidrasi.<br /><br /><b style="">Cukup tidur</b><br />Pembaruan sel-sel kulit terjadi pada malam hari. Ketika Anda tidur darah mengalirkan oksigen dan zat gizi ke kulit lebih efisien karena pada saat itu otot-otot dan sistem pencernaan sedang dalam keadaan istirahat.<br /><br /><b style="">Olahraga teratur</b><br />Olahraga dapat meningkatkan aliran darah ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, olahraga juga dapat membantu meningkatkan produksi serat kolagen, yaitu protein yang diperlukan kulit agar kesehatannya tetap terjaga.<br /><br /><b style="">Membersihkan kulit</b><br />Bersihkan kulit secara teratur, minimal dua kali sehari. Kotoran yang menempel pada kulit dapat menyebabkan kulit kelihatan kusam. Pilih produk perawatan kulit sesuai dengan jenis kulit. Cobalah untuk menghindari sabun yang terlalu kuat yang dapat menghilangkan kelembaban kulit. Jika perlu, tambahkan minyak khusus pada air mandi Anda dan gunakan pelembab yang cocok untuk kulit muka, leher, tangan dan tubuh setiap habis mandi. Sebaiknya pilih pelembab yang juga mengandung tabir surya. Pelembab dapat membantu agar lapisan atas kulit tak kehilangan kelembaban sehingga tampak lebih kenyal dan sehat. Namun ingat, pelembab tak dapat menggantikan kolagen. Oleskan pelembab saat kulit masih lembab dan hangat.<br /><br /><b style="">Berpikir positif</b><br />berpikirlah fleksibel, selalu terbuka terhadap berbagai ide dan bereksplorasi untuk belajar hal-hal baru. Saat stres melanda, belajarlah untuk mengatasinya. Jangan lupa pula untuk selalu bersyukur dan bersenang hati. </span>Jangan sampai Anda hanya tertawa sekali sehari! Selamat mencoba</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kesehatan-kulit.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-08T08:28:00-07:00">08:28</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=6213094765347252460" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=6213094765347252460" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/Kesehatan%20Kulit" rel="tag">Kesehatan Kulit</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="9015046100064525695"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/tip-melawan-depresi-tanpa-obat.html">Tip melawan depresi tanpa obat antidepresan</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> <p class="MsoNormal">Efek samping yang mungkin ditimbulkan obat antidepresan tentunya merugikan penderita depresi. Untuk itu ada cara lain menghilangkan depresi dengan terapi nonobat. Berikut beberapa terapi yang diambil dari berbagai sumber.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Berusaha untuk tetap bahagia. Lakukan hal-hal yang bisa membuat suasana hati Anda senang seperti memelihara binatang, liburan, pijat, relaksasi, atau apa saja yang membuat Anda bahagia.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;" lang="IT"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="IT">Terapi mental. Bicara pada diri sendiri dan menyusun kembali pikiran ke arah yang positif.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;" lang="IT"><span style="">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="IT">Olah raga ringan. Banyak riset mengungkapkan olah raga ringan seperti aerobik meghilangkan kecemasan, meningkatkan nafsu makan, hasrat seksual, dan rasa menghargai diri sendiri.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;" lang="IT"><span style="">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="IT">Psikoterapi. Konsultasikan masalah Anda dengan psikiater. Biasanya 4-5 bulan depresi bisa diatasi.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="IT">Perlunya grup pendukung. Depresi menyebabkan rasa terisolasi. Kelompok yang mendukung menunjukkan bahwa anda tidak sendiri. </span>Biasanya grup pendukung sangat menolong.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;" lang="FI"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Obat tradisional. Beberapa tanaman obat mempunyai efek antidepresan, yang paling bagus adalah tanaman <st1:city st="on"><st1:place st="on">St. John</st1:place></st1:city>, MAO (Monoamine Oksidase) inhibitor natural. <span style="" lang="FI">Selain itu, kava-kava, ginkgo, dan caffeine juga bisa membantu.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;" lang="FI"><span style="">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="FI">Diet suplemen. Beberapa kekurangan vitamin-B6, B12, C dan folic acid, Thiamin, Niacin, Riboflafin, Biotin, dan asam pantotenat-dapat mengakibatkan depresi.<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /> <!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;" lang="FI"><span style="">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="FI">Tusuk jarum. Organisasi Kesehatan Dunia mengenali akupuntur sebagai cukup efektif untuk depresi ringan sampai menengah.<br /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;" lang="FI"><span style="">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="FI">Musik. Seperti beberapa pengarang lagu telah menulis, musik dapat menyejukkan jiwa. Musik juga dapat meningkatkan rasa nyaman dan dapat membantu dalam perawatan depresi dan kecemasan.<br /> <!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="FI">Relaksasi. Relaksasi atau meditasi dapat membantu mengurangi rasa cemas yang timbul karena depresi. </span>(dhp)</p> </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/tip-melawan-depresi-tanpa-obat.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-08T08:25:00-07:00">08:25</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=9015046100064525695" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=9015046100064525695" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/Tip%20melawan%20depresi%20tanpa%20obat%20antidepresan" rel="tag">Tip melawan depresi tanpa obat antidepresan</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> </div></div> <div class="date-outer"> <h2 class="date-header"><span>Rabu, 04 Juni 2008</span></h2> <div class="date-posts"> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="6262791641646098283"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kjeldahl-standard-operating-procedure.html">Kjeldahl Standard Operating Procedure</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> Kjeldahl Standard Operating Procedure<br />Specific references to Labconco equipment are made in this SOP. As the SOP was not provided by Labconco, those references remain unchanged. The method may be adapted to other similar equipment without difficulty.<br />Background information for the Kjeldahl procedure.<br />Required Equipment<br />· Micro digestion apparatus. Labconco 25 place block digestor; 25 digestion tubes of 250 mL capacity.<br />·<br />· Appropriate ventilation system to rid noxious fumes of digestion. The system of choice is a high capacity water vacuum aspirator.<br />·<br />· Analytical balance; accurate to 0.0001 g.<br />· <br />· Distillation system. Labconco Rapid Still II; capable of addition of 50% NaOH to neutralize digestate and production of 100 mL distillate in approximately 8 minutes.<br />·<br />· Appropriate safety equipment including: cotton lab coat; safety glasses or goggles; appropriate device for handling hot (> 100 degrees C) digestion tubes ( large flask tongs or a “hot hands” holder is highly recommended.)<br />· 250 mL Erlenmeyer flasks. One is required for each sample or standard to be analyzed. Minimum of 25 recommended.<br />·<br />· An electrical stirrer and stir bars are recommended, but not required.<br />· 25 mL manual burette, or appropriate auto titration system.<br />Required Chemicals and Supplies<br />· Low nitrogen weighing paper. Approximately 2 x 2 inch or larger.<br />·<br />· Glass, porcelain or aluminum oxide boiling stones.<br />·<br />· Catalyst (CuSO4) / acid / potassium sulfate solution. Ricca 2551 or equivalent.<br />·<br />· Concentrated sulfuric acid.<br />· 50% aqueous NaOH.<br />·<br />· Receiver solution; 4% aqueous boric acid with bromocresol green/methyl red mixed indicator. Ricca 1070 or equivalent.<br />· 0.1N HCl or 0.1N H2SO4. Ricca 3600, 8250 or equivalent.<br />·<br />· Distilled or de-ionized water.<br />·<br />· Assorted measuring pipettes; 20 mL, 30mL, 50 mL, 100 mL.<br />·<br />· Appropriate bottle-top dispenser or other accurate measuring device may be substituted without prejudice.<br />·<br />· Micro spatula(s).<br /> Method<br />The method will be separated into three categories; Digestion (conversion of nitrogen in the sample to ammonia), Distillation (separation of the ammonia from the digestate and collection for analysis), and Titration (quantification of the ammonia and calculation of the initial protein concentration).<br />Digestion<br />1. Prepare sufficient 250 mL digestion tubes for the number of samples, standards and blanks to be analyzed. The tubes should be clean and rinsed with distilled or deionized water in order to eliminate contamination from previously run samples or foreign material.<br />2. Place a single sheet of weighing paper on the analytical balance and tare the balance. Using a micro spatula, transfer 1.0000 g of sample to be analyzed to the weighing paper. The acceptable range of sample weight is 0.9995 to 1.0000g. Sample should be homogenous. Samples that may not be homogenous in their native state should be thoroughly ground and mixed prior to being analyzed. For liquid or semi-solid samples, the 250 mL digestion tube may be tared on the balance and the sample directly weighed into the tube. **Note 1 at conclusion of Digestion.<br />3. Carefully fold the weighing paper, avoiding spilling the weighed sample. Transfer the paper to a clean 250 mL digestion tube. Label the tube with the sample identification number using an indelible marker.<br />4. Add four to five boiling stones or glass or ceramic chips to the digestion tube. Continue until all samples to be analyzed are completed.<br />5. Prepare one blank for each 10 samples to be analyzed. The blank preparation is accomplished by folding and placing a clean weighing paper into a 250 mL digestion tube and labeling the tube appropriately.<br />6. Add 30 mL of catalyst solution to each tube; sample, standard or blank. Carefully “aim” the tube away from the analyst or other present in the laboratory as the reaction with some analytes can be violent and result in the sample / catalyst mixture erupting from the tube. Add the solution slowly to minimize the likelihood of violent reaction.<br />7. Add 20 mL of concentrated sulfuric acid to each tube. The same precautions should be taken with the addition of acid. Significant heat will be formed in the addition of concentrated sulfuric acid to an aqueous solution and care should be taken to add the acid slowly to minimize boiling or violent reaction.<br />8. Continue steps 6 and 7 until all samples, standards and blanks have been prepared.<br />9. Transfer all samples simultaneously, using the carrier provided in the Labconco Digestion system, to the distillation unit.<br />10. When the samples are in place, turn the vacuum aspirator on its highest flow. Place the hood device over the top of the tubes to be digested. Do not place empty tubes in places of the block where no samples are to be analyzed.<br />11. Turn the temperature dial on the digestion to approximately 300 degrees C.<br />12. Significant fuming will occur early in the digestion process. A second ventilator such as a fume hood is recommended to eliminate the possibility of exposing the analysts to noxious fumes. Allow the reaction to occur for 15 to 20 minutes. At that time, increase the temperature setting to 350 degrees C.<br />13. Allow the reaction to continue for at least 15 additional minutes. If the fuming is still vigorous, continue an additional 15 for a total of 30 minutes at the higher temperature setting and full vacuum.<br />14. The total elapsed time will be a maximum of 45 minutes at this point. Lower the vacuum to approximately ½ the original water flow. Remove the sides from the Labconco tube support to allow air flow across the tubes. The goal at this point is to achieve a reflux of acid vapor in the tube. A “cloud” of acid vapor should be visible approximately 2/3 of the total height of the tube.<br />15. Allow the reflux to continue until the digestates are clear. Some adjustment of the temperature and vacuum flow may be needed to assure complete reaction without evaporating the sample(s) to dryness. Total digestion time should not exceed 1 ¾ hours.<br />16. When the digestion is complete, remove the samples from the digestor and set aside to cool. Samples may begin to form crystals as they cool. A solid cake should not be allowed to form. If crystals begin to form, proceed quickly to the next step. If crystals do not form, samples may be safely stored overnight in this form.<br />17. Carefully add 50 mL of distilled or deionized water to each sample. Again, the addition of water to a concentrated sulfuric acid solution will cause significant heat, and the sample(s) may boil. Carefully aim the opening of the digestion tube away from the analyst and anyone in the laboratory in order to assure their safety. Continue until all samples are diluted.<br /><br />** Note 1. Some materials being digested will react very vigorously in the beginning, or will form large amounts of black particles on the sides of the digestion tube, which will not disappear during the digestion. The cause may be the sample matrix, or the high concentration of protein in the sample. The result will be poor reproducibility in the calculated results. In either case, the problem will likely be eliminated by reducing the sample weight by one-half to 0.4997 to 0.5003 grams.<br /> Distillation<br />1. Turn on the power to the Rapid Still II. Confirm that it is connected to a tap water source, and that the water is flowing vigorously.<br />2. Visually inspect the 1 L water supply to the steam source and verify that it is filled to the indicator mark with tap water. If it is not, press the fill button on the front of the Rapid Still II until the fill level is reached. When the reservoir is full, turn on the power to the steam source.<br />3. Verify that the 50% NaOH supply is attached to the Rapid Still II, and that there is sufficient solution in the supply to run the samples to be analyzed. It will require approximately 50 mL of NaOH per digested sample.<br />4. Add 100 mL of indicating boric acid solution to a sufficient number of 250 mL Erlenmeyer flasks to distill each sample, standard or blank that has been digested. The graduated markings on the side of the flasks are sufficiently accurate for this purpose.<br />5. Place a filled 250 mL Erlenmeyer flask on the receiving station of the Rapid Still II. Verify that the ball of the receiving tube is below the surface of the receiving solution.<br />6. Carefully place the first sample to be distilled on the Rapid Still II. Turn the digestion tube ¼ to ½ turn while pressing upward toward the rubber seat to assure a vapor tight fit of the digestion tube to the still.<br />7. Verify that the power is on, the steam source is boiling and the distillation timer is set to 0 minutes.<br />8. Using the volume indicator on the back of the Rapid Still II, estimate the volume of liquid in the digestion tube. Within 10 mL is sufficiently accurate for the estimate.<br />9. “Tap” the NaOH addition switch on the front of the still to add NaOH in small increments. Violent reaction will occur, which is minimized by slow addition. After a few mLs are added, the solution may begin to turn dark and cloudy. This is normal, and will not affect the analysis. Continue addition until 50 mL of NaOH have been added, or until the addition of continued amounts of the solution does not result in a vigorous reaction within the vessel, whichever comes later. The absence of vigorous reaction is confirmation that the acid solution has been neutralized. During the NaOH addition process, significant bubbling may occur in the receiver vessel, and the solution may change colors from red/pink to gray, blue or green. This is due the emission of NH3 by the sample, and is normal.<br />10. When sufficient NaOH has been added, set the timer to 8 minutes and begin distillation. The goal is to distill 100 mL of liquid to the receiving flask, which will reach a total volume of 200 mL. Determine experimentally the correct time for 100 mL distillate and use this time on future analyses. (6 to 7 minutes is normal for the Rapid Still II.)<br />11. When the distillation is complete, turn the power off to the steam generator. Slowly add sufficient water to the generator to bring it back to the fill mark.<br />12. Remove the 250 mL Erlenmeyer (containing 200 mL of solution). Rinse the glass bulb with a small amount of distilled water, collecting it in the Erlenmeyer to clean the tube and avoid contamination of the following sample(s). Set the sample aside for titration.<br />13. Using an appropriate device for handling very hot glassware, remove the digestion tube from the holder. The dark solution may be disposed of by pouring it down a drain with copious amounts of water. **Note 2 at the end of the Distillation section.<br />14. Wipe the white tube that goes into the center of the digestion tube during distillation with a paper towel or similar material to remove any possible contamination for the next sample.<br />15. Return to step 5 and repeat steps 5 through 14 for all samples to be analyzed.<br />16. When all samples to be analyzed are distilled, place a sample that contains only 50 mL of distilled or deionized water in a 250 mL digestion tube on the sample stand.<br />17. Add approximately 20 mL of NaOH and distill for 6 minutes into an Erlenmeyer flask. It is not necessary to have receiver solution in the flask. 100 mL of tap or distilled water is sufficient.<br />18. When the blank sample is distilled, remove the digestion tube. Clean the rubber seal with a clean damp cloth. Apply a very thin film of stopcock grease or similar lubricant to the rubber seal. Place a clean, dry digestion tube in position. Remove the Erlenmeyer and rinse the round receiver tube with a small amount of distilled water. Turn off the power to the steam source. Refill the steam source with water, then turn off the power to the system. Turn off the water supply.<br /><br />** Note 2. The drain disposal assumes use of a Cu, Ti or similar catalyst. Use of a mercury (Hg) catalyst requires proper disposal per local environmental regulations. Mercury catalyst should NOT be poured down a drain that empties into a public waste system.<br />Titration<br />(This method assumes manual titration using a 25 mL burette.)<br />The receiver solution was originally a bright pink to red color. The titration will be to a moderate pink. Do not try to duplicate the original color, as this would significantly over titrate the sample(s). The normal progression of color is from green (for a sample containing nitrogen. The blanks will in some cases not change color) to a deep gray with pink overtones, to a light pink. The first “pure” pink color with no hint of gray should be taken as the endpoint.<br />1. If a magnetic stirrer is to be used, add a stir bar to the sample. Otherwise, hold the sample and swirl it in a circular motion throughout the titration to assure rapid mixing of the acid with the sample.<br />2. Fill the burette to the 0 mark, or record the initial reading on the burette.<br />3. Add titrant slowly to the sample. An effective technique is to adjust the burette so that a steady, slow drip of titrant occurs. Stir or swirl continuously. As titrant is added, a pink color will be seen where the titrant enters the solution. As the endpoint nears, this colored area will increase in size, and persist for longer periods before being dispersed into the solution. That is an indicator to slow the addition of acid.<br />4. Continue to add titrant slowly, dropwise. A gray solution with a pink tint throughout will develop. The addition of a few more drops of titrant should result in a pink solution without the gray color. Record the mL of titrant used.<br />5. Repeat steps 2 through 5 until all blanks, standards and samples are titrated.<br />6. For automatic titration, refer to the operator’s manual of the autotitrator for setup instructions.<br /><br />Calculation of Results<br />The general equation for the protein content is:<br />[(Vb – Vs)(N)(1.4007) / (W)] * F = percent protein<br />Vb = mL titrant for the blank(s)<br />Vs = mL titrant for the individual samples<br />N = Normality of the acid titrant (nominally 0.1)<br />1.4007 = a single factor that takes into account the molecular weight of nitrogen, the conversion of the milli-equivalent result of V*N, and the conversion to %.<br />W = the weight of sample in grams. The error is sufficiently small that, for samples weighed to 1.0000g +/- 0.0005 G, this can be assumed to be 1.<br />F = the factor for converting the percent nitrogen in a sample to percent protein. This factor varies based on sample type, and can vary greatly. (From approximately 5.2 for some nuts, to 6.7 for some meat products.) The regulating body for the analysis performed will usually provide the factor. If not, refer to the appropriate method, and use the factor located in that method.<br />The method can be validated by digesting organic materials of known nitrogen content; for example, aniline. By performing the above calculation and assuming a factor of 1, the correct percent nitrogen should be determined. The correct nitrogen percentage for aniline is 15.05%. A smaller sample of aniline should be analyzed due to the high nitrogen content. 100 mg (0.1000g) is recommended.<br />Technical information provided by Kevin Lackey.<br /> Background for the Kjeldahl determination of Organic Nitrogen<br />The Kjeldahl method is an analytical method for the determination of nitrogen in the trinegative state in certain organic compounds. The method was developed in 1883 by Johan Kjeldahl, a Danish chemist, and is used extensively in the determination of protein in foods, since protein is a macromolecule made up of nitrogen containing amino acids linked together. When used for protein determination, the percent nitrogen measured is converted to the equivalent protein content by use of an appropriate numerical factor. For meat samples, this factor is 6.25 since meat protein is approximately 16%nitrogen. The Kjeldahl method does not account for N-N and N-O linkages (e.g., azides, nitrates, nitrites, nitro groups, etc.). Such samples must be pre-treated or subjected to reducing conditions before Kjeldahl analysis. The amino nitrogen in the sample is converted to ammonium bisulfate as the organic material in the sample is destroyed by digestion with boiling, concentrated sulfuric acid. Potassium sulfate is added to raise the boiling point of the mixture, thus speeding the decomposition. The amounts of sulfuric acid and potassium sulfate used must be controlled, depending on the amount of organic material present in the sample, to insure that a proper digestion temperature range of 370 - 400oC. is maintained. Too low a temperature may lead to long digestion times and/or incomplete digestion, while too high a ratio of potassium sulfate to sulfuric acid may raise the temperature above 400oC., thus resulting in pyrolytic loss of nitrogen and low results. A metal catalyst is also added to accelerate the digestion. Mercury has been the most common catalyst used, but copper and selenium are being used more now, for safety and environmental reasons.<br /><br />After digestion of the sample is complete, excess sodium hydroxide is added to the digestion mixture to neutralize the remaining sulfuric acid and release the ammonia formed as the nitrogen containing molecule was oxidized. The ammonia is then distilled over into a measured excess of a standard acid, and the excess acid is back-titrated with a standard base. As an alternative, the ammonia can be distilled over into a boric acid solution, and the ammonia is then determined by direct titration with a standard acid. The ammonia can also be determined colorimetrically (e.g., via reaction with phenate ion) or by using an ammonia selective electrode. In these cases, a standard mineral acid should be used as the ammonia absorbent. If mercury or a mercuric salt is used as the catalyst, thiosulfate or sulfide is added with the sodium hydroxide to decompose any mercuric-ammonium complex, thus releasing the ammonia and precipitating the mercuric compound which may interfere with the distillation of the ammonia. Zinc granules, pumice or other suitable boiling stones are added to the distillation flask to prevent "bumping" which may lead to erroneous results due to carry-over of some of the caustic in addition to the ammonia. The reactions involved are summarized as follows:<br /><br />Sample Digestion<br />Organic N + H2SO4 + Heat + Catalyst => CO2 + H2O + NH4HSO4<br /><br />Neutralization of Digestion Mixture and Release of Ammonia<br />NH4HSO4 + 2NaOH => NH3 + Na2SO4 + H2O<br /><br />Direct Titration of Ammonia<br />NH3 + HCl [or H2SO4] => NH4Cl [or (NH4)2SO4]<br /><br />Back Titration of Standardized Acid<br />NaOH + HCl [or H2SO4] => NaCl [or Na2SO4] + H2O<br /><br />If the ammonia, after absorption in boric acid solution, is titrated directly with a standardized acid, methyl red, methyl purple, or bromocresol green - methyl red mixed indicator can be used as the indicator. These indicators can also be used in a back-titration using standard sodium hydroxide, if an excess standard acid is used as the absorbent for the ammonia. Alternatively, the ammonia may quantitated by ion selective electrode (ISE).<br /><br />http://www.foxscientific.com/Technical%20Ref/kjeldahl_SOP.htm </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kjeldahl-standard-operating-procedure.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-04T02:34:00-07:00">02:34</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=6262791641646098283" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=6262791641646098283" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/Kjeldahl%20Standard%20Operating%20Procedure" rel="tag">Kjeldahl Standard Operating Procedure</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="6332568229144901497"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kimia-anorganik-unsur-au.html">Kimia Anorganik - Unsur Au</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> Bab I<br />Pendahuluan<br /><br />A. Logam<br />1. Sifat –Sifat istimewa logam<br />a. Kuat<br />Kecuali raksa, semua berwujud padat pada suhu kamar. Kekerasan dan kekuatan logam dapat ditimgkatkan dengan cara mencampurkan logam dengan logam yang lain atau dengan non logam yang disebut aliase(alloy).<br /><br />b. Dapat ditempa dan dapat direnggangkan<br />Logam tidak hancur bila dipukul. Maka, logam dapat ditempa untuk membuat berbagai perkakas, barang kerajinan atau perhiasan. Logam dapat pula diulur menjadi kawat.<br /><br />c. Konduktor lsitrik yang baik<br />Sifat ini yang mendasari penggunaan logam sebagai kabel listrik, serta alat memasak seperti ketel, panci dan kuali.<br /><br />d. Mengkilap jika digosok<br />Logam dimanfaatkan sebagai perhiasan maupun untuk dekorasi karena memiliki sifat mengkilap jika di gosok.<br /><br />e. Pada suhu kamar berwujud padat kecuali raksa (berwujud cair).<br /><br />2. Metalurgi<br />Metalurgi adalah proses pengolahan bahan-bahan alam menjadi logam unsur yang selanjutnya menjadi logam dengan sifat-sifat yang diinginkan. Bahan anorganik alam yang ditemukan di kerak bumi disebut mineral.<br /> Metalurgi melalui tiga tahapan, yaitu :<br />a. Pemekatan bijih<br />Di dalam bijih mengandung batuan tak berharga yang disebut batureja (gangue). Pemekatan bijih bertujuan untuk menyingkirkan sebanyak mungkin batureja. Pemisahan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara fisis seperti pengapungan (flotasi) atau penarikan dengan magnet. Bijih yang telah dihancurkan diberi minyak tertentu. Mineral akan melekat pada buih sehingga terlepas dari batureja atau batureja akan melekat pada buih.<br /><br />b. Peleburan<br />Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam unsur yang dapat digunakan. Makin aktif logam makin sukar direduksi, sehingga diperlukan pereduksi yang lebih kuat. Logam yang kurang aktif sepeti tembaga dan emas dapat direduksi hanya dengan pemanasan. Seringkali proses peleburan ditambah dengan fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat pengotor dan membentuk zat yang mudah mencair, yang disebut terak.<br /><br />c. Pemurnian<br />Pemurnian (refining) adalah penyesuaian komposisi kotoran dalam logam kasar. Beberapa cara pemurnian:<br />- Elektrolisis<br />Misalnya pemurnian tembaga dan nikel.<br />- Destilasi<br />Misalnya pemurnian seng dan raksa.<br />- Peleburan ulang<br />Misalnya pemurnian besi.<br />- Pemurnian zona<br />Yaitu suatu cara modern yang dilaksanakan dalam pemurnian logam.<br />B. Emas<br />Emas ialah unsur kimia dalam sistem periodik unsur yang mempunyai simbol Au (L. aurum) dan nombor atom 79. Emas merupakan logam lembut, berkilat, berwarna kuning, padat, mudah ditempa, udah ditarik, logam peralihan (trivalen dan univalen), dan stabil, emas tidak bertindak bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia. Walau bagaimanapun emas dapat bereaksi dengan klorin, fluorin dan akua regia. Logam ini selalunya hadir dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan dan pendaman aluvial.<br /><br />1. Sejarah Emas<br />Emas (Sanskrit jval, Yunani χρυσος = chrysos, Latin aurum, berarti fajar yang cerah, Anglo-Saxon gold, China 金 [jīn], Jepang 金 [kin]) telah diketahui sebagai sangat berharga sejak zaman prasejarah lagi. Emas dikenal antara lain di Mesopotamia dan Mesir. Pada abad pertengahan, begitu kuat orang mendambakan emas, sehingga lahir ilmu alkimia, dengan tujuan membuat emas. Manusia modern berhasil mencapai cita-cita itu dengan mengekstrak emas dari air laut dan mengubah timbel atau merkurium menjadi emas dalam mempercepat partikel. Namun emas yang murah tetaplah emas alamiah yang harus ditambang.<br />Emas telah lama dianggap sebagai logam yang paling berharga, dan nilainya telah digunakan sebagai standart untuk banyak mata uang dalam sejarah. Emas telah digunakan sebagai simbol kemurnian, nilai tinggi, kerajaan, dan lebih-lebih lagi peranan yang mengaitkan sifat-sifat tersebut.<br />Tujuan utama ahli alkimia adalah untuk menghasilkan emas dari bahan yang lain, seperti karbon – kemungkinan melalui interaksi dengan sejenis bahan dongeng yang disebut batu bertuah. Meskipun usaha mereka tidak pernah mendapat hasil, namun ahli alkimia telah menaikkan keminatan terhadap bidang melibatkan unsur, yang menjadi asas kepada bidang kimia masa kini.<br /><br />Simbol mereka untuk emas ialah bulatan dengan titik di tengah-tengah, yang merupakan simbol dalam bidang astrologi. Simbol dalam karakter Cina kuno adalah matahari (日).<br />Pada sekitar abad ke-19, pencarian emas muncul kapanpun ketika terdapat pendaman emas dijumpai, termasuklah di California, Colorado, Otago, Australia, Black Hills, dan Klondike.<br /><br />2. Perolehan Emas<br />Lautan dunia memiliki jumlah emas yang banyak, tapi konsentrasinya sangat sedikit (mungkin 1 – 2 bagian per miliar). Fritz Haber (Penemu proses Haber dari Jerman) mengusahakan ektraksi komersil emas dari air laut dalam usahnya untuk membantu pembayaran ganti rugi Jerman setelah Perang Dunia I. Sayangnya, perkiraannya pada konsentrasi emas di air laut terlalu tinggi, mungkin tergantung pada cemaran sampel. Usaha untuk memproduksi emas yang sedikit dan harga pemerintahan Jerman lebih jauh dari harga komersil emas. Tidak ada mekanisme komersil yang bagus untuk ektraksi emas dari air laut yang telah diidentifikasi.<br /><br />3. Produksi Emas di Indonesia<br />Sebelum Perang Dunia II, Indonesia adalah penghasil emas terbesar di Asia Tenggara. Satu-satunya pengelola tambang emas di Indonesia pada awal tahun 1980-an adalah PT Aneka Tambang, sebuah BUMN di bawah Departemen Pertambangan dan Energi.<br />Tiga penambang emas besar di Indonesia menurut data tahun 1987 adalah:<br />- PT Freeport Indonesia Inc. yang berlokasi di Tembagapura, Papua dengan jumlah produksi 2,2 ton/tahun (1986).<br />- PT Lusang Mining yang berlokasi di Bengkulu dengan jumlah produksi 300 kg/tahun (1986).<br />- PT Aneka Tambang (Persero) berlokasi di Cikotok, Jawa Barat dengan jumlah produksi 240 kg/tahun (1986).<br /><br />C. Sifat Emas<br />Emas merupakan logam yang sangat berharga karena keberadaannya yang sangat langka di alam, tidak mudah berkarat atau memudar, tahan lama, memiliki warna yang menarik. Emas murni itu halus. Emas biasa dikeraskan dengan mencampurkannya dengan kuningan atau perak. Bagian emas yang terdapat dalam campuran diukur dalam karat. Emas murni memiliki kadar 24 karat. Campuran seimbang bagian emas dan perak adalah 12 karat, emas 18 karat → 18/24 berarti emas 75 %. Emas dapat dibentuk jadi lembaran demikian tipis sehingga tembus pandang.<br />Emas ialah unsur logam yang berwarna kuning berkilauan tetapi boleh juga berwarna seperti delima atau hitam apabila dibahagi dengan halus. Larukan koloid emas pula mempunyai warna berkeamatan tinggi yang biasanya berwarna ungu.<br />Warna yang terdapat pada emas adalah disebabkan oleh frekuensi plasmon emas yang terletak pada julat penglihatan, mengakibatkan warna merah dan kuning dipantulkan sementara warna biru diserap. Hanya koloid perak mempunyai interaksi yang sama terhadap cahaya, tetapi dalam frekuensi yang lebih pendek, sehingga menyebabkan warna koloid perak menjadi kuning.<br />Emas juga merupakan logam yang paling mudah ditempa dan ditarik. Satu gram emas boleh ditempa menjadi satu keranjang berukuran panjang satu meter dan lebar satu meter. Emas biasanya dialoikan dengan logam yang lain untuk menjadikannya lebih keras.<br />Emas merupakan penghantar panas dan listrik yang baik, dan tidak dipengaruhi oleh udara dan kebanyakan reagen. Secara kimianya, logam emas tidak boleh diubah oleh panas, kelembapan.<br />Emas asli mengandungi antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya kandungan tersebut lebih tinggi. Aloi semula jadi dengan kandungan perak yang tinggi dipanggil elektrum. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya menjadi lebih putih. Aloi dengan kuprum menghasilkan logam kemerahan, aloi besi berwarna hijau, dan aloi aluminum berwarna ungu. Keadaan pengoksidaan emas yang biasa termasuk +1 dan +3.<br /><br />Bab II<br />Pembahasan<br /><br />A. Komposisi Emas<br />Emas dapat ditempa sedemikian tipisnya sehingga tumpukan dari 120000 lembar tidak lebih dari 1 cm tebalnya. 1 gram emas dapat diulur menjadi kawat sepanjang 2,5 km. Secara kimiawi emas tergolong inert sehingga disebut logam mulia. Emas tidak bereaksi dengan oksigen dan tidak terkorosi di udara. Emas juga tidak berekasis dengan asam atau basa apapun. Akan teteapi emas dapat larut pada akua regia, yaitu campuran tiga bagian volum asam klorida pekat dan atau bagian volum asam nitrat pekat.<br />Au(s) + 4HCL (aq) + HNO3(aq) → HAuCl4(aq) + NO (g) + 2H2O(l)<br /><br />Untuk mendapatkan emas yang keras maka emas dipadukan dengan tembaga atau perak. Kadar emasnya dinyatakan dalam karat atau persen. Emas murni 24 karat. Emas 18 karat berarti 18 bagian emas dan 6 bagian logam lain. Untuk emas merah atau kuning adalah aloi dengan tembaga. Emas putih adalah aloi emas dengan platinum, iridium, nikel, atau zink. Aloi besi berwarna hijau, dan aloi aluminum berwarna ungu.<br /><br />B. Produksi Emas<br />Ekstraksi emas secara ekonomi dapat diperoleh dari nilai biji emas sekecil 0,5 gr/1000 kg (0,5 ppm) rata-rata dengan mudah digali, nilai biji emas khas dalam galian terowongan terbuka yakni 1,5 gr/1000 kg (1 – 5 ppm), nilai biji emas dalam tanah atau galian batu paling tidak 3 gr/1000 kg (3 ppm).<br />Nilai biji emas 30 gr/1000 kg (30 ppm) biasanya dibutuhkan sebelum emas dapat dilihat dengan mata telanjang, oleh karena itu dalam kebanyakan galian emas, Anda tidak akan melihat emas apapun.<br /><br /><br /><br /><br />Sejak tahun 1880-an, Afrika Selatan telah menjadi sumber untuk sebagian besar sediaan emas dunia. Produksi di tahun 1970 dihitung hingga 70 % sediaan dunia, memproduksi sekitar 1000 ton, namun produksi di tahun 2004 hanya 342 ton. Penurunan ini berhubungan dengan bertambahnya kesulitan dalam ektraksi dan faktor ekonomi yang memperngaruhi industri Afrika Selatan.<br />Produser utama lainnya, yakni Kanada, Amerika Serikat, dan Australia Barat. Galian di Dakota Selatan dan Nevada menyediakan dua pertiga emas yang digunakan di Amerika Serikat. Daerah Siberia di Rusia juga terbiasa sebagai negara penting dalam industri galian emas. Ladang Emas Kolar di India adalah contoh lain untuk kota yang sedang dibangun untuk bahan galian emas terbesar di India.<br />Namun, mungkin untuk mendapat sejumlah kecil emas dalam jumlah yang tidak terbatas dengan kecerdasan transformasi nuklir dalam akselerator partikel. Isotop emas menghasilkan kemiripan radioaktif. Tidak ada sama sekali metode secara ekonomi yang mungkin untuk membuat emas dengan cerdas yang telah ditemukan dan dipublikasikan.<br />Emas dipisahkan daripada bijihnya menggunakan sianida, amalgam, dan peleburan. Pemurnian logam biasanya dijalankan menggunakan elektrolisis. Logam ini terdapat di dalam air laut pada kepekatan 0,1 - 2 mg/ton bergantung kepada kedudukan sampel. Walau bagaimanapun, sehingga kini yaitu tahun 2006 tidak terdapatnya apa-apa cara yang boleh memberi hasil keuntungan sekiranya emas diperoleh selain dari air laut.<br /><br />C. Pemurnian Emas<br />Pemurnian emas dilakukan dengan cara sianidasi langsung, sianidasi dengan karbon. Proses pemurnian ini didasarkan pada proses yang terdiri dari biji dengan suatu larutan natrium sianida atau suatu ekivalen sianida lalu setelah memisahkan larutan dari pengotor, presipitasi emas, biasanya dilakukan dengan zink atau aluminium dan kadang-kadang dengan logam lain.<br /><br /><br /><br />Persamaan reaksi yang umum digunakan untuk pemisahan emas dalam larutan alkali sianida adalah:<br /> 2Au + 4CN- + ½O2 + H2O → 2[Au(CN)2]- + 2OH-<br />Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia. Hidrogen peroksidan telah dideteksi dalam larutan sianida di mana emas telah terpisah secara cepat, dan observasi ini menunjukkan bahwa beberapa emas kemungkinan terpisah melalui sepasang reaksi yang melibatkan pembentukan pertama hidrogen peroksida.<br />2Au + 4CN- + O2 + H2O → 2[Au(CN)2]- + 2OH- + H2O2<br />Lalu hidrogen peroksida bereaksi dengan beberapa emas dan sianida.<br />2Au + 4CN- + H2O2 → 2[Au(CN)2]- + 2OH-<br /><br />Hanya univalen emas yang diperoleh dalam larutan sianida, sehingga pemisahan oksigen pada tekanan atmosfer tidak dapat mengoksidasinya. Oksigen dari udara adalah agen pengoksidasi untuk memisahkan emas dalam suatu larutan sianida.<br />Setelah emas dipisahkan dari larutan sianida dan dari residunya, langkah selanjutnya adalah memurnikan emas sambil menyimpan larutan untuk dipakai kembali. Presipitan yang digunakan adalah zink, yang menggantikan emas dalam larutan sianida melalui suatu reaksi:<br /> 2[Au(CN)2]- + Zn → 2Au + [Zn(CN)4]2-<br />Presipitan lain yang dipakai adalah aluminium, yang lebih sederhana daripada zink dan meregenasi sianida secara langsung.<br />2[Au(CN)2]- + 3OH- + Al → 3Au + 6CN- + Al(OH)3<br /><br />Emas biasanya juga dimurnikan dari larutan sianida melalui elektrolisis. Proses ini melibatkan penggunaan ;arutan alkali sianida sebagai elektrolit dalam suatu sel di mana besi merupakan suatu anoda dan aluminium pada katoda. Reaksi sel yang terjadi adalah<br /> 2[Au(CN)2]- + 2OH- → 2Au + 4CN- + H2O + ½O2<br /><br /><br /><br />Pada proses sianidasi, logam zink akan mengendapkan emas dari larutan sianida. Dalam sianidasi dengan karbon, bijih emas dilumat menjadi bubur dan emasnya dilarutkan dalam larutan sianida. Kemudian ditambahkan karbon aktif untuk mengadsorpsi ion-ion kompleks emas. Karbon ini dipisahkan dari bubur emas dengan suatu teknik penapisan. Akhirnya emas dilepaskan dari karbon dengan memasukkan karbon dalam larutan sianida kaustik panas.<br /> Emas dipisahkan dari larutan berdasarkan reaksi:<br />4Au + 8CN- + H2O + O2 → 4[Au(CN)2]- + 4OH-<br />2[Au(CN)2]- + Zn → 2Au + [Zn(CN)4]2-<br />Emas diperoleh dari beberapa proses di atas masih dikotori oleh logam zink. Emas murni diperoleh dengan cara elektrolisis atau pelarutan pengotor dalam H2SO4 atau HNO3.<br /><br />D. Reaksi Kimia Unsur<br />Tingginya nilai potensial reduksi emas mengakibatkan logam ini selaku terdapat di alam dalam keadaan bebas. Untuk keperluan ektraksi dari bijihnya, proses dengan melibatkan senyawa sianida dapat diterapkan seperti halnya pada ekstraksi logam perak. Emas membentuk berbagai senyawa kompleks, tetapi hanya sedikit senyawa anorganik sederhana. Emas (I) oksida, Au2O, adalah salah satu senyawa yang stabil dengan tingkat oksidasi +1, seperti halnya tembaga, tingkat oksidasi +1 ini hanya stabil dalam senyawa padatan, karena semua larutan garam emas (I) mengalami disproporsionasi menjadi logam emas dan ion emas (III) menurut persamaan reaksi:<br />3Au+(aq) → 2Au(s) + Au3+(aq)<br /><br />1. Reaksi emas dengan udara<br />Logam emas stabil di udara di bawah kondisi normal. Namun emas terurai dalam larutan sianida dalam tekanan udara.<br /><br />2. Reaksi emas dengan air<br />Emas tidak bereaksi dengan air.<br />3. Reaksi emas dengan halogen<br />Logam emas bereaksi dengan klorin, Cl2, atau bromin, Br2, untuk membentuk trihalida emas (III) klorida, AuCl3, atau emas (III) bromida, AuBr3.<br />2Au(s) + 3Cl2(g) → 2AuCl3(s)<br />2Au(s) + 3Br2(g) → 2AuBr3(s)<br /><br />AuCl3 dapat larut dalam asam hidroksida pekat menghasilkan ion tetrakloroaurat (III), [AuCl4]-, suatu ion yang merupakan salah satu komponen dalam “emas cair”, yaitu suatu campuran spesies emas dalam larutan yang akan mengendapkan suatu film logam emas jika dipanaskan.<br />Di lain pihak, logam emas bereaksi dengan iodin, I2, untuk membentuk monohalida, emas (I) iodida, AuI.<br />2Au(s) + I2(g) → 2AuI(s)<br /><br />4. Reaksi emas dengan asam<br />Logam emas terurai dalam akua regia, campuran asam klorida, HCl, dan asam nitrat pekat, HNO3, dengan perbandingan 3:1. Nama akua regia diciptakan oleh alkemis karena kemampuannya untuk menguraikan “raja logam”.<br /><br />5. Reaksi emas dengan basa<br />Emas tidak bereaksi dengan larutan basa.<br /><br />E. Proses Produksi<br />1. Alat<br /> a. Neraca f. Bor mesin/alat ukir<br /> b. Koi/cawan g. Alat penggilingan emas<br /> c. Tangki bahan bakar h. Sengki<br /> d. Pompa bahan bakar i. Mesin pemoles<br /> e. Blender; pemanasan j. Panci pemanas<br /><br />2. Bahan<br /> a. Sendawa 2 % d. NaCl 1 %<br /> b. Tawas 1 % e. H2O<br /> c. Bensin f. Deterjen<br /><br />3. Cara Kerja<br /> a. Pemadatan<br />Emas dipadatkan dengan cara dipukul-pukul supaya bentuk strukturnya tidak mudah pecah.<br /><br /> b. Pemotongan<br />Emas batangan ditimbang menggunakan neraca kemudian dipotong sesuai dengan bentuk yang diinginkan menggunakan gunting pemotong.<br /><br /> c. Penggilingan<br />Setelah emas dipotong-potong menjadi bagian yang kecil-kecil. Emas dimasukkan ke dalam alat penggilingan untuk dibentuk menjadi bentuk perhiasan (cincin, kalung, gelang).<br /><br /> d. Pemanasan<br />Perhiasan dipanaskan ke dalam panci pemanas dengan menambahkan larutan sendawa 2 %, tawas 1 %, NaCl 1 %, H2O. Penambahan zat tersebut digunakan agar perhiasan emas berwarna kuning mengkilat.<br /><br /> e. Pemolesan<br />Sebelum dipoles dengan alat pemoles, perhiasan diukir dengan bor mesin sesuai dengan bentuknya, kemudian dicuci dengan bensin dilankitkan dengan deterjen dan dibilas dengan air, lalu dikeringkan.<br /><br /><br /> f. Pemasakan<br />Perhiasan dimasak dalam panci yang dipanaskan dengan larutan sendawa 2 %, tawas 1 %, NaCl 1 %, hingga dua kali proses pemasakan.<br /><br /> g. Penggosokkan<br />Perhiasan digosok dengan menggunakan alat yaitu sengki yang bertujuan supaya perhiasan emas bisa berwarna kuning mengkilat.<br /><br />Bor mesin adalah suatu alat yang digunakan untuk menjadikan perhiasan menjadi bentuk yang diinginkan, dan perhiasan dapat digunakan untuk pengujian kadar.<br />Alat penggilingan emas berfungsi untuk menggiling sampel sehingga diperoleh sampel yang halus sehingga dapat mempercepat proses pemasakan.<br />Sendawa/Salpeter disebut niter, ada tiga mineral yang mendukung nama ini, salpeter biasanya adalah kalium nitrat (KNO3), salpeter Norwegia/salpeter kapur (kalsium nitrat, Ca(NO3)2), salpeter natrium (natrium nitrat teknis), dibuat dengan mereaksikan kalium klorida dengan asam nitrat/natrium nitrat.<br />Jika salpeter tidak tersedia maka asam nitrat dibuat dari nitrogen udara dan salpeter justru dibuat dengan mereaksikan asam nitrat itu dengan oksida natrium atau kalsium.<br />Perhitungan kadar emas dengan rumus:<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />F. Kegunaan Emas<br />Emas murni adalah terlalu lembut untuk kegunaan biasa, oleh itu logam ini ditambahkan kekerasannya dengan mengaloikannya bersama perak (argentum), tembaga (kuprum) dan logam-logam lain. Emas dan pelbagai jenis aloi emas biasanya digunakan dalam pembuatan perhiasan, pembuatan uang logam, dan sebagai standart pertukaran perdagangan dalam banyak negara. Selain itu, emas dapat menghantarkan listrik dengan amat baik. Ini menjadikan emas muncul sebagai logam industri penting pada akhir abad ke 20.<br /><br />Kegunaan lain:<br />1. Emas memainkan beberapa peranan penting dalam pembuatan komputer, alat komunikasi, kapal angkasa, mesin pesawat jet, kapal terbang, dan hasil pengeluaran yang lain.<br />2. Daya tahan terhadap pengoksidaan membolehkan emas digunakan secara berleluasa dalam pembuatan lapisan nipis elektroplat pada permukaan penyambung elektrik untuk memastikan penyambungan yang baik.<br />3. Seperti perak, emas boleh membentuk amalgam keras bersama raksa, dan ini kadang kala digunakan sebagai bahan pengisi gigi.<br />4. Emas koloid (nanopartikel emas) ialah larutan berwarna berkeamatan tinggi yang kini sedang dikaji di dalam makmal-makmal untuk kegunaan perubatan dan biologi (kaji hayat). Ia juga merupakan bentuk yang sering digunakan dalam pengecatan emas pada seramik sebelum seramik dibakar.<br />5. Asam kloraurik digunakan dalam fotografi untuk memberi toning kepada gambar perak.<br />6. Dinatrium aurothiomalate digunakan dalam pengobatan artritis rheumatoid (diberikan secara suntikan intra-otot).<br />7. Isotop emas Au-198, (Waktu paro: 2,7 hari) digunakan dalam pengobatan kanker dan pengobatan penyakit lain.<br />8. Emas digunakan sebagai bahan pelapisan untuk membolehkan bahan biologi diperhatikan di bawah skan mikroskop elektron.<br />9. Banyak pertandingan dan penganugerahan, seperti Olimpiade dan Anugerah Nobel, pemenangnya akan meraih medali emas (manakala perak diberikan kepada pemenang kedua, dan perunggu kepada yang ketiga).<br /><br />G. Bahaya Emas<br />Badan manusia tidak dapat menyerap logam ini dengan baik dan senyawa emas kebiasaannya tidak begitu beracun. Namun dilaporkan lebih 50% penderita artritis yang dirawat dengan obat yang mengandungi emas mengalami kerusakan hati dan ginjal. </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kimia-anorganik-unsur-au.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-04T02:32:00-07:00">02:32</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=6332568229144901497" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=6332568229144901497" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/Kimia%20Anorganik%20-%20Unsur%20Au" rel="tag">Kimia Anorganik - Unsur Au</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="365292179582406739"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html">Metode Elektro Analisis</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> Judul : Titrasi Potensiometri<br />Tujuan : Untuk Menentukan Titik Akhir Titrasi<br />Hari dan Tanggal Percobaan : Selasa 13 Mei 2008<br />Selesai Percobaan : Selasa 13 Mei 2008<br /><br />Tinjauan Pustaka:<br />Salah satu penerapan potensiometri langsung adalah untuk mengetahui pH larutan. Istilah pH didefinisikan oleh Sorensen dalam tahun 1909 sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. Pada masa dewasa ini, diketahui bahwa emf sel galvani yang digunakan untuk mengukur pH labih bergantung pada aktifitas ion hidrogen daripada konsentrasinya. Sehingga pH dapat didefinisikan sebagai:<br />pH = -log aH+<br />Definisi ini dapat diterima dari segi teoritis, namun kuantitasnya tidak dapat diukur secara eksperimental.<br />Kuantitas yang diukur secara potensiometris sebenarnya bukanlah konsentrasi dan bukan pula aktivitas ion hidrogen. Oleh karena itu, lebih baik untuk mendefinisikan pH dalam emf sel yang digunakan untuk pengukuran itu. Misalnya diandaikan bahwa sel semacam itu terdiri dari elektroda pembanding yang sesuai yang dihubungkan oleh jembatan garam menuju larutan yang akan dukur pH-nya, jika dicelupkan elektroda hidrogen maka:<br />Mengacu ││H+ (x M) │H2, Pt<br />Persamaan yang menghubungkan potensial ini dengan pH adalah:<br />E = Erel – 0,059pH<br />Sebenarnya dalam persamaan ini ada besaran Ej, yaitu potensial pertemuan-cairan yang mungkin harganya sangat kecil bila jembatan garamnya tepat, namun harganya tidaklah nol. Jadi persamaan itu seharusnya adalah:<br />E = Eref – 0,059pH + Ej<br />Dengan Eref adalah potensial elektroda pembanding. Bila Eref + Ej disebut k, persamaan ini menjadi:<br />E = k – 0,059 pH<br />Atau<br />pH =<br />Dalam titrasi potensiometri, titik akhir dideteksi dengan menetapkan volume saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Metode ini dapat digunakan untuk semua reaksi yang digunakan untuk tujuan titrimetri, misalnya asam-basa, redoks, pengendapan dan pembentukan kompleks. Dipilih elektroda indikator yang tepat, suatu elektroda pembanding seperti kalomel untuk melengkapi sel.<br />Dalam metode titrasi potensiometrik, potensial diukur setelah penambahan tiap tetes berturutan dari titran, dan pembacaan yang diperoleh dijadikan grafik bersama volume titran untuk memperoleh kurva titrasi seperti yang ditunjukkan pada gambar (a):<br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar (b) menunjukkan suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi, yakni berubahnya potensial dengan berubahnya volumr (ΔE/ΔV) lawan volume titran. Kurva yang diperoleh meningkat ke maksimum pada titik kesetaraan. Volume pada titik kesetaraan ditetapkan dengan menarik garis vertikal dari puncak ke sumbu volume. Tentu saja masih ada suatu ketidakpastian dalam mencari letak yang eksak pada puncak kurva tersebut. Makin dapat lengkap reaksi itu, makin tajam puncak itu, dan karenanya makin akurat lokasi titik kesetaraannya.<br />Gambar (c) menunjukkan suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva titrasi (Δ2E/ΔV2) lawan volume titran. Pada titik dimana lereng ΔE/ΔV mencapai maksimum turunan arah lereng itu adalah nol. Titik akhir dicari letaknya dengan menarik garis vertikal pada (Δ2E/ΔV2) adalah nol ke sumbu volume. Bagian dari kurva yang menghubungkan nilai maksimum dan minimum Δ2E/ΔV2 makin curam, dengan makin dapat lengkapnya reaksi titransi itu.<br /><br />Cara Kerja :<br />1. Nyalakan alat pH meter selama 15 menit untuk pemanasan.<br />2. Memipet NaOH 0,1 N sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer.<br />3. Mengukur pH NaOH 0,1 N 25 ml.<br />4. Mentitrasi NaOH 0,1 N dengan HCl @ 1 ml kemudian diaduk dengan magnetik stirer sampai penambahan HCl 30 ml.<br />5. Tiap penambahan HCl dicatat pH larutan yang diperoleh.<br />6. Membuat grafik E vs V ml NaOH, ΔE/ΔV vs V NaOH dan Δ2E/ΔV2 vs V HCl.<br />Hasil Pengamatan:<br /><br />No. Penambahan HCl (ml) pH larutan<br />1 0 11,39<br />2 1 11,31<br />3 2 11,23<br />4 3 11,17<br />5 4 11,10<br />6 5 11,01<br />7 6 10,97<br />8 7 10,94<br />9 8 10,89<br />10 9 10,85<br />11 10 10,82<br />12 11 10,78<br />13 12 10,74<br />14 13 10,69<br />15 14 10,66<br />16 15 10,61<br />17 16 10,57<br />18 17 10,53<br />19 18 10,48<br />20 19 10,43<br />21 20 10,39<br />22 21 10,36<br />23 22 10,28<br />24 23 10,25<br />25 24 9,27<br />26 25 9,13<br />27 26 9,03<br />28 27 8,94<br />29 28 8,92<br />30 29 8,89<br />31 30 8,86<br /><br />Analisis Data:<br />Dengan Menggunakan rumus E = k – 0,059 pH dan memasukkan harga k = 1 maka diperoleh data sebagai berikut:<br />No. Penambahan HCl (ml) E (mV) ΔE/ΔV (ml) Δ2E/ΔV2<br />1 0 0,32799<br />2 1 0,33271 0,00472<br />3 2 0,33743 0,00472 -1,11022E-16<br />4 3 0,34097 0,00354 -0,00118<br />5 4 0,3451 0,00413 0,00059<br />6 5 0,35041 0,00531 0,00118<br />7 6 0,35277 0,00236 -0,00295<br />8 7 0,35454 0,00177 -0,00059<br />9 8 0,35749 0,00295 0,00118<br />10 9 0,35985 0,00236 -0,00059<br />11 10 0,36162 0,00177 -0,00059<br />12 11 0,36398 0,00236 0,00059<br />13 12 0,36634 0,00236 -1,11022E-16<br />14 13 0,36929 0,00295 0,00059<br />15 14 0,37106 0,00177 -0,00118<br />16 15 0,37401 0,00295 0,00118<br />17 16 0,37637 0,00236 -0,00059<br />18 17 0,37873 0,00236 2,22045E-16<br />19 18 0,38168 0,00295 0,00059<br />20 19 0,38463 0,00295 1,11022E-16<br />21 20 0,38699 0,00236 -0,00059<br />22 21 0,38876 0,00177 -0,00059<br />23 22 0,39348 0,00472 0,00295<br />24 23 0,39525 0,00177 -0,00295<br />25 24 0,45307 0,05782 0,05605<br />26 25 0,46133 0,00826 -0,04956<br />27 26 0,46723 0,0059 -0,00236<br />28 27 0,47254 0,00531 -0,00059<br />29 28 0,47372 0,00118 -0,00413<br />30 29 0,47549 0,00177<br />31 30 0,47726<br /><br />Dari data diatas, maka didapat grafik sebagai berikut:<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Dari kurva titrasi Δ2E/ΔV2 vs V HCl diketahui bahwa Veq adalah 24,5 ml. Sedangkan berat NaOH dalam sampel dapat diperoleh dengan:<br /><br />N NaOH = M NaOH<br /> M NaOH = 0,1<br /> Jadi berat NaOH dalam sample adalah 100 mg.<br /><br />Kesimpulan:<br />1. Veq HCl adalah 24,5 ml.<br />2. Berat NaOH dalam sample adalah 100 mg.<br />Daftar Pustaka:<br /><br />Khopkar, 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.<br />Underwood, A. L. Dan Day, R. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif edisi ke-4. Jakarta: Erlangga </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-04T02:30:00-07:00">02:30</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=365292179582406739" onclick="">1 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=365292179582406739" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/Metode%20Elektro%20Analisis" rel="tag">Metode Elektro Analisis</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="2941088621861808950"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/wisata-kuliner.html">wisata kuliner</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> Tempat Maem enak di surabaya<br /><br />AYAM/BEBEK<br />><br />> - Ayambakar De Mii,<br />> Di Jl. Jemur Ngawinan II no.2A. Tempat yang satu ini sich boleh<br />> dibilng home resto abis pemiliknya Friendly abis. harganya juga<br />> relatif murah bener dech atau kalo loe mo telp. bisa juga di<br />> (031)8411993<br />><br />> - Ayam Goreng Priangan,<br />> Jalan Karang Menjangan seberang Sekolah Perawat Dr. Soetomo.<br />><br />> - Ayam Bakar Wong Solo,<br />> Di Mayjen Sungkono, sebrang TMP<br />><br />> - AYAM/BEBEK GORENG/BAKAR ANUGERAH,<br />> Jl. Raya Dukuh Kupang, yang jualan Ayam/Bebek Goreng/Bakar.<br />><br />> - Ayam Penyet Bu Kris,<br />> Di Kl.Tenggilis Utara no.1, Selain di-Tenggilis,dia juga buka di<br />> manyar persis di gang depan Gramedia samsat. Tenggilis buka dari jam<br />> 10 pagi sampe<br />> 8 malem. Manyar buka dari jam 7 pagi sampe 4 sore. Pokoknya, dijamin<br />> keringetan, deh!<br />><br />> - "OEN" Ayam Goreng Philipina & Sate kelinci Philipina, Jl.Kali<br />> Kepiting, 031 - 3895305, yang jualan Ayam NIRON. Katanya sih, ...Ayam<br />> NIRON, ngga lain adalah ayam goreng, asalnya Philipina, tapi bumbunya<br />> pas banget dengan lidah Indonesia, Suroboyo khususnya. Ayamnya ayam<br />> kampung. Enak pokoknya!!! Harganya perekor Rp.30.000,00 Cobain aja,<br />> hubungin Tante OEN, untuk delivery. Sayangnya, cuma bisa delivery!<br />><br />> - Ayam Goreng Prima,<br />> Di Raya Mulyosari, yang jualan ayam goreng, babat-paru, usus, cumi-cumi.<br />> Buka cabang di Galaxy Mall juga. servicenya cepet, terutama kalo pas<br />> jajan di situ lagi gak ada orang. Harga terjangkau, apalagi kalo yang<br />> bayar lima orang, padahal yang makan cuma dua<br />><br />> - Ayam Goreng Suharti,<br />> Jl. Raya Gubeng (tikungan dari pasar Keputeran, depannya jalan<br />> Sumatra), Buka setiap hari kecuali hari libur / besar<br />><br />> - Ayam goreng Kayu Tangan,<br />> Jl. Bratang Gede, Surabaya, Katanya sih, ...Rasanya khas dan empuk,<br />> bisa dimakan dengan tulangnya.<br />><br />> - Ayam goreng Sri Ratu,<br />> di Ngagel Jaya Selatan, tepatnya dibelakang halaman parkir supermarket<br />> Bilka.<br />><br />> - Ayam goreng Pak Djo,<br />> di Jalan Darmawangsa, dekat jalan Srikana., Tersedia juga gudeg jogja,<br />> opor ayam, pecel dll. Harga sangat terjangkau.<br />><br />> - Ayam goreng Lestari,<br />> di Jalan Baratajaya XIX/27,<br />><br />> - Happy Suzy,<br />> letaknya di jalan diponegoro setelah RKZ<br />><br />> - Ayam Goreng depan TVRI,<br />> Katanya sih, ...tempatnya didepan tvri and alfa,tempatnya sih<br />> dipinggiran gitu tp yg makan banyak bgt,selain ayam gorengnya yg enak<br />> sambelnya juga enak bgt<br />><br />> - Ayam Goreng Solo Asli,<br />> Jl. Raya Nginden kearah selatan., Yang jualan ayam goreng, burung dara<br />> goreng, ceker bumbu pedas, gurame goreng, dll. Katanya sih,<br />> ...Masakannya enak terutama ceker bumbu pedasnya, tempatnya ber-AC,<br />> harga tidak terlalu mahal<br />><br />> - Warung Bebek Goreng,<br />> Jl. Yos Sudarso, Tempatnya di pinggir jalan. Jadi kalo pas makan sama<br />> liat mobil. Tempatnya lesehan. banyak anak nongkrong disana. Kalo<br />> tambah malam tambah rame. apalagi malam minggu.wah..gak kebagian<br />> tempat. Nggak rugi kok kalo kesitu.<br />><br />> - Bebek Goreng depan IDI,<br />> tempatnya didepan gedung IDI di jalan dharmawangsa.<br />><br />> - Bebek HT,<br />> di Jl. Karang Empat Besar, Bebeknya Oke !!! Empuk banget, kayak dipresto.<br />> Kalo datang kesitu jam 7 malam keatas, kemungkinan bagian tubuh si<br />> bebek udah nggak lengkap lagi. Maksudnya, kalo kamu suka dada or paha<br />> or jerohan, mendingan dateng agak sorean.<br />><br />> - Bebek goreng KM, di Jalan Karangmenjangan, Rasanya enak meresap<br />> sampai lapisan paling dalam. Dimakan dengan nasi panas dan sambal,<br />> wow.. enak tenan<br />><br />> - Bebek Goreng/Bakar Pajajaran, di Jl. Polisi Istimewa, Walau agak<br />> mahal untuk masalah harga, tetapi jika dilihat dari nilai kepuasan,<br />> masih termasuk murah koq. Bagi pasangan kekasih, bisa beli 1 porsi<br />> untuk berdua, jadi kelihatan lebih romantis, hahaha<br />><br />><br />> - Warung Bebek Goreng, di Jl.Siwalankerto Timur I Sebelah kiri jalan<br />> (one way), Katanya sih, ...Bebek goreng, dengan bumbu yang enek, empuk<br />> murah lagi. Terutama bagi yang kost budgednya cocoklah buat kamu-kamu<br />> para kosters, coba deh...<br />><br />> - Nasi Bebek Cak Yudi, di Perak, deket lapangan tenis belakang pom<br />> bensin Perak Utara., Yang jualan Bebek goreng dengan sambel pencitnya<br />> yang....hmmmmmhmmmmhmmmmmmm. Pokoknya kalo belom ngerasain nasi bebek<br />> cak Yudi berarti blom pernah ke surabaya... Bebeknya enak, gurih......<br />> Nasinya anget dan pulen dikasih minyak sedikit<br />> dan...sambel-pencit-mudanya yang pedes-pedes enak<br />> .......nyam...nyam.... Harganya relatif sih, soalnya rasanya enak banget.<br />> Oya...bukanya mulai sore, tapi kalo ga mau keabisan, mendingan<br />> datengnya agak sorean (jam 4 - 1/2 5-an). Tempatnya ga gede sih,<br />> mending dibungkus pulang, tapi bukannya semakin kecil, semakin panas,<br />> semakin bergairah untuk makan???<br />><br />> - Bebek Goreng KDR<br />> di depan Telkom JL.Kendangsari,- Bebek Goreng Papin, Dekat pertigaan<br />> Undaan Wetan Kalianyar, Harga sedikit di atas rata-rata kaki lima<br />> 5000-7500 per potong (tapi potongannya gede-gede khok). Yang agas<br />> susah cari parkir mobil...abis persis di pertigaan. Buka jam 17.00<br />> sampe nggak tahu kalo jam sembilan abis ya nggak dapat. tapi yang jelas nggak sampe 12.00.<br />><br />> - Bebek Doa Ibu,<br />> di Jl. Nginden Semolo, seberang kantor kecamatan Sukolilo.Warungnya<br />> cuma tenda sederhana, menyediakan bebek, ayam, tempe penyet, pecel<br />> lele dan berbagai ikan bakar.<br />><br />> - Bebek Goreng Barokah,<br />> di Depan BCA Kayun - Jln. Kayun, Jualan siang doank! awas yang jual galak...<br />> kalo yang beli cowok pasti dicuekin! kalo yang beli cewek... apalagi<br />> dandan abis pasti diduluin ... jadi rada2 genit gitu!<br />><br />> - Nasi Bebek Tembaan, lokasi di Tugu Pahlawan Sby. Dari arah<br />> Jl.Bubutan, terus ke kanan sampai perempatan Tugu Pahlawan, belok<br />> kekanan. Tapi harus muter balik di depan Tristar Pasar Besar, karena<br />> lokasinya juga dikanan jalan. Paling gampang lewat Jl.Jagalan, lurus<br />> Pasar Besar, setelah lampu merah itulah tempatnya. Bukanya malam hari<br />> +- 18.00 sd 21.00<br />><br />> - Bebek CJDW,<br />> di Delta Permai... deket kampus UBAYA, tenggilis mejoyo blok KH klo ga<br />> salah Trus di depannya jg ada... tapi lupa namanya, bebeknya lebih<br />> kecil, tapi rame jg koq. maklum deket kampus<br />><br />> - Bebek goreng sambel pencit.<br />> Lokasi samping ARLISA jalan Urip Sumoharjo alias keputran<br />><br />><br />> BAKWAN/ BAKSO/SIOMAY/BATAGOR/MI PANGSIT<br />><br />> - Bakwan Kapasari, di Pasar Atom / Ngagel, Bakwan dan kasarnya enak,<br />> ususnya empuk dan gurih, juga gorengannya. Dan yg lebih lagi, banyak<br />> vitamin mata berkeliaran :P<br />><br />><br />> - Bakwan Perak<br />> Kalo kamu sempet jalan2 di daerah perak, cobain aja bakwan di ujung<br />> jalan ikan lumba-lumba (arah ke jalan demak), dekat pura<br />> jagadkarana,ada kasar, alus,siomay ama gorengan enuakkk BNGT, trus<br />> pake minumnya es sirsat, klo mau coba lainnya ada nasi goreng yg jual<br />> dorongan di seberangnya, namanya pak Djo, mie kuahnya enak jg lo,mereka jualnya mulai jam 18.00-22.00. coba yaa..<br />><br />> - Bakso Pak Kus,<br />> Tempatnya di emperan depan gereja GKI di residen Sudirman, atau<br />> dekat-dekat gereja Kristus Raja.<br />><br />> - Bakso Pak Jo,<br />> di Komplek Tompotika (Manyar), Bakso Pak Jo tuh enak deh... apalagi<br />> bakso uratnya sama es degan nangkanya... wah seger. Tapi jangan pas<br />> bubaran Petra, ngantri deh.<br />><br />> - Bakso Seger,<br />> di Depan Pasar Genteng. Bakso ini juga uenak... Gorengannya juga enak.<br />> Pesan aja bakso pakai sumsum dan tetelan. Buka malam jam 6.30. Kalau<br />> siang ada cabang lain di dekat sekolah Dapena, tapi jangan beli disitu<br />> soalnya dekat tempat sampah (bau deh..). Nah, cabang lain yang buka<br />> hanya siang ada di depat SD Aletheia di jalan tembok dukuh.<br />><br />> - Bakso Pak Ateng,<br />> di Jl Kepanjen depan gereja, rugi dech k'lo gak cobain....<br />><br />> - Bakso Barokah,<br />> di sekitar Ruko Wisma Menanggal, Rasanya dijamin enak banget deh, dan<br />> yang penting bikin kenyang, apalagi pesennya komplit pake es-nya. syaik banget.<br />> dan harganya cucok buat anak muda. cobain yach. bikin ketagihan.<br />><br />> - Mie Pangsit Palapa,<br />> di depannya toko swalayan Palapa Jl. Adityawarman dan agak kekiri<br />> (Kutai) Meskipun kecil dan sederhana, tetapi makananya enak lho (yg<br />> paling terkenal mie pangsitnya) dan bersih kok.<br />><br />> - Mie Jembatan Merah,<br />> di Pojokan Jembatan Merah (Depan JMP) + JMP lt. 4 (Sebelah KFC), Mie<br />> kuah dengan aneka ragam lauk pilihan menanti di situ. Warung boleh di<br />> pinggir jalan, tapi pengunjungnya rata - rata bermobil. Dengan pilihan<br />> lauk ayam, daging sapi, babat, urat, dan pangsit, pasti bikin kamu<br />> ketagihan. Harganya nggak mahal - mahal banget. Seporsi rata - rata<br />> enam ribu. Jangan tertipu. Mie Jembatan Merah tidak buka cabang selain<br />> yang aku sebutkan diatas.<br />><br />> - Bakwan Istara ( P. Sodiq ),<br />> di Jl Panglima Sudirman( deket wisma tiara )<br />><br />> - Bakso P.Sabar,<br />> di Jalan Menur sisi deketnya WAPO Airlangga, Kalo pengen bakso dengan<br />> kesan lain, dateng aja ke situ. Ada gorengan yang keras sebesar<br />> kelereng. Trus kuah yang agak bening tapi ueeanakk. Ditambah bakso<br />> kasar yang nyaman di lidah. Gak rugi deh.<br />><br />> - Bakso Solo Jalan Nias,<br />> di Jalan Nias Deket Pertigaan Rel KA.<br />><br />> - Bakso Kulit,<br />> di Jalan Kedung Cowek Selatan SLTPN 15, Rasanya enak en murah.<br />> Kulitnya bukan bentuk rambak gorengan, tapi kulit basah. Jadi, kalo<br />> pengen sensasi rasa yang lain, cobain aja kesana. Jauhan dikit khan gak pa - pa.<br />><br />> - Pangsit Mie,<br />> di Jalan Jimerto Surabaya, Bentuk tempat jualannya seperti kaki lima,<br />> tepat di sebelah kantor dinas walikotamadya surabaya. Jam sembilan<br />> pagi udah buka, tapi sayangnya jam dua belas aja udah habis mie-nya, karena saking larisnya.<br />><br />> - Bakso Kalidami<br />> Di kawasan Jl. Kalidami Dekat Taman Prestasi, terkenal sejak '80-an<br />><br />> - Bakso Solo Jolotundo,<br />> Di Jl. Jolotundo. Rasanya enak,gurih, racikan bumbunya pas banget!!!<br />><br />> - Bakmi Keriting Manalagi,<br />> di Jl. Kapas Krampung kalau dari arah kota setelah stadiun ketemu<br />> pasar kapas krampung nah dia satu deret dengan pasar tapi agak diujung<br />> hampir sampai yang mau belok kearah kenjeran., Makanannya : Bakmi<br />> Keriting Siantar, tersedia yang halal maupun yang tidak, enaknya<br />> jangan dibilang lagi deh.<br />><br />> - Bakso Unyil,<br />> di Jl. Kanginan (depannya rumah yang pagarnya hijau), Bakso enak,<br />> pentolnya besar-besar, gorengnya renyah, kuahnya lezat. minumanya<br />> macem-macem ada es jeruk, es degan, es teh, dll. buka mulai jam 12<br />> siang sampe sore jam 5.<br />> Dijamin halal.<br />><br />> - Bakso Bu Etik SMA 2,<br />> di Jl. Wijayakusuma depan lapangan basket SMA 2 persis.Bakso yg dijual<br />> di tempat itu enak banget. Lengkap sama jerohan buat yg doyan. Tapi<br />> mesti inget, minuman yg tersedia cuma minuman botol aja. Bukanya dari<br />> jam 09 pagi sampe sore ( tergantung abisnya ). Tapi kalo jadwal<br />> sekolah libur dia ikutan libur juga.<br />><br />> - Pangsit Kutisari,<br />> di pertigaan kutisari di depan telkom, sebelah kantor pos, Kalo belom<br />> laper jangan berani-berani maem mie disana, sebab selain enak juga<br />> porsinya itu lho yang Walaupun harganya relatif lebih mahal<br />> dibandingkan makanan sejenis sekelas PK5 yang ada di surabaya, tapi<br />> kualitas dan kuantitas mie disana....BOLEH JAMIN.<br />><br />> - Mie Ayam 'Pengampon',<br />> di Depan kampung Pengampon Gg. VI, Katanya sih, ...Mie-nya luar biasa,<br />> dijamin tidak membuat kembung orang yang punya penyakit maag. Jam buka<br />> dari jam 08.00 sampai jam 15.00.<br />><br />> - Bakso Pak San (SMP STELMA),<br />> di Jl.Tembaan SMP STELMA samping<br />><br />> - Bakso Anda,<br />> di Jl. Gayungan PTT, Bakso Anda, basone arek Gayungsari dan<br />> sekitare....buka cabang di Medokan Ayu Rungkut deket Kampus UPN.<br />> Gado-gadonya juga enak.<br />><br />> - Baso Citra Ngagel,<br />> Warung tenda di dekat kampus UBAYA Ngagel, tepatnya mungkin di<br />> perempatan Jl.Ngagel Wasana 1 dan Jl. Ngagel Jaya Tengah, sejalan<br />> dengan kampus STTS.<br />><br />> - Pangsit Mie Rungkut Mapan,<br />> di Tempatnya Seberang Mesjid di Griya Mapan Sntosa dekat<br />> YAKAYA-SUPERINDO., Tiap hari rame apalagi hari sabtu malam...<br />> tapi saya lupa ada hari tertentu dia tutup.<br />><br />> - Bakso Taman Bungkul,<br />> Tempatnya ada di Taman Bungkul pake gerobak gitu tempatnya rame bgt,<br />> baksonya gede rasanya dijamin enak deh.<br />><br />> - Bakwan Jagalan<br />> Bakwan Jagalan, tempatnya kira-kira 150 meter dari jembatan kali<br />> peneleh..kalo terus ke tugu pahlawan kalo kekiri ke jalan<br />> peneleh..tempatnya dari jln.jagalan di sebelah kiri jalan..kalo kurang<br />> jelas tanya sama orang disana..pasti tahu..tempatnya ramai.<br />><br />> - Bakso SMP 6,<br />> di Jln.Jawa (Depannya SMP 6), Busyet nih bakwan enak banget ada<br />> tambahan kriwil-kriwilnya gorengan..'n ambilnya boleh sepuasnya, esnya<br />> juga macem-macem...harganya ga mahal,lagian buat alumni SMP 6 pasti<br />> bisa reuni,..soalnya anak lama banyak yg sering nongkrong.<br />><br />> - Bakwan 'Santun',<br />> di Jl. Rungkut Asri, arah dari kantor kecamatan Rungkut menuju ke<br />> pertokoan Yakaya, sebelah kiri jalan.<br />><br />> - Bakwan Dempo,<br />> di Jalan Dempo, Ada dua tempat, bersebelahan. Dua-duanya enak. Satu<br />> lagi di HR Muhammad di ruko sebelah Bank Danamon.<br />><br />> - Bakwan Petra Manyar,<br />> di Dekat sekolah Petra Manyar.<br />><br />> - Siomay/Batagor Budi Mulia,<br />> di Jl.Gubeng depan RS.Budi Mulia, Yang jualan sich asli sunda. tapi<br />> sore hari aja datengnya atau pas abis maghrib. abis rame banget sich.<br />><br />> - Batagor Dinar,<br />> di Jl. Majapahit seberang jalan Doho, tepat di sebelah kanan pintu<br />> gerbang belakang SMUK St. Louis I, yang jualan batagor,siomay,bubur<br />> ayam asli Bandung.<br />><br />> - Batagor Nginden Intan,<br />> di Jl. Nginden Intan Raya, Buka-nya sore hari, selain batagor juga<br />> dijual bermacam-macam makanan yang lain.<br />><br />> - Batagor Manyar<br />> di Jl. Raya Manyar (depan Ruko Manyar Jaya), Kalo mo kebagian batagor<br />> lengkap, datang aja sekitar jam 6:00 malam, soalnya diatas itu pasti<br />> ngantri... tapi, tetap kebagian kawan.<br />><br />> - Klampis Ngasem Raya,<br />> di Jl. Klampis Ngasem Raya No. 63, Yang jual lucu dan edan, dan yang<br />> pasti baksonya enak bangettt.<br />><br />> - Batagor,siomay, pempek,<br />> di Jl Ngagel deketnya makam pahlawan,<br />><br />> - Depot Kanaan,<br />> di Tenggilis Mejoyo K-1 Surabaya,<br />><br />> - Pangsit Mie Gajahmada<br />> di pelataran parkir bioskop purnama di seberang hotel pinang inn<br />><br />> BUBUR AYAM<br />><br />> - Bubur Ayam depan dokter gigi Taman Surya, di Taman Surya, Buburnya<br />> enak, en cuman buka saban hari Minggu. Jadi kalo abis jalan - jalan<br />> pagi or olahraga di Taman Surya, kalian bisa mampir disana. Cuman 2500<br />> seporsi. Nggak cuman bubur, rawon juga ada.<br />><br />> - Bubur Ayam Manyar,<br />> di Jl. Manyar depan terminal Bratang.<br />><br />> - Bubur Ayam Surya,<br />> cabangnya banyak di beberapa sudut kota Surabaya<br />><br />> - Bubur Ayam 55,<br />> di daerah manyar.deket banget ama Bonnet n temat kursus inggris Tiora,<br />><br />> LONTONG BALAP<br />><br />> - Lontong Balap Rajawali,<br />> di Jl. Rajawali, tepatnya di seberang Bank Eksekutif.<br />><br />> - Lontong Balap Garuda<br />> di Jl.Kranggan (depan bioskop garuda),<br />><br />> - Warung lontong balap,<br />> di Jl. Kepanjen, Depan SMPN 2 Surabaya disebelah warung sayang anak<br />> (cabang nasi bebek cak Yudi, Perak), buka mulai jam 09.00-15.00, ini<br />> patut dicoba loh.<br />><br />> - Lontong Balap Kertajaya<br />> Dari Jl Raya Gubeng Kertajaya masuk ke gang XV sekitar 150 an meter,<br />> tempatnya di sebelah kanan mepet dengan sungai. Bukanya siang hari<br />> sekitar pukul 10 an.<br />> Karena terlalu banyak pembeli, maka biasanya sekitar pukul 13:00<br />> barang dagangannya sudah habis.<br />><br />> - Lontong Balap Patua<br />> di Jl. Patua, depan STM Negeri 1, Buka tiap hari mulai pagi sampe<br />> abis. dan harganya amat sangat murah.Setelah kenyang bisa jalan2 liat<br />> ikan hias, ato mau ngelas maupun ngejahitin kain2 yg sobek<br />><br />> - Lontong Balap RIA,<br />> di Pusat Jajan Ria Surabaya,<br />><br />> - Lontong Balap Raya Gubeng,<br />> di Tempatnya di Jl. Raya Gubeng sampingnya Bank BNI,<br />><br />><br />> TAHU TEK/GADO-GADO/PECEL/RUJAK<br />><br />> - Tahu Tek-Tek pak Ali,<br />> di Jl. Dinoyo dekat jembatan BAT seberang toko roti dan pujasera,<br />> Konon ini tahu tek-tek yang paling enak di Surabaya. Petisnya berani,<br />> berat dan mantap. Bahkan Katon saja suka kesana. Saya agak lupa nama<br />> warungnya kalau nggak salah Tahu Tek-Tek pak Ali.<br />><br />> - Pecel Ketabang,<br />> di Jl. Ketabang Kali belakang Plaza Sby,<br />><br />> - Warung Rujak & Gado - Gado Buk Mariyati, di Jalan Jolotundo. Ukuran<br />> porsi buesaarr, so kalo perutnya nggak gede - gede amat, or buat para<br />> ce, mending ngajak temen or dibungkus. Buka jam 11-an, en sekitar jam<br />> 3 udah abis. Kalo Sabtu en Minggu siang nggak usah kesana diatas jam<br />> 1, dijamin kehabisan kalo tetep nekat.<br />><br />> - Pecel Bu Kus,<br />> di Jl.Bratang (dekat Hotel Narita), persisnya pas belokan.<br />><br />> - Pecel Tapaksiring,<br />> di Lapangan tenis PJKA Jl. Tapaksiring, Warung ini agak menyalahi<br />> pakem, penjualnya orang madura. Biasanya orang madura kalau berjualan<br />> makanan seperti soto daging, sate ayam dan bubur madura. Tapi ini agak<br />> lain, perlu dicoba. Rasanya khas dan nggak kalah dengan masakan orang<br />> jawa, yang katanya pemilik masakan pecel.<br />><br />> - Pecel Pandigiling,<br />> di Jl. Pandigiling, Kalo mau pecel yg LAEN DARIPADA YG LAEN, langsung<br />> aja ke Pandegiling. pas di depan losmen purnama. atau tanya aja sama orang2 disitu.<br />> pasti asyiiikkk dah. pedes acik. ssssssshhhh nyam...nyam... kenyang poll.<br />> abis satu porsi aja normalnya buat berdua. saranku, beli bungkus saja.<br />> lebih banyak.<br />> dagingnya uenaaaakkk..nyam..bumbunya sedep.. nyam.. lalapannya seger.<br />> nyam..nyammmm<br />><br />> - Gado-gado Arjuno<br />> Yg ini pasti temen2 udah pada tau. abis udah terkenal sich. yg belum<br />> tau cari aja di jalan Arjuna yg agak deket sama pertigaan kedungdoro.<br />> ada depot kecil yg jualan gado-gado. bumbunya itu men, bikin air liur<br />> menetes. gado2 arjuna kan paling dikenal bumbunya yg sedap itu. cuma<br />> sayang... harganya cukup mahal. tapi mending bungkus deh, biar dapet lebih banyak.<br />><br />> - Rujak Cingur Wonocolo,<br />> di Jl. Wonocolo. P.Kulit,<br />><br />> - Pecel Madiun,<br />> di Jln. Dharmahusada, Pecelnya enak lho!!! bumbu 'n rempeyeknya asli<br />> resep madiun punya. harganya juga pas buat kantong siapa aja. biasanya<br />> buka jam 6 sore sampai habis.<br />><br />> - Pecel di Mitra Pusura,<br />> di Sego Pecel di bioskop Mitra dekat Balai Pemuda Pusura, Sego pecel<br />> sing uueeennak ket jamane Bioskop Mitra Balai Pemuda Pusura durung<br />> dibongkar gawe DPRD SBY.<br />><br />> - Gado-gado and Tahu campur Cak Ronny, di Jl. Bogowonto,depannya SMP<br />> Hang Tuah I, Bukanya senin-sabtu jam 10-15 wib, Gado-gadonya juga OK.<br />><br />> - Pecel Lele,<br />> di Jl. Arief Rahman Hakim, sebelah ring Selatan pintu masuk kampus ITS<br />> Surabaya, Di tempat tersebut pecel lele-nya terasa pas dan enak kalau<br />> yg meladeni cak Rosyid (sebenarnya rasa sambal-nya yg enak), asal<br />> bukan yg lainnya. Selain pecel lele ada juga bebek goreng & ayam<br />> goreng.<br />><br />> - Rujak Cingur Achmad Jais,<br />> di Jl. Achmad Jais, sebrang kali, ruko, Uenak Banget, Gus Dur,<br />> Megawati sering pesan rujak cingur dari tempat ini. Konon rujak ini<br />> sudah sampe ke belanda segala. Harganya sekitar 40rb/porsi. Harganya<br />> emang agak "edan", tapi kalo sekali-kali kan gak apa-apa. Tukang becak<br />> yang mangkal disekitar sana nyebut tempat ini "rujak cingur geblek",<br />> mungkin karena harganya...,but you must try...<br />><br />> NASI/MI GORENG<br />><br />> - Depot Aroma,<br />> di Jl. Raya Tenggilis sebelahnya persewaan buku Luki / seberangnya<br />> Mustika Ratu,<br />><br />> - Nasi Goreng Ondomohen,<br />> di Jl.Ondomohen terusannya jalan Walikota Mustajab<br />><br />> - Nasgor TP,<br />> di Jl Basuki Rahmat surabaya, Nasi goreng pake tepung. Tunjungan Plasa<br />> lantai emperan jam 10`00 malem ke atas sampai pagi lagi,<br />><br />> - Warung Pak Djo,<br />> di sebelah kampus Ubaya Tenggilis,<br />><br />> - Nasi Goreng Pattaya,<br />> di Keputih (Arif Rahman Hakim) sebelah Sakinah, Warungnya jualan<br />> makanan ala Thailand. yg paling enak NasGor Pattaya. nasgornya DIBUNGKUS ma telur dadar.<br />> penasaran kan? coba aja cicipin, pasti ketagihan.<br />><br />> - Depot Anda,<br />> di daerah Ketintang pojokan abisnya rel kereta api disebelah kanan jalan.<br />><br />> - Nasi Ayam Cak Jo,<br />> di di Jalan Embong Belimbing... abis ketemu restoran ria trus belok kiri..<br />> itu bagian pusat makanan.<br />><br />> - Cak TO"mie",<br />> di jl.Kayoon dan jl.Kombes.M.Duryat,<br />><br />> - Warung Nasgor Dharmahusada<br />> di Belakang POM Bensin Perempatan (ex. Bunderan)<br />> Dharmahusada-Kertajaya,<br />><br />> - Mie Remaja,<br />> di jl A Yani, daerah Injoko pertigaan jalan masuk mau ke gayung. nah<br />> di pojokan jalan itulah letaknya. yang dijual macem2 masakan cina<br />> muslim,<br />><br />><br />> NASI UDUK<br />><br />> - Nasi Uduk Remaja,<br />> di Jl. May. Sungkono buka cabang di Manyar (depan Bonet),<br />><br />> - Nasi Uduk A. Yani,<br />> di depan jalan raya A. Yani berdekatan dengan persewaan vcd, tampatnya<br />> itu kalo siang buat bengkel mobil sebelum belokan Injoko,<br />><br />> - Nasi Uduk Kebon Kacang,<br />> di HR Muhammad, yang jualan Nasi Uduk, ayam goreng, empal goreng,<br />> babat n jerohan lain2, udang dll..<br />><br />><br />> SATE/GULE<br />><br />> - Warung Sate P. Mat,<br />> di Jalan Bronggalan Sebelah Selatan Indomaret,<br />><br />> - Warung Bu Umi,<br />> di Rungkut samping kantor kecamatan arah ke perumahan YKP,<br />><br />> - Sate Gule Mat Bagong<br />> Kalo pas ke mesjid Agung di daerah Menanggal,Gayungsari dan<br />> sekitarnya.Ngga afdol kalo ngga mampir ke Warung sate dan Gule MAT<br />> BAGONG.Lokasinya persis di ruko Perumnas Menanggal (tepatnya di<br />> sebelah INDOMARET ).Bukanya dari jam 1700-2200(bukan apa2..abis jam<br />> 22.00 dagangan udah abis,jack!)<br />><br />> - Sate Ayam W.R. Supratman,<br />> di Jl. W.R.Supratman, Tempat ini sate ayamnya cukup terkenal, kalo<br />> kesana jangan malem-malem bakal kehabisan. Selain sate daging juga ada<br />> sate jeroan ayam, sate telur, dll....pokoknya sip dan yg pasti halal.<br />><br />> - Sate Daging Wak Yam,<br />> di Jl.Walikota Mustajab, Tempat ini menyediakan sate daging sapi, juga<br />> ada sate jeroan sapi, dan yang pasti sate daging sapi pake kelapa<br />> (orang surabaya bilang sate kelopo) rasanya siip banget...<br />><br />> - Depot Ampel,<br />> di Jl. Walikota Mustajab, Sedia semua makanan dari daging Kambing,<br />> mulai Sate Kambing, Sate Rudal (harus coba yang satu ini), Kambing<br />> Bakar (hmmmm), Kambing Oven, Gule, Roti Mariyam, Nasi Kebuli, semua<br />> khas timur tengah lah pokoknya.<br />> Dijamin kalo sudah sekali kesana pasti balik lagi.<br />><br />> - Warung Sate<br />> - 1.sate & gule kambing sebelah kimia farma dharmawangsa (depan<br />> rs.dr.sutomo), bukanya siang & malem.<br />> - 2. sate & gule kambing di sekitar kantor pos pucang, bukanya malem<br />> thok<br />> - 3. sate, tengkleng & gule kambing karmen, di jl.karangmenjangan,<br />> buka pagi-malem<br />> - 4. sate klopo daging sapi,di jalan undaan wetan, depan dealer suzuki<br />> undaan & counter ice cream cocofrio, bukanya cuma pagi-siang<br />> - Sate Banjar, sate ayam bumbunya warna merah.Untuk mencari sate yang<br />> satu ini memang beda, dalam hal rasa dan besarnya, harganya juga oke<br />> kok tempatnya ada di DELTA SARI INDAH RAYA, cari aja di depot SRI<br />> REJEKI<br />><br />> - Gule kikil sepanjang,<br />> di Gule kikil Sepanjang dekat Mesjid Jami' Pasar Sepanjang, Gule kikil<br />> sing paling uueennak dimasak nggango kuali tanah liat, api ne se' soko kayu.<br />> bukane sore.<br />><br />> - Sate Buntel Karangmenjangan,<br />> di Sate Buntel Karangmenjangan mburine Kamar mayat RS. DR. Sutomo,<br />> Kedung Tarukan Baru,<br />><br />> - Sate Kelopo Pasar Genteng,<br />> Sate kelopo Pasar genteng, sing Dodolan Ebese' Alm. Gombloh<br />> (penyanyi)....ning dicoba...uuueeeennnaakkk.<br />><br />> - Roti maryam & kare,<br />> di jl. KH. Mas Mansyur Ampel Kampung Seng, Suka makanan arabian yang<br />> zen dan ajib, silahkan coba ke roti maryam & kare di KH. Mas Mansyur<br />> kampung seng, buka abis Isya.<br />><br />> - Sate Pak Yek,<br />> di jl. Ngagel Rejo, Itu rumah, tapi kalo malam di sulap jadi rumah-warung.<br />> bukanya abis magrib, kalo malem dikit biasanya udah abis. disana<br />> menunya sih cuma nasi sate ama gule tapi kalo pingin lontong juga ada<br />> koq,<br />><br />> - Sate ayam GBT,<br />> di Pojokan Ngagel Jaya - Ngagel Jaya Tengah, tempatnya di bengkel GBT.<br />> Buka sore - malam., yang jualan sate ayam, sate brutu, sate jeroan.<br />><br />> - Dunia Sate,<br />> di di dekat perumahan Bukit Mas, Tempatnya strategis banget.<br />> Disebrangnya Carrefour. Jadi kalo abis selesai belanja, laper, bisa<br />> langsung nyebrang deh.<br />><br />> SOP / SOTO<br />><br />> - Soto Cak Nan,<br />> Soto yang enak en murah. Kalo Soto Pak Sadi bikin kamu nguras dompet,<br />> di sini dijamin nggak bakal sampe ninggal KTP. Bersih, poyah en jeruk<br />> nipis en sambel en kecap asin en kecap manis disediain di meja.<br />> Silakan kuras ampe abis, kalo kurang tinggal minta. Soto biasa (kagak<br />> pake jeroan).<br />><br />> - Soto Banjar Pal Satu,<br />> di Jalan Kedungdoro sebelah kanan jalan..., Kalo ke sana harus bawa<br />> uang receh abis banyak pengamen.<br />><br />> - Warung Coto Makassar,<br />> di Jalan Slamet, Cukup lezat en nikmat. Cuman sayangnya coto-nya kagak<br />> dikasih bumbu tambahan, kayak kecap asin, jeruk nipis, dan sejenisnya.<br />> Jadi, kita harus nambahin sendiri bahan - bahan itu yang disediain di<br />> meja.<br />><br />> - Soto Cak Man,<br />> di Jl. Simpang Dukuh, sebelah kanan jalan, Murah meriah, nggak bikin<br />> dompet jebol. Rasanya khas. Dulu Cak Man buka warungnya di Jl. Kenari,<br />> sekarang pindah ke Simpang Dukuh.<br />><br />> - Soto ayam Jl. Pahlawan,<br />> di Jalan Pahlawan sebelah bioskop Surabaya 21,<br />><br />> - Depot Sari,<br />> di Jalan Kembang Jepun ujung jembatan merah sebelah kanan jalan, Sop<br />> buntut-nya sangat spesial, sangat cocok untuk yang punya ataupun yang<br />> tidak punya gigi.<br />><br />> - Soto Ayam Top,<br />> di di sebelahnya pas supermarket Tops Mulyosari (Sekarang Hero)<br />><br />> - soto ayam Kertajaya,<br />> di jalan sebelah Gang Reog Kertajaya, Ihh gile..ternyata ada tempat<br />> makan soto yang bener-bener murah n enak di surabaya. Cobain deh pasti<br />> pada ketagihan.<br />> Udah<br />> murah, enak n koya-nya bisa ambil semau kamu.... Pokoknya gue cuma<br />> bisa ngerekomendasiin soto ayam kertajaya buat kamu-kamu yang pengen<br />> tau arti soto sesungguhnya (hehehehe). Jadi jangan bilang elo doyan<br />> soto ayam kalo belom ngerasain soto ayam kertajaya.<br />><br />> - Soto ayam Embong Malang,<br />> di Jl. Embong Malang, sebelah kanan jalan, seberang gedung Go<br />> skate.Rasanya sangat lain, tersedia lengkap dengan pernak-pernik soto<br />> ayam, asal mau datang lebih pagi. Siang sedikit sudah banyak yang<br />> habis. Harga terjangkau.<br />><br />> - Soto ayam Jalan Merak, di Jalan Merak sebelah kiri jalan, depan<br />> gedung HVA/PTP., Penyajiannya unik, poyah/bumbu-nya ada 2 macam. Perlu<br />> dicoba, harga sangat-sangat terjangkau.<br />><br />> - Sop Kaki Sapi Jemursari,<br />> di Raya Jemursari, Raya Jemursari kaki lima, depan klinik Jemursari Empat.<br />> Sop kaki sapi ini khas betawi. Makannya ditaburi emping dan bawang<br />> merah goreng plus pake acar. Macam isinya ada daging, sumsum, babat.<br />> Enggak begitu eneg, juga gurih dan enak. Sayangnya nasi putihnya<br />> terlalu keras, buat saya nih. Enak disantap pas panas buanget! Coba!<br />><br />> - Soto Mojopahit,<br />> di Pokoke di Jl. Mojopahit sebrangnya McD Darmo (bukan sebelahnya<br />> loh), masuk dikit ada warung oranye bertuliskan "Soto Ayam Adi Mirasa<br />> Lamongan",<br />><br />> - Soto Ayam Bratang Gede,<br />> di Soto Ayam Bratang Gede pas prapatan kali bratang gede, Soto ayam<br />> murah meraih dan UUUeeeeennnak....poya ne akeh...cocok nggawe arek kos-kosan.<br />><br />> - Soto Ayam Pak Pi'i & es campur,<br />> di Senin-Sabtu : depan sekolah Petra Jl.WR Supratman Minggu : depan<br />> Gereja Jl.Mojopahit, Sotonya enak, ayam kampung aseli. Es<br />> campurnya...nikmat sekaleee.<br />> Murah meriah tapi ditanggung puas<br />><br />> - Sop Kaki Kambing "Bang Oya",<br />> Tempatnya di jl. Kedungdoro depan bank mega disitu gak hanya sop kaki<br />> kambing tapi ada juga sop kaki sapinya...... jadi yg gak suka kambing<br />> bisa menikmati juga, gak kalah enaknya kok....<br />><br />> - Soto Ayam Pak Sadi,<br />> di jalan Ambengan, Spesialis soto ayam... ngetop banget. Apalagi yg<br />> namanya koyah... lu bisa ambil sepuasnya..<br />><br />> - Warung Soto Praban Pojok,<br />> di Tempatnya ada di ujung jalan Praban yang menuju ke Bubutan tepatnya<br />> dipojok perempatan Jl. Gemblongan, Jl. Genteng Kali, Jl. Tunjungan dan Jl.<br />> Praban.<br />> Jadi kalau yang ke Sby setelah belanja sepatu di Jl. Praban bisa<br />> mampir disitu.<br />> Buka dari pagi sampai malam.<br />><br />> - Soto Ayam Joni,<br />> di Jl. Sulawesi sebelum viaduct yg menuju ke Kertajaya.,<br />><br />> - Soto Penerangan,<br />> di Dept Penerangan AR Hakim (Depan ITATS), Jangan datang siang, Buka<br />> cuma pagi sampai siang. Koya sepuasnya. Harga standart gak sampai 5000<br />> udah sekalian minum. Rasanya...... Tak terlupakan<br />><br />> - Soto Ayam Rungkut,<br />> di Rungkut Industri 7 deket Kantor Pajak sebrang HM Sampoerna,<br />><br />> - Sop Kaki Sapi Cak Munir,<br />> di Raya Kupang Indah lurusannya Hotel Sommerset (dulu Hotel Mercure),<br />> Memang sih, cuman warung tenda, tapi rasanya enak n kita bisa milih<br />> isi sopnya, mau daging, jerohan, kikil, sumsum dll. Sate kambingnya juga enak, empuk.<br />> Bukanya<br />> habis maghrib sampe habis. Tapi biasanya jam 21.00 juga udah habis.<br />><br />> - Soto Madura Wachid<br />> Kalo mo nyari soto yg murah meriah tempatnya ada di jl.Tambah rejo<br />> sebelah barat Pasar Tambak rejo namanya Warung soto Wachid dijamin<br />> murah dan eunakkk...<br />><br />> - Soto Ayam Pak Djayus Manyar<br />> lokasinya seberang terminal bratang, jalan kembar...<br />><br />> - Soto Bangkong,<br />> dulu Jl.Kusumabangsa No.? (sederet THR) dan sekarang di sebelah<br />> Gramedia Manyar. </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/wisata-kuliner.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-04T02:20:00-07:00">02:20</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> <a class="comment-link" href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=2941088621861808950" onclick="">0 komentar</a> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=2941088621861808950" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/wisata%20kuliner" rel="tag">wisata kuliner</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> </div> </div></div> <!-- google_ad_section_end --> </div> <div class="blog-pager" id="blog-pager"> <span id="blog-pager-newer-link"> <a class="blog-pager-newer-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/" id="Blog1_blog-pager-newer-link" title=""> </a> </span> <a class="home-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/">Beranda</a> </div> <div class="blog-feeds"> <div class="feed-links"> Langgan: <a class="feed-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/posts/default" target="_blank" type="application/atom+xml">Entri (Atom)</a> </div> </div> </div></div> </div> <div id="sidebar-wrapper"> <div class="sidebar section" id="sidebar"><div class="widget LinkList" id="LinkList2"> <div class="widget-content"> <ul><li><a href="http://www.travian.co.id/">http://www.travian.co.id</a></li><li><a href="http://www.travian.com.my/">http://www.travian.com.my</a></li><li><a href="http://www.travian.com/">http://www.travian.com</a></li><li><a href="http://www.friendster.com/">http://www.friendster.com</a></li><li><a href="http://www.facebook.com/">http://www.facebook.com</a></li></ul> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=LinkList&widgetId=LinkList2&action=editWidget" onclick="'return" target="configLinkList2" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget LinkList" id="LinkList1"> <h2>blog</h2> <div class="widget-content"> <ul><li><a href="http://brown13zt.blogspot.com/">http://brown13zt.blogspot.com</a></li></ul> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=LinkList&widgetId=LinkList1&action=editWidget" onclick="'return" target="configLinkList1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget BlogArchive" id="BlogArchive1"> <h2>Arsip Blog</h2> <div class="widget-content"> <div id="ArchiveList"> <div id="BlogArchive1_ArchiveList"> <ul class="hierarchy"><li class="archivedate expanded"> <a class="toggle" href="javascript:void(0)"> <span class="zippy toggle-open">▼ </span> </a> <a class="post-count-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search?updated-min=2008-01-01T00%3A00%3A00-08%3A00&updated-max=2009-01-01T00%3A00%3A00-08%3A00&max-results=9">2008</a> <span class="post-count" dir="ltr">(9)</span> <ul class="hierarchy"><li class="archivedate expanded"> <a class="toggle" href="javascript:void(0)"> <span class="zippy toggle-open">▼ </span> </a> <a class="post-count-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008_06_01_archive.html">Juni</a> <span class="post-count" dir="ltr">(9)</span> <ul class="posts"><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teh-cegah-gigi-berlubang.html">Teh Cegah Gigi Berlubang</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/makanan-untuk-perlindungan-mata.html">MAKANAN UNTUK PERLINDUNGAN MATA</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html">teknik bercinta ala sun ji(china)</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kesehatan-kulit.html">Kesehatan Kulit</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/tip-melawan-depresi-tanpa-obat.html">Tip melawan depresi tanpa obat antidepresan</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kjeldahl-standard-operating-procedure.html">Kjeldahl Standard Operating Procedure</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kimia-anorganik-unsur-au.html">Kimia Anorganik - Unsur Au</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html">Metode Elektro Analisis</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/wisata-kuliner.html">wisata kuliner</a></li></ul> </li></ul> </li></ul> </div> </div> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=editWidget" onclick="'return" target="configBlogArchive1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget Profile" id="Profile1"> <h2>Mengenai Saya</h2> <div class="widget-content"> <a href="profile/13410779500814354457"><img alt="Foto Saya" class="profile-img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqn2Pg8bSj_R4d-0Dzj68vEFaXCigfK880T0oqVJidPnfVC2B8J8dxgapcr-i0uvV4L8YVHrGpRDzc3PVs6DsReWkj0rA14pBZKlOt2gdrq8OebAQScIVfvvoVcbho3Kmr65sQbRCc7Fcu/s220/ist2_1756002_funny_animal.jpg" width="59" height="80" /></a> <dl class="profile-datablock"><dt class="profile-data">bagusbasuki</dt></dl> <a class="profile-link" href="profile/13410779500814354457">Lihat profil lengkapku</a> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=Profile&widgetId=Profile1&action=editWidget" onclick="'return" target="configProfile1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div></div> </div> <!-- spacer for skins that want sidebar and main to be the same height--> <div class="clear"> </div> </div> <!-- end content-wrapper --> <div id="footer-wrapper"> </div> </div></div> <!-- end outer-wrapper --> <script type="text/javascript"> if (window.jstiming) window.jstiming.load.tick('widgetJsBefore'); </script><script type="text/javascript" src="static/v1/widgets/585470096-widgets.js"></script> <script type="text/javascript"> _WidgetManager._Init('http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1739868622701729143', 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008_06_01_archive.html','1739868622701729143'); _WidgetManager._SetPageActionUrl('http://www.blogger.com/display?blogID=1739868622701729143', 'mvXWmtNT9EOSu3Vq23Xha1FF_p8:1271071660313'); _WidgetManager._SetDataContext([{'name': 'blog', 'data': {'title': 'Bagus-Rahmat', 'pageType': 'archive', 'url': 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008_06_01_archive.html', 'homepageUrl': 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/', 'enabledCommentProfileImages': true, 'searchLabel': '', 'searchQuery': '', 'pageName': 'Juni 2008', 'pageTitle': 'Bagus-Rahmat: Juni 2008', 'encoding': 'UTF-8', 'locale': 'in', 'isPrivate': false, 'languageDirection': 'ltr', 'feedLinks': '\74link rel\75\42alternate\42 type\75\42application/atom+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - Atom\42 href\75\42http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/posts/default\42 /\76\n\74link rel\75\42alternate\42 type\75\42application/rss+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - RSS\42 href\75\42http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/posts/default?alt\75rss\42 /\76\n\74link rel\75\42service.post\42 type\75\42application/atom+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - Atom\42 href\75\42http://www.blogger.com/feeds/1739868622701729143/posts/default\42 /\76\n\74link rel\75\42EditURI\42 type\75\42application/rsd+xml\42 title\75\42RSD\42 href\75\42http://www.blogger.com/rsd.g?blogID\0751739868622701729143\42 /\076', 'meTag': '', 'openIdOpTag': '', 'latencyHeadScript': '\74script type\75\42text/javascript\42\76(function() { var a\75window;function c(b){this.t\75{};this.tick\75function(d,i,e){e\75e?e:(new Date).getTime();this.t[d]\75[e,i]};this.tick(\42start\42,null,b)}var f\75new c;a.jstiming\75{Timer:c,load:f};try{var g\75null;if(a.chrome\46\46a.chrome.csi)g\75Math.floor(a.chrome.csi().pageT);if(g\75\75null)if(a.gtbExternal)g\75a.gtbExternal.pageT();if(g\75\75null)if(a.external)g\75a.external.pageT;if(g)a.jstiming.pt\75g}catch(h){};a.tickAboveFold\75function(b){b\75b;var d\0750;if(b.offsetParent){do d+\75b.offsetTop;while(b\75b.offsetParent)}b\75d;b\74\075750\46\46a.jstiming.load.tick(\42aft\42)};var j\75false;function k(){if(!j){j\75true;a.jstiming.load.tick(\42firstScrollTime\42)}}a.addEventListener?a.addEventListener(\42scroll\42,k,false):a.attachEvent(\42onscroll\42,k); })();\74/script\076'}}]); _WidgetManager._SetSystemMarkup({'layout': {'varName': '', 'template': '\74div class\75\47widget-wrap1\47\76\n\74div class\75\47widget-wrap2\47\76\n\74div class\75\47widget-wrap3\47\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74div class\75\47layout-title\47\76\74data:layout-title\76\74/data:layout-title\76\74/div\76\n\74a class\75\47editlink\47 expr:href\75\47data:widget.quickEditUrl\47 expr:onclick\75\47\46quot;return _WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById(\\\46quot;\46quot; + data:widget.instanceId + \46quot;\\\46quot;));\46quot;\47 target\75\47chooseWidget\47\76\74data:edit-link\76\74/data:edit-link\76\74/a\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\076'}, 'quickedit': {'varName': '', 'template': '\74div class\75\47clear\47\76\74/div\76\n\74span class\75\47widget-item-control\47\76\n\74span class\75\47item-control blog-admin\47\76\n\74a class\75\47quickedit\47 expr:href\75\47data:widget.quickEditUrl\47 expr:onclick\75\47\46quot;return _WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById(\\\46quot;\46quot; + data:widget.instanceId + \46quot;\\\46quot;));\46quot;\47 expr:target\75\47\46quot;config\46quot; + data:widget.instanceId\47 expr:title\75\47data:edit-link\47\76\n\74img alt\75\47\47 height\75\04718\47 src\75\47http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png\47 width\75\04718\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/span\76\n\74div class\75\47clear\47\76\74/div\076'}, 'all-head-content': {'varName': 'page', 'template': '\74meta expr:content\75\47\46quot;text/html; charset\75\46quot; + data:page.encoding\47 http-equiv\75\47Content-Type\47/\76\n\74data:blog.latencyHeadScript\76\74/data:blog.latencyHeadScript\76\n\74meta content\75\47true\47 name\75\47MSSmartTagsPreventParsing\47/\76\n\74meta content\75\47blogger\47 name\75\47generator\47/\76\n\74link href\75\47http://www.blogger.com/favicon.ico\47 rel\75\47icon\47 type\75\47image/vnd.microsoft.icon\47/\76\n\74link expr:href\75\47data:blog.url\47 rel\75\47canonical\47/\76\n\74data:blog.feedLinks\76\74/data:blog.feedLinks\76\n\74data:blog.meTag\76\74/data:blog.meTag\76\n\74data:blog.openIdOpTag\76\74/data:blog.openIdOpTag\76\n\74data:blog.ieCssRetrofitLinks\76\74/data:blog.ieCssRetrofitLinks\076'}}); _WidgetManager._RegisterWidget('_LinkListView', new _WidgetInfo('LinkList2', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:links\47 var\75\47link\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:link.target\47\76\74data:link.name\76\74/data:link.name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('LinkList2'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_LinkListView', new _WidgetInfo('LinkList1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:links\47 var\75\47link\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:link.target\47\76\74data:link.name\76\74/data:link.name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('LinkList1'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_BlogArchiveView', new _WidgetInfo('BlogArchive1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\n\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74div id\75\47ArchiveList\47\76\n\74div expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_ArchiveList\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;HIERARCHY\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47interval\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;FLAT\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47flat\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;MENU\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47menu\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}, 'flat': {'varName': 'data', 'template': '\74ul class\75\47flat\47\76\n\74b:loop values\75\47data:data\47 var\75\47i\47\76\n\74li class\75\47archivedate\47\76\n\74a expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76\74/a\76 (\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\n \74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\076'}, 'menu': {'varName': 'data', 'template': '\74select expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_ArchiveMenu\46quot;\47\76\n\74option value\75\47\47\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/option\76\n\74b:loop values\75\47data:data\47 var\75\47i\47\76\n\74option expr:value\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76 (\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\74/option\76\n\74/b:loop\76\n\74/select\076'}, 'interval': {'varName': 'intervalData', 'template': '\74b:loop values\75\47data:intervalData\47 var\75\47i\47\76\n\74ul class\75\47hierarchy\47\76\n\74li expr:class\75\47\46quot;archivedate \46quot; + data:i.expclass\47\76\n\74b:include data\75\47i\47 name\75\47toggle\47\76\74/b:include\76\n\74a class\75\47post-count-link\47 expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76\74/a\76\n\74span class\75\47post-count\47 dir\75\47ltr\47\76(\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\74/span\76\n\74b:if cond\75\47data:i.data\47\76\n\74b:include data\75\47i.data\47 name\75\47interval\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:i.posts\47\76\n\74b:include data\75\47i.posts\47 name\75\47posts\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/li\76\n\74/ul\76\n\74/b:loop\076'}, 'toggle': {'varName': 'interval', 'template': '\74b:if cond\75\47data:interval.toggleId\47\76\n\74b:if cond\75\47data:interval.expclass \75\75 \46quot;expanded\46quot;\47\76\n\74a class\75\47toggle\47 href\75\47javascript:void(0)\47\76\n\74span class\75\47zippy toggle-open\47\76\46#9660;\46#160;\74/span\76\n\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74a class\75\47toggle\47 href\75\47javascript:void(0)\47\76\n\74span class\75\47zippy\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.languageDirection \75\75 \46quot;rtl\46quot;\47\76\n \46#9668;\46#160;\n \74b:else\76\74/b:else\76\n \46#9658;\46#160;\n \74/b:if\76\n\74/span\76\n\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\076'}, 'posts': {'varName': 'posts', 'template': '\74ul class\75\47posts\47\76\n\74b:loop values\75\47data:posts\47 var\75\47i\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.title\76\74/data:i.title\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\076'}}, document.getElementById('BlogArchive1'), {'languageDirection': 'ltr'}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_ProfileView', new _WidgetInfo('Profile1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title !\75 \46quot;\46quot;\47\76\n\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74b:if cond\75\47data:team \75\75 \46quot;true\46quot;\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:authors\47 var\75\47i\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:i.userUrl\47\76\74data:i.display-name\76\74/data:i.display-name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74b:if cond\75\47data:photo.url !\75 \46quot;\46quot;\47\76\n\74a expr:href\75\47data:userUrl\47\76\74img class\75\47profile-img\47 expr:alt\75\47data:photo.alt\47 expr:height\75\47data:photo.height\47 expr:src\75\47data:photo.url\47 expr:width\75\47data:photo.width\47/\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74dl class\75\47profile-datablock\47\76\n\74dt class\75\47profile-data\47\76\74data:displayname\76\74/data:displayname\76\74/dt\76\n\74b:if cond\75\47data:showlocation \75\75 \46quot;true\46quot;\47\76\n\74dd class\75\47profile-data\47\76\74data:location\76\74/data:location\76\74/dd\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:aboutme !\75 \46quot;\46quot;\47\76\74dd class\75\47profile-textblock\47\76\74data:aboutme\76\74/data:aboutme\76\74/dd\76\74/b:if\76\n\74/dl\76\n\74a class\75\47profile-link\47 expr:href\75\47data:userUrl\47\76\74data:viewProfileMsg\76\74/data:viewProfileMsg\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('Profile1'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_HeaderView', new _WidgetInfo('Header1', 'header')); _WidgetManager._RegisterWidget('_NavbarView', new _WidgetInfo('Navbar1', 'navbar')); _WidgetManager._RegisterWidget('_BlogView', new _WidgetInfo('Blog1', 'main')); </script>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-43410327814772989332010-04-17T05:44:00.001-07:002010-04-17T05:44:54.110-07:00<div class="navbar section" id="navbar"><div class="widget Navbar" id="Navbar1"><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener("load", function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <iframe src="navbar.g?targetBlogID=1739868622701729143&blogName=Bagus-Rahmat&publishMode=PUBLISH_MODE_BLOGSPOT&navbarType=BLUE&layoutType=LAYOUTS&searchRoot=http%3A%2F%2Fbagus-rahmat.blogspot.com%2Fsearch&blogLocale=in&homepageUrl=http%3A%2F%2Fbagus-rahmat.blogspot.com%2F&targetPostID=3858458648725430729" marginwidth="0" marginheight="0" id="navbar-iframe" allowtransparency="true" title="Blogger Navigation and Search" width="100%" frameborder="0" height="30px" scrolling="no"></iframe> </div></div> <div id="outer-wrapper"><div id="wrap2"> <!-- skip links for text browsers --> <span id="skiplinks" style="display: none;"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html#main">skip to main </a> | <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html#sidebar">skip to sidebar</a> </span> <div id="header-wrapper"> <div class="header section" id="header"><div class="widget Header" id="Header1"> <div id="header-inner"> <div class="titlewrapper"> <h1 class="title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/">Bagus-Rahmat</a> </h1> </div> <div class="descriptionwrapper"> <p class="description"><span>KIMIA UNESA</span></p> </div> </div> </div></div> </div> <div id="content-wrapper"> <div id="crosscol-wrapper" style="text-align: center;"> </div> <div id="main-wrapper"> <div class="main section" id="main"><div class="widget Blog" id="Blog1"> <div class="blog-posts hfeed"> <!-- google_ad_section_start(name=default) --> <div class="date-outer"> <h2 class="date-header"><span>Minggu, 08 Juni 2008</span></h2> <div class="date-posts"> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="3858458648725430729"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html">teknik bercinta ala sun ji(china)</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt;">Dalam kitab Su Ni Jing tercatat beberapa unsur mengenai teknik sukses dalam bersenggama. Di antaranya: Persiapan pria: Sebelum melakukan berhubungan seks, seseorang pria melakukan serangkaian persiapan, beruapa ketenangan, kestabilan napas, serta mengumpulkan gairah dan kemampuan seks dan vitalitas. Jika perlu mengkonsumsi obat kuat, suplemen atau vitamin.<br /><br /><b style="">Persiapan wanita:</b> <st1:place st="on">Para</st1:place> wanita menyiapkan diri untuk bersenggama dengan cara mengolah tubuh dengan pola: persiapan mental, busana yang menggairahkan, melembutkan kulit, dan menyegarkan napas. </span><span style="font-size: 12pt;" lang="SV">Maka dengan demikian wanita akan sanggup melayani dan menikmati hubungan seks.<br /><br /><b style="">Konsentrasi:</b> Sewaktu sedang melakukan senggama harus terkonsentrasi ke sana. Pikiran harus santai dan terfokus bahwa Anda sedang bersama orang yang paling Anda cintai.<br /><br /><b style="">Inisiatif:</b> Dalam bersenggama maka masing-masing pasangan harus mengambil inisiatif untuk merangsang terlebih dahulu, dengan demikian maka akan tercipta suatu permulaan yang romantis. Pria atau pun wanita yang memulainya tidak ada masalahnya.<br /><br /><b style="">Setulus hati:</b> Pada saat bersenggama harus dengan setulus hati penuh rasa cinta dan gairah. Tanpa hati yang tulus meskipun seberapa cantik pasangan Anda, namun tetap tak akan membangkitkan gairah yang sempurna. <o:p></o:p></span></p> <div style=""> <table align="right" cellpadding="0" cellspacing="0" vspace="0" hspace="0"> <tbody><tr> <td style="padding: 0cm;" align="left" valign="top"> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if gte vml 1]><o:wrapblock><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;" allowincell="f"> <v:imagedata src="uploadmanual/sunijing2.jpg"> <w:wrap type="topAndBottom"> </v:shape><![endif]--><!--[if gte vml 1]></o:wrapblock><![endif]--><br /> <span style="font-size: 12pt;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt;" lang="SV"><br /><br /><b style="">Ruangan dan suasana:</b> Ruang dan suasana hendaknya diatur dengan penataan yang benar, ranjang yang bersih. Sirkulasi udara dalam ruang juga harus baik, jangan terlalu panas, lebih baik berhawa agak dingin. Jangan terlalu terang, dan berikan sedikit wewangian agar suasana lebih romantis. Ini memang bukanlah suatu keharusan, namun, merupakan hal yang perlu diperhatikan. Apabila Anda hendak sukses dalam bersenggama, ruangan yang demikian setidaknya dapat mempengaruhi gairah hingga 30%. Itulah sebabnya dalam cerita seks Tiongkok kuno, ranjang Kaisar selalu banyak persiapan pendahuluan sebelum hubungan seks dilakukan.<br /><br /></span><b style=""><span style="font-size: 12pt;" lang="IT">Pose bervariasi:</span></b><span style="font-size: 12pt;" lang="IT"> Catatan tentang seks dari kitab negeri tirai bambu sangat mempesona. Mereka menulis dalam hubungan seks dari berbagai pose dan variasi.<br /><br /><b style="">Maksimal:</b> Sewaktu melakukan hubungan seks jangan terburu nafsu. Usahakan pemanasan (<i style="">fore play</i>) yang lebih lama, agar dapat membawa pasangan Anda ke puncak kenikmatan. Karena bila pasangan Anda belum terangsang berat, vagina belum cukup terlumuri tapi penis segera dimasukkan, justru akan menyakitkan pasangan.<br /><br /><b style="">Orgasme:</b> Agar sukses dalam berhubungan seks, maka hendaknya berusaha menciptakan orgasme. Tunggu sejenak manakala pasangan belum siap. Setelah terlihat tanda pasangan siap, lakukan penetrasi secara penuh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt;" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p> </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-08T08:30:00-07:00">08:30</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=3858458648725430729" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/teknik%20bercinta%20ala%20sun%20ji%28china%29" rel="tag">teknik bercinta ala sun ji(china)</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> <div class="comments" id="comments"> <a name="comments"></a> <h4> 0 komentar: </h4> <p class="comment-footer"> <a href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=3858458648725430729" onclick="">Poskan Komentar</a> </p> <div id="backlinks-container"> <div id="Blog1_backlinks-container"> </div> </div> </div> </div> </div></div> <!-- google_ad_section_end --> </div> <div class="blog-pager" id="blog-pager"> <span id="blog-pager-newer-link"> <a class="blog-pager-newer-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/makanan-untuk-perlindungan-mata.html" id="Blog1_blog-pager-newer-link" title="Posting Lebih Baru">Posting Lebih Baru</a> </span> <span id="blog-pager-older-link"> <a class="blog-pager-older-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kesehatan-kulit.html" id="Blog1_blog-pager-older-link" title="Posting Lama">Posting Lama</a> </span> <a class="home-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/">Beranda</a> </div> <div class="post-feeds"> <div class="feed-links"> Langgan: <a class="feed-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/3858458648725430729/comments/default" target="_blank" type="application/atom+xml">Poskan Komentar (Atom)</a> </div> </div> </div></div> </div> <div id="sidebar-wrapper"> <div class="sidebar section" id="sidebar"><div class="widget LinkList" id="LinkList2"> <div class="widget-content"> <ul><li><a href="http://www.travian.co.id/">http://www.travian.co.id</a></li><li><a href="http://www.travian.com.my/">http://www.travian.com.my</a></li><li><a href="http://www.travian.com/">http://www.travian.com</a></li><li><a href="http://www.friendster.com/">http://www.friendster.com</a></li><li><a href="http://www.facebook.com/">http://www.facebook.com</a></li></ul> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=LinkList&widgetId=LinkList2&action=editWidget" onclick="'return" target="configLinkList2" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget LinkList" id="LinkList1"> <h2>blog</h2> <div class="widget-content"> <ul><li><a href="http://brown13zt.blogspot.com/">http://brown13zt.blogspot.com</a></li></ul> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=LinkList&widgetId=LinkList1&action=editWidget" onclick="'return" target="configLinkList1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget BlogArchive" id="BlogArchive1"> <h2>Arsip Blog</h2> <div class="widget-content"> <div id="ArchiveList"> <div id="BlogArchive1_ArchiveList"> <ul class="hierarchy"><li class="archivedate expanded"> <a class="toggle" href="javascript:void(0)"> <span class="zippy toggle-open">▼ </span> </a> <a class="post-count-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search?updated-min=2008-01-01T00%3A00%3A00-08%3A00&updated-max=2009-01-01T00%3A00%3A00-08%3A00&max-results=9">2008</a> <span class="post-count" dir="ltr">(9)</span> <ul class="hierarchy"><li class="archivedate expanded"> <a class="toggle" href="javascript:void(0)"> <span class="zippy toggle-open">▼ </span> </a> <a class="post-count-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008_06_01_archive.html">Juni</a> <span class="post-count" dir="ltr">(9)</span> <ul class="posts"><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teh-cegah-gigi-berlubang.html">Teh Cegah Gigi Berlubang</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/makanan-untuk-perlindungan-mata.html">MAKANAN UNTUK PERLINDUNGAN MATA</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html">teknik bercinta ala sun ji(china)</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kesehatan-kulit.html">Kesehatan Kulit</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/tip-melawan-depresi-tanpa-obat.html">Tip melawan depresi tanpa obat antidepresan</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kjeldahl-standard-operating-procedure.html">Kjeldahl Standard Operating Procedure</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kimia-anorganik-unsur-au.html">Kimia Anorganik - Unsur Au</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html">Metode Elektro Analisis</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/wisata-kuliner.html">wisata kuliner</a></li></ul> </li></ul> </li></ul> </div> </div> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=editWidget" onclick="'return" target="configBlogArchive1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget Profile" id="Profile1"> <h2>Mengenai Saya</h2> <div class="widget-content"> <a href="profile/13410779500814354457"><img alt="Foto Saya" class="profile-img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqn2Pg8bSj_R4d-0Dzj68vEFaXCigfK880T0oqVJidPnfVC2B8J8dxgapcr-i0uvV4L8YVHrGpRDzc3PVs6DsReWkj0rA14pBZKlOt2gdrq8OebAQScIVfvvoVcbho3Kmr65sQbRCc7Fcu/s220/ist2_1756002_funny_animal.jpg" width="59" height="80" /></a> <dl class="profile-datablock"><dt class="profile-data">bagusbasuki</dt></dl> <a class="profile-link" href="profile/13410779500814354457">Lihat profil lengkapku</a> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=Profile&widgetId=Profile1&action=editWidget" onclick="'return" target="configProfile1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div></div> </div> <!-- spacer for skins that want sidebar and main to be the same height--> <div class="clear"> </div> </div> <!-- end content-wrapper --> <div id="footer-wrapper"> </div> </div></div> <!-- end outer-wrapper --> <script type="text/javascript"> if (window.jstiming) window.jstiming.load.tick('widgetJsBefore'); </script><script type="text/javascript" src="static/v1/widgets/585470096-widgets.js"></script> <script type="text/javascript"> _WidgetManager._Init('http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1739868622701729143', 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html','1739868622701729143'); _WidgetManager._SetPageActionUrl('http://www.blogger.com/display?blogID=1739868622701729143', 'vxv7Srkp2uDep9xCAwpNARF-Gn8:1271508268944'); _WidgetManager._SetDataContext([{'name': 'blog', 'data': {'title': 'Bagus-Rahmat', 'pageType': 'item', 'url': 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html', 'homepageUrl': 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/', 'enabledCommentProfileImages': true, 'searchLabel': '', 'searchQuery': '', 'pageName': 'teknik bercinta ala sun ji(china)', 'pageTitle': 'Bagus-Rahmat: teknik bercinta ala sun ji(china)', 'encoding': 'UTF-8', 'locale': 'in', 'isPrivate': false, 'languageDirection': 'ltr', 'feedLinks': '\74link rel\75\42alternate\42 type\75\42application/atom+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - Atom\42 href\75\42http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/posts/default\42 /\76\n\74link rel\75\42alternate\42 type\75\42application/rss+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - RSS\42 href\75\42http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/posts/default?alt\75rss\42 /\76\n\74link rel\75\42service.post\42 type\75\42application/atom+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - Atom\42 href\75\42http://www.blogger.com/feeds/1739868622701729143/posts/default\42 /\76\n\74link rel\75\42EditURI\42 type\75\42application/rsd+xml\42 title\75\42RSD\42 href\75\42http://www.blogger.com/rsd.g?blogID\0751739868622701729143\42 /\76\n\74link rel\75\42alternate\42 type\75\42application/atom+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - Atom\42 href\75\42http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/3858458648725430729/comments/default\42 /\76\n', 'meTag': '', 'openIdOpTag': '', 'latencyHeadScript': '\74script type\75\42text/javascript\42\76(function() { var a\75window;function c(b){this.t\75{};this.tick\75function(d,i,e){e\75e?e:(new Date).getTime();this.t[d]\75[e,i]};this.tick(\42start\42,null,b)}var f\75new c;a.jstiming\75{Timer:c,load:f};try{var g\75null;if(a.chrome\46\46a.chrome.csi)g\75Math.floor(a.chrome.csi().pageT);if(g\75\75null)if(a.gtbExternal)g\75a.gtbExternal.pageT();if(g\75\75null)if(a.external)g\75a.external.pageT;if(g)a.jstiming.pt\75g}catch(h){};a.tickAboveFold\75function(b){b\75b;var d\0750;if(b.offsetParent){do d+\75b.offsetTop;while(b\75b.offsetParent)}b\75d;b\74\075750\46\46a.jstiming.load.tick(\42aft\42)};var j\75false;function k(){if(!j){j\75true;a.jstiming.load.tick(\42firstScrollTime\42)}}a.addEventListener?a.addEventListener(\42scroll\42,k,false):a.attachEvent(\42onscroll\42,k); })();\74/script\076'}}]); _WidgetManager._SetSystemMarkup({'layout': {'varName': '', 'template': '\74div class\75\47widget-wrap1\47\76\n\74div class\75\47widget-wrap2\47\76\n\74div class\75\47widget-wrap3\47\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74div class\75\47layout-title\47\76\74data:layout-title\76\74/data:layout-title\76\74/div\76\n\74a class\75\47editlink\47 expr:href\75\47data:widget.quickEditUrl\47 expr:onclick\75\47\46quot;return _WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById(\\\46quot;\46quot; + data:widget.instanceId + \46quot;\\\46quot;));\46quot;\47 target\75\47chooseWidget\47\76\74data:edit-link\76\74/data:edit-link\76\74/a\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\076'}, 'quickedit': {'varName': '', 'template': '\74div class\75\47clear\47\76\74/div\76\n\74span class\75\47widget-item-control\47\76\n\74span class\75\47item-control blog-admin\47\76\n\74a class\75\47quickedit\47 expr:href\75\47data:widget.quickEditUrl\47 expr:onclick\75\47\46quot;return _WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById(\\\46quot;\46quot; + data:widget.instanceId + \46quot;\\\46quot;));\46quot;\47 expr:target\75\47\46quot;config\46quot; + data:widget.instanceId\47 expr:title\75\47data:edit-link\47\76\n\74img alt\75\47\47 height\75\04718\47 src\75\47http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png\47 width\75\04718\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/span\76\n\74div class\75\47clear\47\76\74/div\076'}, 'all-head-content': {'varName': 'page', 'template': '\74meta expr:content\75\47\46quot;text/html; charset\75\46quot; + data:page.encoding\47 http-equiv\75\47Content-Type\47/\76\n\74data:blog.latencyHeadScript\76\74/data:blog.latencyHeadScript\76\n\74meta content\75\47true\47 name\75\47MSSmartTagsPreventParsing\47/\76\n\74meta content\75\47blogger\47 name\75\47generator\47/\76\n\74link href\75\47http://www.blogger.com/favicon.ico\47 rel\75\47icon\47 type\75\47image/vnd.microsoft.icon\47/\76\n\74link expr:href\75\47data:blog.url\47 rel\75\47canonical\47/\76\n\74data:blog.feedLinks\76\74/data:blog.feedLinks\76\n\74data:blog.meTag\76\74/data:blog.meTag\76\n\74data:blog.openIdOpTag\76\74/data:blog.openIdOpTag\76\n\74data:blog.ieCssRetrofitLinks\76\74/data:blog.ieCssRetrofitLinks\076'}}); _WidgetManager._RegisterWidget('_LinkListView', new _WidgetInfo('LinkList2', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:links\47 var\75\47link\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:link.target\47\76\74data:link.name\76\74/data:link.name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('LinkList2'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_LinkListView', new _WidgetInfo('LinkList1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:links\47 var\75\47link\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:link.target\47\76\74data:link.name\76\74/data:link.name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('LinkList1'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_BlogArchiveView', new _WidgetInfo('BlogArchive1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\n\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74div id\75\47ArchiveList\47\76\n\74div expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_ArchiveList\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;HIERARCHY\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47interval\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;FLAT\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47flat\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;MENU\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47menu\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}, 'flat': {'varName': 'data', 'template': '\74ul class\75\47flat\47\76\n\74b:loop values\75\47data:data\47 var\75\47i\47\76\n\74li class\75\47archivedate\47\76\n\74a expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76\74/a\76 (\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\n \74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\076'}, 'menu': {'varName': 'data', 'template': '\74select expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_ArchiveMenu\46quot;\47\76\n\74option value\75\47\47\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/option\76\n\74b:loop values\75\47data:data\47 var\75\47i\47\76\n\74option expr:value\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76 (\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\74/option\76\n\74/b:loop\76\n\74/select\076'}, 'interval': {'varName': 'intervalData', 'template': '\74b:loop values\75\47data:intervalData\47 var\75\47i\47\76\n\74ul class\75\47hierarchy\47\76\n\74li expr:class\75\47\46quot;archivedate \46quot; + data:i.expclass\47\76\n\74b:include data\75\47i\47 name\75\47toggle\47\76\74/b:include\76\n\74a class\75\47post-count-link\47 expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76\74/a\76\n\74span class\75\47post-count\47 dir\75\47ltr\47\76(\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\74/span\76\n\74b:if cond\75\47data:i.data\47\76\n\74b:include data\75\47i.data\47 name\75\47interval\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:i.posts\47\76\n\74b:include data\75\47i.posts\47 name\75\47posts\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/li\76\n\74/ul\76\n\74/b:loop\076'}, 'toggle': {'varName': 'interval', 'template': '\74b:if cond\75\47data:interval.toggleId\47\76\n\74b:if cond\75\47data:interval.expclass \75\75 \46quot;expanded\46quot;\47\76\n\74a class\75\47toggle\47 href\75\47javascript:void(0)\47\76\n\74span class\75\47zippy toggle-open\47\76\46#9660;\46#160;\74/span\76\n\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74a class\75\47toggle\47 href\75\47javascript:void(0)\47\76\n\74span class\75\47zippy\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.languageDirection \75\75 \46quot;rtl\46quot;\47\76\n \46#9668;\46#160;\n \74b:else\76\74/b:else\76\n \46#9658;\46#160;\n \74/b:if\76\n\74/span\76\n\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\076'}, 'posts': {'varName': 'posts', 'template': '\74ul class\75\47posts\47\76\n\74b:loop values\75\47data:posts\47 var\75\47i\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.title\76\74/data:i.title\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\076'}}, document.getElementById('BlogArchive1'), {'languageDirection': 'ltr'}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_ProfileView', new _WidgetInfo('Profile1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title !\75 \46quot;\46quot;\47\76\n\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74b:if cond\75\47data:team \75\75 \46quot;true\46quot;\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:authors\47 var\75\47i\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:i.userUrl\47\76\74data:i.display-name\76\74/data:i.display-name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74b:if cond\75\47data:photo.url !\75 \46quot;\46quot;\47\76\n\74a expr:href\75\47data:userUrl\47\76\74img class\75\47profile-img\47 expr:alt\75\47data:photo.alt\47 expr:height\75\47data:photo.height\47 expr:src\75\47data:photo.url\47 expr:width\75\47data:photo.width\47/\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74dl class\75\47profile-datablock\47\76\n\74dt class\75\47profile-data\47\76\74data:displayname\76\74/data:displayname\76\74/dt\76\n\74b:if cond\75\47data:showlocation \75\75 \46quot;true\46quot;\47\76\n\74dd class\75\47profile-data\47\76\74data:location\76\74/data:location\76\74/dd\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:aboutme !\75 \46quot;\46quot;\47\76\74dd class\75\47profile-textblock\47\76\74data:aboutme\76\74/data:aboutme\76\74/dd\76\74/b:if\76\n\74/dl\76\n\74a class\75\47profile-link\47 expr:href\75\47data:userUrl\47\76\74data:viewProfileMsg\76\74/data:viewProfileMsg\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('Profile1'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_HeaderView', new _WidgetInfo('Header1', 'header')); _WidgetManager._RegisterWidget('_NavbarView', new _WidgetInfo('Navbar1', 'navbar')); _WidgetManager._RegisterWidget('_BlogView', new _WidgetInfo('Blog1', 'main',{'main': {'varName': 'top', 'template': '\74div class\75\47blog-posts hfeed\47\76\n\74b:include data\75\47top\47 name\75\47status-message\47\76\74/b:include\76\n\74data:defaultAdStart\76\74/data:defaultAdStart\76\n\74b:loop values\75\47data:posts\47 var\75\47post\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isDateStart\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isFirstPost \75\75 \46quot;false\46quot;\47\76\n \46lt;/div\46gt;\46lt;/div\46gt;\n \74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isDateStart\47\76\n \46lt;div class\75\46quot;date-outer\46quot;\46gt;\n \74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:post.dateHeader\47\76\n\74h2 class\75\47date-header\47\76\74span\76\74data:post.dateHeader\76\74/data:post.dateHeader\76\74/span\76\74/h2\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isDateStart\47\76\n \46lt;div class\75\46quot;date-posts\46quot;\46gt;\n \74/b:if\76\n\74div class\75\47post-outer\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47post\47\76\74/b:include\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType \75\75 \46quot;static_page\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47comments\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType \75\75 \46quot;item\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47comments\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/div\76\n\74b:if cond\75\47data:post.includeAd\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isFirstPost\47\76\n\74data:defaultAdEnd\76\74/data:defaultAdEnd\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:adEnd\76\74/data:adEnd\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47inline-ad\47\76\n\74data:adCode\76\74/data:adCode\76\n\74/div\76\n\74data:adStart\76\74/data:adStart\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:post.trackLatency\47\76\n\74data:post.latencyJs\76\74/data:post.latencyJs\76\n\74/b:if\76\n\74/b:loop\76\n\74b:if cond\75\47data:numPosts !\75 0\47\76\n \46lt;/div\46gt;\46lt;/div\46gt;\n \74/b:if\76\n\74data:adEnd\76\74/data:adEnd\76\n\74/div\76\n\74b:include name\75\47nextprev\47\76\74/b:include\76\n\74b:include name\75\47feedLinks\47\76\74/b:include\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showStars\47\76\n\74script src\75\47//www.google.com/jsapi\47 type\75\47text/javascript\47\76\74/script\76\n\74script type\75\47text/javascript\47\76\n google.load(\46quot;annotations\46quot;, \46quot;1\46quot;, {\46quot;locale\46quot;: \46quot;\74data:top.languageCode\76\74/data:top.languageCode\76\46quot;});\n function initialize() {\n google.annotations.setApplicationId(\74data:top.blogspotReviews\76\74/data:top.blogspotReviews\76);\n google.annotations.createAll();\n google.annotations.fetch();\n }\n google.setOnLoadCallback(initialize);\n \74/script\76\n\74/b:if\076'}, 'nextprev': {'varName': '', 'template': '\74div class\75\47blog-pager\47 id\75\47blog-pager\47\76\n\74b:if cond\75\47data:newerPageUrl\47\76\n\74span id\75\47blog-pager-newer-link\47\76\n\74a class\75\47blog-pager-newer-link\47 expr:href\75\47data:newerPageUrl\47 expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_blog-pager-newer-link\46quot;\47 expr:title\75\47data:newerPageTitle\47\76\74data:newerPageTitle\76\74/data:newerPageTitle\76\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:olderPageUrl\47\76\n\74span id\75\47blog-pager-older-link\47\76\n\74a class\75\47blog-pager-older-link\47 expr:href\75\47data:olderPageUrl\47 expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_blog-pager-older-link\46quot;\47 expr:title\75\47data:olderPageTitle\47\76\74data:olderPageTitle\76\74/data:olderPageTitle\76\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74a class\75\47home-link\47 expr:href\75\47data:blog.homepageUrl\47\76\74data:homeMsg\76\74/data:homeMsg\76\74/a\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47clear\47\76\74/div\076'}, 'post': {'varName': 'post', 'template': '\74div class\75\47post hentry uncustomized-post-template\47\76\n\74a expr:name\75\47data:post.id\47\76\74/a\76\n\74b:if cond\75\47data:post.title\47\76\n\74h3 class\75\47post-title entry-title\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.link\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.link\47\76\74data:post.title\76\74/data:post.title\76\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74b:if cond\75\47data:post.url\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.url\47\76\74data:post.title\76\74/data:post.title\76\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:post.title\76\74/data:post.title\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/h3\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47post-header\47\76\n\74div class\75\47post-header-line-1\47\76\74/div\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47post-body entry-content\47\76\n\74data:post.body\76\74/data:post.body\76\n\74div style\75\47clear: both;\47\76\74/div\76\n\74/div\76\n\74b:if cond\75\47data:post.hasJumpLink\47\76\n\74div class\75\47jump-link\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.url + \46quot;#more\46quot;\47 expr:title\75\47data:post.title\47\76\74data:post.jumpText\76\74/data:post.jumpText\76\74/a\76\n\74/div\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47post-footer\47\76\n\74div class\75\47post-footer-line post-footer-line-1\47\76\n\74span class\75\47post-author vcard\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showAuthor\47\76\n\74data:top.authorLabel\76\74/data:top.authorLabel\76\n\74span class\75\47fn\47\76\74data:post.author\76\74/data:post.author\76\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47post-timestamp\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showTimestamp\47\76\n\74data:top.timestampLabel\76\74/data:top.timestampLabel\76\n\74b:if cond\75\47data:post.url\47\76\n\74a class\75\47timestamp-link\47 expr:href\75\47data:post.url\47 rel\75\47bookmark\47 title\75\47permanent link\47\76\74abbr class\75\47published\47 expr:title\75\47data:post.timestampISO8601\47\76\74data:post.timestamp\76\74/data:post.timestamp\76\74/abbr\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47reaction-buttons\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showReactions\47\76\n\74table border\75\0470\47 cellpadding\75\0470\47 cellspacing\75\0470\47 width\75\047100%\47\76\74tr\76\n\74td class\75\47reactions-label-cell\47 nowrap\75\47nowrap\47 valign\75\47top\47 width\75\0471%\47\76\n\74span class\75\47reactions-label\47\76\n\74data:top.reactionsLabel\76\74/data:top.reactionsLabel\76\74/span\76\46#160;\74/td\76\n\74td\76\74iframe allowtransparency\75\47true\47 class\75\47reactions-iframe\47 expr:src\75\47data:post.reactionsUrl\47 frameborder\75\0470\47 name\75\47reactions\47 scrolling\75\47no\47\76\74/iframe\76\74/td\76\n\74/tr\76\74/table\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47star-ratings\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showStars\47\76\n\74div expr:g:background-color\75\47data:backgroundColor\47 expr:g:text-color\75\47data:textColor\47 expr:g:url\75\47data:post.absoluteUrl\47 g:height\75\04742\47 g:type\75\47RatingPanel\47 g:width\75\047280\47\76\74/div\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47post-comment-link\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;item\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;static_page\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowComments\47\76\n\74a class\75\47comment-link\47 expr:href\75\47data:post.addCommentUrl\47 expr:onclick\75\47data:post.addCommentOnclick\47\76\74b:if cond\75\47data:post.numComments \75\75 1\47\0761 \74data:top.commentLabel\76\74/data:top.commentLabel\76\74b:else\76\74/b:else\76\74data:post.numComments\76\74/data:post.numComments\76\n\74data:top.commentLabelPlural\76\74/data:top.commentLabelPlural\76\74/b:if\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47post-backlinks post-comment-link\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;item\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;static_page\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.showBacklinks\47\76\n\74a class\75\47comment-link\47 expr:href\75\47data:post.url + \46quot;#links\46quot;\47\76\74data:top.backlinkLabel\76\74/data:top.backlinkLabel\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47post-icons\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.emailPostUrl\47\76\n\74span class\75\47item-action\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.emailPostUrl\47 expr:title\75\47data:top.emailPostMsg\47\76\n\74img alt\75\47\47 class\75\47icon-action\47 height\75\04713\47 src\75\47//www.blogger.com/img/icon18_email.gif\47 width\75\04718\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47postQuickEdit\47\76\74/b:include\76\n\74/span\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47post-footer-line post-footer-line-2\47\76\n\74span class\75\47post-labels\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.labels\47\76\n\74data:postLabelsLabel\76\74/data:postLabelsLabel\76\n\74b:loop values\75\47data:post.labels\47 var\75\47label\47\76\n\74a expr:href\75\47data:label.url\47 rel\75\47tag\47\76\74data:label.name\76\74/data:label.name\76\74/a\76\74b:if cond\75\47data:label.isLast !\75 \46quot;true\46quot;\47\76,\74/b:if\76\n\74/b:loop\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47post-footer-line post-footer-line-3\47\76\n\74span class\75\47post-location\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showLocation\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.location\47\76\n\74data:postLocationLabel\76\74/data:postLocationLabel\76\n\74a expr:href\75\47data:post.location.mapsUrl\47 target\75\47_blank\47\76\74data:post.location.name\76\74/data:post.location.name\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\076'}, 'postQuickEdit': {'varName': 'post', 'template': '\74b:if cond\75\47data:post.editUrl\47\76\n\74span expr:class\75\47\46quot;item-control \46quot; + data:post.adminClass\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.editUrl\47 expr:title\75\47data:top.editPostMsg\47\76\n\74img alt\75\47\47 class\75\47icon-action\47 height\75\04718\47 src\75\47//www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif\47 width\75\04718\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\076'}, 'commentDeleteIcon': {'varName': 'comment', 'template': '\74span expr:class\75\47\46quot;item-control \46quot; + data:comment.adminClass\47\76\n\74a expr:href\75\47data:comment.deleteUrl\47 expr:title\75\47data:top.deleteCommentMsg\47\76\n\74img src\75\47//www.blogger.com/img/icon_delete13.gif\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\076'}, 'backlinkDeleteIcon': {'varName': 'backlink', 'template': '\74span expr:class\75\47\46quot;item-control \46quot; + data:backlink.adminClass\47\76\n\74a expr:href\75\47data:backlink.deleteUrl\47 expr:title\75\47data:top.deleteBacklinkMsg\47\76\n\74img src\75\47//www.blogger.com/img/icon_delete13.gif\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\076'}, 'comments': {'varName': 'post', 'template': '\74div class\75\47comments\47 id\75\47comments\47\76\n\74a name\75\47comments\47\76\74/a\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowComments\47\76\n\74h4\76\n\74b:if cond\75\47data:post.numComments \75\75 1\47\76\n 1 \74data:commentLabel\76\74/data:commentLabel\76:\n \74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:post.numComments\76\74/data:post.numComments\76\n\74data:commentLabelPlural\76\74/data:commentLabelPlural\76:\n \74/b:if\76\n\74/h4\76\n\74b:if cond\75\47data:post.commentPagingRequired\47\76\n\74span class\75\47paging-control-container\47\76\n\74a expr:class\75\47data:post.oldLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.oldestLinkUrl\47\76\74data:post.oldestLinkText\76\74/data:post.oldestLinkText\76\74/a\76\n \46#160;\n \74a expr:class\75\47data:post.oldLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.olderLinkUrl\47\76\74data:post.olderLinkText\76\74/data:post.olderLinkText\76\74/a\76\n \46#160;\n \74data:post.commentRangeText\76\74/data:post.commentRangeText\76\n \46#160;\n \74a expr:class\75\47data:post.newLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.newerLinkUrl\47\76\74data:post.newerLinkText\76\74/data:post.newerLinkText\76\74/a\76\n \46#160;\n \74a expr:class\75\47data:post.newLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.newestLinkUrl\47\76\74data:post.newestLinkText\76\74/data:post.newestLinkText\76\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74dl expr:class\75\47data:post.avatarIndentClass\47 id\75\47comments-block\47\76\n\74b:loop values\75\47data:post.comments\47 var\75\47comment\47\76\n\74dt expr:class\75\47\46quot;comment-author \46quot; + data:comment.authorClass\47 expr:id\75\47data:comment.anchorName\47\76\n\74b:if cond\75\47data:comment.favicon\47\76\n\74img expr:src\75\47data:comment.favicon\47 height\75\04716px\47 style\75\47margin-bottom:-2px;\47 width\75\04716px\47/\76\n\74/b:if\76\n\74a expr:name\75\47data:comment.anchorName\47\76\74/a\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.enabledCommentProfileImages\47\76\n\74data:comment.authorAvatarImage\76\74/data:comment.authorAvatarImage\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:comment.authorUrl\47\76\n\74a expr:href\75\47data:comment.authorUrl\47 rel\75\47nofollow\47\76\74data:comment.author\76\74/data:comment.author\76\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:comment.author\76\74/data:comment.author\76\n\74/b:if\76\n\74data:commentPostedByMsg\76\74/data:commentPostedByMsg\76\n\74/dt\76\n\74dd class\75\47comment-body\47\76\n\74b:if cond\75\47data:comment.isDeleted\47\76\n\74span class\75\47deleted-comment\47\76\74data:comment.body\76\74/data:comment.body\76\74/span\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74p\76\74data:comment.body\76\74/data:comment.body\76\74/p\76\n\74/b:if\76\n\74/dd\76\n\74dd class\75\47comment-footer\47\76\n\74span class\75\47comment-timestamp\47\76\n\74a expr:href\75\47data:comment.url\47 title\75\47comment permalink\47\76\n\74data:comment.timestamp\76\74/data:comment.timestamp\76\n\74/a\76\n\74b:include data\75\47comment\47 name\75\47commentDeleteIcon\47\76\74/b:include\76\n\74/span\76\n\74/dd\76\n\74/b:loop\76\n\74/dl\76\n\74b:if cond\75\47data:post.commentPagingRequired\47\76\n\74span class\75\47paging-control-container\47\76\n\74a expr:class\75\47data:post.oldLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.oldestLinkUrl\47\76\n\74data:post.oldestLinkText\76\74/data:post.oldestLinkText\76\n\74/a\76\n\74a expr:class\75\47data:post.oldLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.olderLinkUrl\47\76\n\74data:post.olderLinkText\76\74/data:post.olderLinkText\76\n\74/a\76\n \46#160;\n \74data:post.commentRangeText\76\74/data:post.commentRangeText\76\n \46#160;\n \74a expr:class\75\47data:post.newLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.newerLinkUrl\47\76\n\74data:post.newerLinkText\76\74/data:post.newerLinkText\76\n\74/a\76\n\74a expr:class\75\47data:post.newLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.newestLinkUrl\47\76\n\74data:post.newestLinkText\76\74/data:post.newestLinkText\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74p class\75\47comment-footer\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.embedCommentForm\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowNewComments\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47comment-form\47\76\74/b:include\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:post.noNewCommentsText\76\74/data:post.noNewCommentsText\76\n\74/b:if\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowComments\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.addCommentUrl\47 expr:onclick\75\47data:post.addCommentOnclick\47\76\74data:postCommentMsg\76\74/data:postCommentMsg\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/p\76\n\74/b:if\76\n\74div id\75\47backlinks-container\47\76\n\74div expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_backlinks-container\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.showBacklinks\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47backlinks\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\076'}, 'comment-form': {'varName': 'post', 'template': '\74div class\75\47comment-form\47\76\n\74a name\75\47comment-form\47\76\74/a\76\n\74h4 id\75\47comment-post-message\47\76\74data:postCommentMsg\76\74/data:postCommentMsg\76\74/h4\76\n\74p\76\74data:blogCommentMessage\76\74/data:blogCommentMessage\76\74/p\76\n\74data:blogTeamBlogMessage\76\74/data:blogTeamBlogMessage\76\n\74a expr:href\75\47data:post.commentFormIframeSrc\47 id\75\47comment-editor-src\47\76\74/a\76\n\74iframe allowtransparency\75\47true\47 class\75\47blogger-iframe-colorize blogger-comment-from-post\47 frameborder\75\0470\47 height\75\047410\47 id\75\47comment-editor\47 name\75\47comment-editor\47 src\75\47\47 width\75\047100%\47\76\74/iframe\76\n\74data:post.friendConnectJs\76\74/data:post.friendConnectJs\76\n\74data:post.cmtfpIframe\76\74/data:post.cmtfpIframe\76\n\74script type\75\47text/javascript\47\76\n BLOG_CMT_createIframe(\46#39;\74data:post.appRpcRelayPath\76\74/data:post.appRpcRelayPath\76\46#39;, \46#39;\74data:post.communityId\76\74/data:post.communityId\76\46#39;);\n \74/script\76\n\74/div\076'}, 'backlinks': {'varName': 'post', 'template': '\74a name\75\47links\47\76\74/a\76\74h4\76\74data:post.backlinksLabel\76\74/data:post.backlinksLabel\76\74/h4\76\n\74b:if cond\75\47data:post.numBacklinks !\75 0\47\76\n\74dl class\75\47comments-block\47 id\75\47comments-block\47\76\n\74b:loop values\75\47data:post.backlinks\47 var\75\47backlink\47\76\n\74div class\75\47collapsed-backlink backlink-control\47\76\n\74dt class\75\47comment-title\47\76\n\74span class\75\47backlink-toggle-zippy\47\76\46#160;\74/span\76\n\74a expr:href\75\47data:backlink.url\47 rel\75\47nofollow\47\76\74data:backlink.title\76\74/data:backlink.title\76\74/a\76\n\74b:include data\75\47backlink\47 name\75\47backlinkDeleteIcon\47\76\74/b:include\76\n\74/dt\76\n\74dd class\75\47comment-body collapseable\47\76\n\74data:backlink.snippet\76\74/data:backlink.snippet\76\n\74/dd\76\n\74dd class\75\47comment-footer collapseable\47\76\n\74span class\75\47comment-author\47\76\74data:post.authorLabel\76\74/data:post.authorLabel\76\n\74data:backlink.author\76\74/data:backlink.author\76\74/span\76\n\74span class\75\47comment-timestamp\47\76\74data:post.timestampLabel\76\74/data:post.timestampLabel\76\n\74data:backlink.timestamp\76\74/data:backlink.timestamp\76\74/span\76\n\74/dd\76\n\74/div\76\n\74/b:loop\76\n\74/dl\76\n\74/b:if\76\n\74p class\75\47comment-footer\47\76\n\74a class\75\47comment-link\47 expr:href\75\47data:post.createLinkUrl\47 expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_backlinks-create-link\46quot;\47 target\75\47_blank\47\76\74data:post.createLinkLabel\76\74/data:post.createLinkLabel\76\74/a\76\n\74/p\076'}, 'feedLinks': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;item\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:feedLinks\47\76\n\74div class\75\47blog-feeds\47\76\n\74b:include data\75\47feedLinks\47 name\75\47feedLinksBody\47\76\74/b:include\76\n\74/div\76\n\74/b:if\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74div class\75\47post-feeds\47\76\n\74b:loop values\75\47data:posts\47 var\75\47post\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowComments\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.feedLinks\47\76\n\74b:include data\75\47post.feedLinks\47 name\75\47feedLinksBody\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/b:loop\76\n\74/div\76\n\74/b:if\076'}, 'feedLinksBody': {'varName': 'links', 'template': '\74div class\75\47feed-links\47\76\n\74data:feedLinksMsg\76\74/data:feedLinksMsg\76\n\74b:loop values\75\47data:links\47 var\75\47f\47\76\n\74a class\75\47feed-link\47 expr:href\75\47data:f.url\47 expr:type\75\47data:f.mimeType\47 target\75\47_blank\47\76\74data:f.name\76\74/data:f.name\76 (\74data:f.feedType\76\74/data:f.feedType\76)\74/a\76\n\74/b:loop\76\n\74/div\076'}, 'status-message': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:navMessage\47\76\n\74div class\75\47status-msg-wrap\47\76\n\74div class\75\47status-msg-body\47\76\n\74data:navMessage\76\74/data:navMessage\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47status-msg-border\47\76\n\74div class\75\47status-msg-bg\47\76\n\74div class\75\47status-msg-hidden\47\76\74data:navMessage\76\74/data:navMessage\76\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74div style\75\47clear: both;\47\76\74/div\76\n\74/b:if\076'}}, document.getElementById('Blog1'), {}, 'displayModeFull')); </script>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2299647195141560545.post-89958388205218087172010-04-17T05:43:00.002-07:002010-04-17T05:44:02.424-07:00<div class="navbar section" id="navbar"><div class="widget Navbar" id="Navbar1"><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener("load", function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <iframe src="navbar.g?targetBlogID=1739868622701729143&blogName=Bagus-Rahmat&publishMode=PUBLISH_MODE_BLOGSPOT&navbarType=BLUE&layoutType=LAYOUTS&searchRoot=http%3A%2F%2Fbagus-rahmat.blogspot.com%2Fsearch&blogLocale=in&homepageUrl=http%3A%2F%2Fbagus-rahmat.blogspot.com%2F&targetPostID=365292179582406739" marginwidth="0" marginheight="0" id="navbar-iframe" allowtransparency="true" title="Blogger Navigation and Search" width="100%" frameborder="0" height="30px" scrolling="no"></iframe> </div></div> <div id="outer-wrapper"><div id="wrap2"> <!-- skip links for text browsers --> <span id="skiplinks" style="display: none;"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html#main">skip to main </a> | <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html#sidebar">skip to sidebar</a> </span> <div id="header-wrapper"> <div class="header section" id="header"><div class="widget Header" id="Header1"> <div id="header-inner"> <div class="titlewrapper"> <h1 class="title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/">Bagus-Rahmat</a> </h1> </div> <div class="descriptionwrapper"> <p class="description"><span>KIMIA UNESA</span></p> </div> </div> </div></div> </div> <div id="content-wrapper"> <div id="crosscol-wrapper" style="text-align: center;"> </div> <div id="main-wrapper"> <div class="main section" id="main"><div class="widget Blog" id="Blog1"> <div class="blog-posts hfeed"> <!-- google_ad_section_start(name=default) --> <div class="date-outer"> <h2 class="date-header"><span>Rabu, 04 Juni 2008</span></h2> <div class="date-posts"> <div class="post-outer"> <div class="post hentry uncustomized-post-template"> <a name="365292179582406739"></a> <h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html">Metode Elektro Analisis</a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> Judul : Titrasi Potensiometri<br />Tujuan : Untuk Menentukan Titik Akhir Titrasi<br />Hari dan Tanggal Percobaan : Selasa 13 Mei 2008<br />Selesai Percobaan : Selasa 13 Mei 2008<br /><br />Tinjauan Pustaka:<br />Salah satu penerapan potensiometri langsung adalah untuk mengetahui pH larutan. Istilah pH didefinisikan oleh Sorensen dalam tahun 1909 sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. Pada masa dewasa ini, diketahui bahwa emf sel galvani yang digunakan untuk mengukur pH labih bergantung pada aktifitas ion hidrogen daripada konsentrasinya. Sehingga pH dapat didefinisikan sebagai:<br />pH = -log aH+<br />Definisi ini dapat diterima dari segi teoritis, namun kuantitasnya tidak dapat diukur secara eksperimental.<br />Kuantitas yang diukur secara potensiometris sebenarnya bukanlah konsentrasi dan bukan pula aktivitas ion hidrogen. Oleh karena itu, lebih baik untuk mendefinisikan pH dalam emf sel yang digunakan untuk pengukuran itu. Misalnya diandaikan bahwa sel semacam itu terdiri dari elektroda pembanding yang sesuai yang dihubungkan oleh jembatan garam menuju larutan yang akan dukur pH-nya, jika dicelupkan elektroda hidrogen maka:<br />Mengacu ││H+ (x M) │H2, Pt<br />Persamaan yang menghubungkan potensial ini dengan pH adalah:<br />E = Erel – 0,059pH<br />Sebenarnya dalam persamaan ini ada besaran Ej, yaitu potensial pertemuan-cairan yang mungkin harganya sangat kecil bila jembatan garamnya tepat, namun harganya tidaklah nol. Jadi persamaan itu seharusnya adalah:<br />E = Eref – 0,059pH + Ej<br />Dengan Eref adalah potensial elektroda pembanding. Bila Eref + Ej disebut k, persamaan ini menjadi:<br />E = k – 0,059 pH<br />Atau<br />pH =<br />Dalam titrasi potensiometri, titik akhir dideteksi dengan menetapkan volume saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Metode ini dapat digunakan untuk semua reaksi yang digunakan untuk tujuan titrimetri, misalnya asam-basa, redoks, pengendapan dan pembentukan kompleks. Dipilih elektroda indikator yang tepat, suatu elektroda pembanding seperti kalomel untuk melengkapi sel.<br />Dalam metode titrasi potensiometrik, potensial diukur setelah penambahan tiap tetes berturutan dari titran, dan pembacaan yang diperoleh dijadikan grafik bersama volume titran untuk memperoleh kurva titrasi seperti yang ditunjukkan pada gambar (a):<br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar (b) menunjukkan suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi, yakni berubahnya potensial dengan berubahnya volumr (ΔE/ΔV) lawan volume titran. Kurva yang diperoleh meningkat ke maksimum pada titik kesetaraan. Volume pada titik kesetaraan ditetapkan dengan menarik garis vertikal dari puncak ke sumbu volume. Tentu saja masih ada suatu ketidakpastian dalam mencari letak yang eksak pada puncak kurva tersebut. Makin dapat lengkap reaksi itu, makin tajam puncak itu, dan karenanya makin akurat lokasi titik kesetaraannya.<br />Gambar (c) menunjukkan suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva titrasi (Δ2E/ΔV2) lawan volume titran. Pada titik dimana lereng ΔE/ΔV mencapai maksimum turunan arah lereng itu adalah nol. Titik akhir dicari letaknya dengan menarik garis vertikal pada (Δ2E/ΔV2) adalah nol ke sumbu volume. Bagian dari kurva yang menghubungkan nilai maksimum dan minimum Δ2E/ΔV2 makin curam, dengan makin dapat lengkapnya reaksi titransi itu.<br /><br />Cara Kerja :<br />1. Nyalakan alat pH meter selama 15 menit untuk pemanasan.<br />2. Memipet NaOH 0,1 N sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer.<br />3. Mengukur pH NaOH 0,1 N 25 ml.<br />4. Mentitrasi NaOH 0,1 N dengan HCl @ 1 ml kemudian diaduk dengan magnetik stirer sampai penambahan HCl 30 ml.<br />5. Tiap penambahan HCl dicatat pH larutan yang diperoleh.<br />6. Membuat grafik E vs V ml NaOH, ΔE/ΔV vs V NaOH dan Δ2E/ΔV2 vs V HCl.<br />Hasil Pengamatan:<br /><br />No. Penambahan HCl (ml) pH larutan<br />1 0 11,39<br />2 1 11,31<br />3 2 11,23<br />4 3 11,17<br />5 4 11,10<br />6 5 11,01<br />7 6 10,97<br />8 7 10,94<br />9 8 10,89<br />10 9 10,85<br />11 10 10,82<br />12 11 10,78<br />13 12 10,74<br />14 13 10,69<br />15 14 10,66<br />16 15 10,61<br />17 16 10,57<br />18 17 10,53<br />19 18 10,48<br />20 19 10,43<br />21 20 10,39<br />22 21 10,36<br />23 22 10,28<br />24 23 10,25<br />25 24 9,27<br />26 25 9,13<br />27 26 9,03<br />28 27 8,94<br />29 28 8,92<br />30 29 8,89<br />31 30 8,86<br /><br />Analisis Data:<br />Dengan Menggunakan rumus E = k – 0,059 pH dan memasukkan harga k = 1 maka diperoleh data sebagai berikut:<br />No. Penambahan HCl (ml) E (mV) ΔE/ΔV (ml) Δ2E/ΔV2<br />1 0 0,32799<br />2 1 0,33271 0,00472<br />3 2 0,33743 0,00472 -1,11022E-16<br />4 3 0,34097 0,00354 -0,00118<br />5 4 0,3451 0,00413 0,00059<br />6 5 0,35041 0,00531 0,00118<br />7 6 0,35277 0,00236 -0,00295<br />8 7 0,35454 0,00177 -0,00059<br />9 8 0,35749 0,00295 0,00118<br />10 9 0,35985 0,00236 -0,00059<br />11 10 0,36162 0,00177 -0,00059<br />12 11 0,36398 0,00236 0,00059<br />13 12 0,36634 0,00236 -1,11022E-16<br />14 13 0,36929 0,00295 0,00059<br />15 14 0,37106 0,00177 -0,00118<br />16 15 0,37401 0,00295 0,00118<br />17 16 0,37637 0,00236 -0,00059<br />18 17 0,37873 0,00236 2,22045E-16<br />19 18 0,38168 0,00295 0,00059<br />20 19 0,38463 0,00295 1,11022E-16<br />21 20 0,38699 0,00236 -0,00059<br />22 21 0,38876 0,00177 -0,00059<br />23 22 0,39348 0,00472 0,00295<br />24 23 0,39525 0,00177 -0,00295<br />25 24 0,45307 0,05782 0,05605<br />26 25 0,46133 0,00826 -0,04956<br />27 26 0,46723 0,0059 -0,00236<br />28 27 0,47254 0,00531 -0,00059<br />29 28 0,47372 0,00118 -0,00413<br />30 29 0,47549 0,00177<br />31 30 0,47726<br /><br />Dari data diatas, maka didapat grafik sebagai berikut:<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Dari kurva titrasi Δ2E/ΔV2 vs V HCl diketahui bahwa Veq adalah 24,5 ml. Sedangkan berat NaOH dalam sampel dapat diperoleh dengan:<br /><br />N NaOH = M NaOH<br /> M NaOH = 0,1<br /> Jadi berat NaOH dalam sample adalah 100 mg.<br /><br />Kesimpulan:<br />1. Veq HCl adalah 24,5 ml.<br />2. Berat NaOH dalam sample adalah 100 mg.<br />Daftar Pustaka:<br /><br />Khopkar, 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.<br />Underwood, A. L. Dan Day, R. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif edisi ke-4. Jakarta: Erlangga </div> <div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"> <span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">bagusbasuki</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2008-06-04T02:30:00-07:00">02:30</abbr></a> </span> <span class="reaction-buttons"> </span> <span class="star-ratings"> </span> <span class="post-comment-link"> </span> <span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-control blog-admin pid-1324404078"> <a href="post-edit.g?blogID=1739868622701729143&postID=365292179582406739" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" src="img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-2"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search/label/Metode%20Elektro%20Analisis" rel="tag">Metode Elektro Analisis</a> </span> </div> <div class="post-footer-line post-footer-line-3"> <span class="post-location"> </span> </div> </div> </div> <div class="comments" id="comments"> <a name="comments"></a> <h4> 1 komentar: </h4> <dl class="avatar-comment-indent" id="comments-block"><dt class="comment-author " id="c4570236306485497513"> <a name="c4570236306485497513"></a> <div class="avatar-image-container avatar-stock"><span dir="ltr"><a href="profile/01619042337660309978" rel="nofollow" onclick="" class="avatar-hovercard" id="av-0-01619042337660309978"><img src="http://img2.blogblog.com/img/b16-rounded.gif" alt="" title="diendie" width="16" height="16" /> </a></span></div> <a href="profile/01619042337660309978" rel="nofollow">diendie</a> mengatakan... </dt><dd class="comment-body"> <p>harga k itu diperoleh dari mana ??</p> </dd><dd class="comment-footer"> <span class="comment-timestamp"> <a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html?showComment=1256209222161#c4570236306485497513" title="comment permalink"> 22 Oktober 2009 04:00 </a> <span class="item-control blog-admin pid-584789924"> <a href="delete-comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=4570236306485497513" title="Hapus Komentar"> <img src="img/icon_delete13.gif" /> </a> </span> </span> </dd></dl> <p class="comment-footer"> <a href="https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1739868622701729143&postID=365292179582406739" onclick="">Poskan Komentar</a> </p> <div id="backlinks-container"> <div id="Blog1_backlinks-container"> </div> </div> </div> </div> </div></div> <!-- google_ad_section_end --> </div> <div class="blog-pager" id="blog-pager"> <span id="blog-pager-newer-link"> <a class="blog-pager-newer-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kimia-anorganik-unsur-au.html" id="Blog1_blog-pager-newer-link" title="Posting Lebih Baru">Posting Lebih Baru</a> </span> <span id="blog-pager-older-link"> <a class="blog-pager-older-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/wisata-kuliner.html" id="Blog1_blog-pager-older-link" title="Posting Lama">Posting Lama</a> </span> <a class="home-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/">Beranda</a> </div> <div class="post-feeds"> <div class="feed-links"> Langgan: <a class="feed-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/365292179582406739/comments/default" target="_blank" type="application/atom+xml">Poskan Komentar (Atom)</a> </div> </div> </div></div> </div> <div id="sidebar-wrapper"> <div class="sidebar section" id="sidebar"><div class="widget LinkList" id="LinkList2"> <div class="widget-content"> <ul><li><a href="http://www.travian.co.id/">http://www.travian.co.id</a></li><li><a href="http://www.travian.com.my/">http://www.travian.com.my</a></li><li><a href="http://www.travian.com/">http://www.travian.com</a></li><li><a href="http://www.friendster.com/">http://www.friendster.com</a></li><li><a href="http://www.facebook.com/">http://www.facebook.com</a></li></ul> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=LinkList&widgetId=LinkList2&action=editWidget" onclick="'return" target="configLinkList2" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget LinkList" id="LinkList1"> <h2>blog</h2> <div class="widget-content"> <ul><li><a href="http://brown13zt.blogspot.com/">http://brown13zt.blogspot.com</a></li></ul> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=LinkList&widgetId=LinkList1&action=editWidget" onclick="'return" target="configLinkList1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget BlogArchive" id="BlogArchive1"> <h2>Arsip Blog</h2> <div class="widget-content"> <div id="ArchiveList"> <div id="BlogArchive1_ArchiveList"> <ul class="hierarchy"><li class="archivedate expanded"> <a class="toggle" href="javascript:void(0)"> <span class="zippy toggle-open">▼ </span> </a> <a class="post-count-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/search?updated-min=2008-01-01T00%3A00%3A00-08%3A00&updated-max=2009-01-01T00%3A00%3A00-08%3A00&max-results=9">2008</a> <span class="post-count" dir="ltr">(9)</span> <ul class="hierarchy"><li class="archivedate expanded"> <a class="toggle" href="javascript:void(0)"> <span class="zippy toggle-open">▼ </span> </a> <a class="post-count-link" href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008_06_01_archive.html">Juni</a> <span class="post-count" dir="ltr">(9)</span> <ul class="posts"><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teh-cegah-gigi-berlubang.html">Teh Cegah Gigi Berlubang</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/makanan-untuk-perlindungan-mata.html">MAKANAN UNTUK PERLINDUNGAN MATA</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/teknik-bercinta-ala-sun-jichina.html">teknik bercinta ala sun ji(china)</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kesehatan-kulit.html">Kesehatan Kulit</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/tip-melawan-depresi-tanpa-obat.html">Tip melawan depresi tanpa obat antidepresan</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kjeldahl-standard-operating-procedure.html">Kjeldahl Standard Operating Procedure</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kimia-anorganik-unsur-au.html">Kimia Anorganik - Unsur Au</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html">Metode Elektro Analisis</a></li><li><a href="http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/wisata-kuliner.html">wisata kuliner</a></li></ul> </li></ul> </li></ul> </div> </div> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=editWidget" onclick="'return" target="configBlogArchive1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div><div class="widget Profile" id="Profile1"> <h2>Mengenai Saya</h2> <div class="widget-content"> <a href="profile/13410779500814354457"><img alt="Foto Saya" class="profile-img" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqn2Pg8bSj_R4d-0Dzj68vEFaXCigfK880T0oqVJidPnfVC2B8J8dxgapcr-i0uvV4L8YVHrGpRDzc3PVs6DsReWkj0rA14pBZKlOt2gdrq8OebAQScIVfvvoVcbho3Kmr65sQbRCc7Fcu/s220/ist2_1756002_funny_animal.jpg" width="59" height="80" /></a> <dl class="profile-datablock"><dt class="profile-data">bagusbasuki</dt></dl> <a class="profile-link" href="profile/13410779500814354457">Lihat profil lengkapku</a> <span class="widget-item-control"> <span class="item-control blog-admin"> <a class="quickedit" href="rearrange?blogID=1739868622701729143&widgetType=Profile&widgetId=Profile1&action=editWidget" onclick="'return" target="configProfile1" title="Edit"> <img alt="" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png" width="18" height="18" /> </a> </span> </span> </div> </div></div> </div> <!-- spacer for skins that want sidebar and main to be the same height--> <div class="clear"> </div> </div> <!-- end content-wrapper --> <div id="footer-wrapper"> </div> </div></div> <!-- end outer-wrapper --> <script type="text/javascript"> if (window.jstiming) window.jstiming.load.tick('widgetJsBefore'); </script><script type="text/javascript" src="static/v1/widgets/585470096-widgets.js"></script> <script type="text/javascript"> _WidgetManager._Init('http://www.blogger.com/rearrange?blogID=1739868622701729143', 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html','1739868622701729143'); _WidgetManager._SetPageActionUrl('http://www.blogger.com/display?blogID=1739868622701729143', 'iUCKh8KQaW7m8-Epr8KSjPXyei8:1271062489164'); _WidgetManager._SetDataContext([{'name': 'blog', 'data': {'title': 'Bagus-Rahmat', 'pageType': 'item', 'url': 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/metode-elektro-analisis.html', 'homepageUrl': 'http://bagus-rahmat.blogspot.com/', 'enabledCommentProfileImages': true, 'searchLabel': '', 'searchQuery': '', 'pageName': 'Metode Elektro Analisis', 'pageTitle': 'Bagus-Rahmat: Metode Elektro Analisis', 'encoding': 'UTF-8', 'locale': 'in', 'isPrivate': false, 'languageDirection': 'ltr', 'feedLinks': '\74link rel\75\42alternate\42 type\75\42application/atom+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - Atom\42 href\75\42http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/posts/default\42 /\76\n\74link rel\75\42alternate\42 type\75\42application/rss+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - RSS\42 href\75\42http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/posts/default?alt\75rss\42 /\76\n\74link rel\75\42service.post\42 type\75\42application/atom+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - Atom\42 href\75\42http://www.blogger.com/feeds/1739868622701729143/posts/default\42 /\76\n\74link rel\75\42EditURI\42 type\75\42application/rsd+xml\42 title\75\42RSD\42 href\75\42http://www.blogger.com/rsd.g?blogID\0751739868622701729143\42 /\76\n\74link rel\75\42alternate\42 type\75\42application/atom+xml\42 title\75\42Bagus-Rahmat - Atom\42 href\75\42http://bagus-rahmat.blogspot.com/feeds/365292179582406739/comments/default\42 /\76\n', 'meTag': '', 'openIdOpTag': '', 'latencyHeadScript': '\74script type\75\42text/javascript\42\76(function() { var a\75window;function c(b){this.t\75{};this.tick\75function(d,i,e){e\75e?e:(new Date).getTime();this.t[d]\75[e,i]};this.tick(\42start\42,null,b)}var f\75new c;a.jstiming\75{Timer:c,load:f};try{var g\75null;if(a.chrome\46\46a.chrome.csi)g\75Math.floor(a.chrome.csi().pageT);if(g\75\75null)if(a.gtbExternal)g\75a.gtbExternal.pageT();if(g\75\75null)if(a.external)g\75a.external.pageT;if(g)a.jstiming.pt\75g}catch(h){};a.tickAboveFold\75function(b){b\75b;var d\0750;if(b.offsetParent){do d+\75b.offsetTop;while(b\75b.offsetParent)}b\75d;b\74\075750\46\46a.jstiming.load.tick(\42aft\42)};var j\75false;function k(){if(!j){j\75true;a.jstiming.load.tick(\42firstScrollTime\42)}}a.addEventListener?a.addEventListener(\42scroll\42,k,false):a.attachEvent(\42onscroll\42,k); })();\74/script\076'}}]); _WidgetManager._SetSystemMarkup({'layout': {'varName': '', 'template': '\74div class\75\47widget-wrap1\47\76\n\74div class\75\47widget-wrap2\47\76\n\74div class\75\47widget-wrap3\47\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74div class\75\47layout-title\47\76\74data:layout-title\76\74/data:layout-title\76\74/div\76\n\74a class\75\47editlink\47 expr:href\75\47data:widget.quickEditUrl\47 expr:onclick\75\47\46quot;return _WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById(\\\46quot;\46quot; + data:widget.instanceId + \46quot;\\\46quot;));\46quot;\47 target\75\47chooseWidget\47\76\74data:edit-link\76\74/data:edit-link\76\74/a\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\076'}, 'quickedit': {'varName': '', 'template': '\74div class\75\47clear\47\76\74/div\76\n\74span class\75\47widget-item-control\47\76\n\74span class\75\47item-control blog-admin\47\76\n\74a class\75\47quickedit\47 expr:href\75\47data:widget.quickEditUrl\47 expr:onclick\75\47\46quot;return _WidgetManager._PopupConfig(document.getElementById(\\\46quot;\46quot; + data:widget.instanceId + \46quot;\\\46quot;));\46quot;\47 expr:target\75\47\46quot;config\46quot; + data:widget.instanceId\47 expr:title\75\47data:edit-link\47\76\n\74img alt\75\47\47 height\75\04718\47 src\75\47http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png\47 width\75\04718\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/span\76\n\74div class\75\47clear\47\76\74/div\076'}, 'all-head-content': {'varName': 'page', 'template': '\74meta expr:content\75\47\46quot;text/html; charset\75\46quot; + data:page.encoding\47 http-equiv\75\47Content-Type\47/\76\n\74data:blog.latencyHeadScript\76\74/data:blog.latencyHeadScript\76\n\74meta content\75\47true\47 name\75\47MSSmartTagsPreventParsing\47/\76\n\74meta content\75\47blogger\47 name\75\47generator\47/\76\n\74link href\75\47http://www.blogger.com/favicon.ico\47 rel\75\47icon\47 type\75\47image/vnd.microsoft.icon\47/\76\n\74link expr:href\75\47data:blog.url\47 rel\75\47canonical\47/\76\n\74data:blog.feedLinks\76\74/data:blog.feedLinks\76\n\74data:blog.meTag\76\74/data:blog.meTag\76\n\74data:blog.openIdOpTag\76\74/data:blog.openIdOpTag\76\n\74data:blog.ieCssRetrofitLinks\76\74/data:blog.ieCssRetrofitLinks\076'}}); _WidgetManager._RegisterWidget('_LinkListView', new _WidgetInfo('LinkList2', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:links\47 var\75\47link\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:link.target\47\76\74data:link.name\76\74/data:link.name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('LinkList2'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_LinkListView', new _WidgetInfo('LinkList1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:links\47 var\75\47link\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:link.target\47\76\74data:link.name\76\74/data:link.name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('LinkList1'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_BlogArchiveView', new _WidgetInfo('BlogArchive1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title\47\76\n\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74div id\75\47ArchiveList\47\76\n\74div expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_ArchiveList\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;HIERARCHY\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47interval\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;FLAT\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47flat\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:style \75\75 \46quot;MENU\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47data\47 name\75\47menu\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}, 'flat': {'varName': 'data', 'template': '\74ul class\75\47flat\47\76\n\74b:loop values\75\47data:data\47 var\75\47i\47\76\n\74li class\75\47archivedate\47\76\n\74a expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76\74/a\76 (\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\n \74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\076'}, 'menu': {'varName': 'data', 'template': '\74select expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_ArchiveMenu\46quot;\47\76\n\74option value\75\47\47\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/option\76\n\74b:loop values\75\47data:data\47 var\75\47i\47\76\n\74option expr:value\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76 (\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\74/option\76\n\74/b:loop\76\n\74/select\076'}, 'interval': {'varName': 'intervalData', 'template': '\74b:loop values\75\47data:intervalData\47 var\75\47i\47\76\n\74ul class\75\47hierarchy\47\76\n\74li expr:class\75\47\46quot;archivedate \46quot; + data:i.expclass\47\76\n\74b:include data\75\47i\47 name\75\47toggle\47\76\74/b:include\76\n\74a class\75\47post-count-link\47 expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.name\76\74/data:i.name\76\74/a\76\n\74span class\75\47post-count\47 dir\75\47ltr\47\76(\74data:i.post-count\76\74/data:i.post-count\76)\74/span\76\n\74b:if cond\75\47data:i.data\47\76\n\74b:include data\75\47i.data\47 name\75\47interval\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:i.posts\47\76\n\74b:include data\75\47i.posts\47 name\75\47posts\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/li\76\n\74/ul\76\n\74/b:loop\076'}, 'toggle': {'varName': 'interval', 'template': '\74b:if cond\75\47data:interval.toggleId\47\76\n\74b:if cond\75\47data:interval.expclass \75\75 \46quot;expanded\46quot;\47\76\n\74a class\75\47toggle\47 href\75\47javascript:void(0)\47\76\n\74span class\75\47zippy toggle-open\47\76\46#9660;\46#160;\74/span\76\n\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74a class\75\47toggle\47 href\75\47javascript:void(0)\47\76\n\74span class\75\47zippy\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.languageDirection \75\75 \46quot;rtl\46quot;\47\76\n \46#9668;\46#160;\n \74b:else\76\74/b:else\76\n \46#9658;\46#160;\n \74/b:if\76\n\74/span\76\n\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\076'}, 'posts': {'varName': 'posts', 'template': '\74ul class\75\47posts\47\76\n\74b:loop values\75\47data:posts\47 var\75\47i\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:i.url\47\76\74data:i.title\76\74/data:i.title\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\076'}}, document.getElementById('BlogArchive1'), {'languageDirection': 'ltr'}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_ProfileView', new _WidgetInfo('Profile1', 'sidebar',{'main': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:title !\75 \46quot;\46quot;\47\76\n\74h2\76\74data:title\76\74/data:title\76\74/h2\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47widget-content\47\76\n\74b:if cond\75\47data:team \75\75 \46quot;true\46quot;\47\76\n\74ul\76\n\74b:loop values\75\47data:authors\47 var\75\47i\47\76\n\74li\76\74a expr:href\75\47data:i.userUrl\47\76\74data:i.display-name\76\74/data:i.display-name\76\74/a\76\74/li\76\n\74/b:loop\76\n\74/ul\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74b:if cond\75\47data:photo.url !\75 \46quot;\46quot;\47\76\n\74a expr:href\75\47data:userUrl\47\76\74img class\75\47profile-img\47 expr:alt\75\47data:photo.alt\47 expr:height\75\47data:photo.height\47 expr:src\75\47data:photo.url\47 expr:width\75\47data:photo.width\47/\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74dl class\75\47profile-datablock\47\76\n\74dt class\75\47profile-data\47\76\74data:displayname\76\74/data:displayname\76\74/dt\76\n\74b:if cond\75\47data:showlocation \75\75 \46quot;true\46quot;\47\76\n\74dd class\75\47profile-data\47\76\74data:location\76\74/data:location\76\74/dd\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:aboutme !\75 \46quot;\46quot;\47\76\74dd class\75\47profile-textblock\47\76\74data:aboutme\76\74/data:aboutme\76\74/dd\76\74/b:if\76\n\74/dl\76\n\74a class\75\47profile-link\47 expr:href\75\47data:userUrl\47\76\74data:viewProfileMsg\76\74/data:viewProfileMsg\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74b:include name\75\47quickedit\47\76\74/b:include\76\n\74/div\076'}}, document.getElementById('Profile1'), {}, 'displayModeFull')); _WidgetManager._RegisterWidget('_HeaderView', new _WidgetInfo('Header1', 'header')); _WidgetManager._RegisterWidget('_NavbarView', new _WidgetInfo('Navbar1', 'navbar')); _WidgetManager._RegisterWidget('_BlogView', new _WidgetInfo('Blog1', 'main',{'main': {'varName': 'top', 'template': '\74div class\75\47blog-posts hfeed\47\76\n\74b:include data\75\47top\47 name\75\47status-message\47\76\74/b:include\76\n\74data:defaultAdStart\76\74/data:defaultAdStart\76\n\74b:loop values\75\47data:posts\47 var\75\47post\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isDateStart\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isFirstPost \75\75 \46quot;false\46quot;\47\76\n \46lt;/div\46gt;\46lt;/div\46gt;\n \74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isDateStart\47\76\n \46lt;div class\75\46quot;date-outer\46quot;\46gt;\n \74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:post.dateHeader\47\76\n\74h2 class\75\47date-header\47\76\74span\76\74data:post.dateHeader\76\74/data:post.dateHeader\76\74/span\76\74/h2\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isDateStart\47\76\n \46lt;div class\75\46quot;date-posts\46quot;\46gt;\n \74/b:if\76\n\74div class\75\47post-outer\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47post\47\76\74/b:include\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType \75\75 \46quot;static_page\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47comments\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType \75\75 \46quot;item\46quot;\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47comments\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/div\76\n\74b:if cond\75\47data:post.includeAd\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.isFirstPost\47\76\n\74data:defaultAdEnd\76\74/data:defaultAdEnd\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:adEnd\76\74/data:adEnd\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47inline-ad\47\76\n\74data:adCode\76\74/data:adCode\76\n\74/div\76\n\74data:adStart\76\74/data:adStart\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:post.trackLatency\47\76\n\74data:post.latencyJs\76\74/data:post.latencyJs\76\n\74/b:if\76\n\74/b:loop\76\n\74b:if cond\75\47data:numPosts !\75 0\47\76\n \46lt;/div\46gt;\46lt;/div\46gt;\n \74/b:if\76\n\74data:adEnd\76\74/data:adEnd\76\n\74/div\76\n\74b:include name\75\47nextprev\47\76\74/b:include\76\n\74b:include name\75\47feedLinks\47\76\74/b:include\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showStars\47\76\n\74script src\75\47//www.google.com/jsapi\47 type\75\47text/javascript\47\76\74/script\76\n\74script type\75\47text/javascript\47\76\n google.load(\46quot;annotations\46quot;, \46quot;1\46quot;, {\46quot;locale\46quot;: \46quot;\74data:top.languageCode\76\74/data:top.languageCode\76\46quot;});\n function initialize() {\n google.annotations.setApplicationId(\74data:top.blogspotReviews\76\74/data:top.blogspotReviews\76);\n google.annotations.createAll();\n google.annotations.fetch();\n }\n google.setOnLoadCallback(initialize);\n \74/script\76\n\74/b:if\076'}, 'nextprev': {'varName': '', 'template': '\74div class\75\47blog-pager\47 id\75\47blog-pager\47\76\n\74b:if cond\75\47data:newerPageUrl\47\76\n\74span id\75\47blog-pager-newer-link\47\76\n\74a class\75\47blog-pager-newer-link\47 expr:href\75\47data:newerPageUrl\47 expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_blog-pager-newer-link\46quot;\47 expr:title\75\47data:newerPageTitle\47\76\74data:newerPageTitle\76\74/data:newerPageTitle\76\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:olderPageUrl\47\76\n\74span id\75\47blog-pager-older-link\47\76\n\74a class\75\47blog-pager-older-link\47 expr:href\75\47data:olderPageUrl\47 expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_blog-pager-older-link\46quot;\47 expr:title\75\47data:olderPageTitle\47\76\74data:olderPageTitle\76\74/data:olderPageTitle\76\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74a class\75\47home-link\47 expr:href\75\47data:blog.homepageUrl\47\76\74data:homeMsg\76\74/data:homeMsg\76\74/a\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47clear\47\76\74/div\076'}, 'post': {'varName': 'post', 'template': '\74div class\75\47post hentry uncustomized-post-template\47\76\n\74a expr:name\75\47data:post.id\47\76\74/a\76\n\74b:if cond\75\47data:post.title\47\76\n\74h3 class\75\47post-title entry-title\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.link\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.link\47\76\74data:post.title\76\74/data:post.title\76\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74b:if cond\75\47data:post.url\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.url\47\76\74data:post.title\76\74/data:post.title\76\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:post.title\76\74/data:post.title\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/h3\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47post-header\47\76\n\74div class\75\47post-header-line-1\47\76\74/div\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47post-body entry-content\47\76\n\74data:post.body\76\74/data:post.body\76\n\74div style\75\47clear: both;\47\76\74/div\76\n\74/div\76\n\74b:if cond\75\47data:post.hasJumpLink\47\76\n\74div class\75\47jump-link\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.url + \46quot;#more\46quot;\47 expr:title\75\47data:post.title\47\76\74data:post.jumpText\76\74/data:post.jumpText\76\74/a\76\n\74/div\76\n\74/b:if\76\n\74div class\75\47post-footer\47\76\n\74div class\75\47post-footer-line post-footer-line-1\47\76\n\74span class\75\47post-author vcard\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showAuthor\47\76\n\74data:top.authorLabel\76\74/data:top.authorLabel\76\n\74span class\75\47fn\47\76\74data:post.author\76\74/data:post.author\76\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47post-timestamp\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showTimestamp\47\76\n\74data:top.timestampLabel\76\74/data:top.timestampLabel\76\n\74b:if cond\75\47data:post.url\47\76\n\74a class\75\47timestamp-link\47 expr:href\75\47data:post.url\47 rel\75\47bookmark\47 title\75\47permanent link\47\76\74abbr class\75\47published\47 expr:title\75\47data:post.timestampISO8601\47\76\74data:post.timestamp\76\74/data:post.timestamp\76\74/abbr\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47reaction-buttons\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showReactions\47\76\n\74table border\75\0470\47 cellpadding\75\0470\47 cellspacing\75\0470\47 width\75\047100%\47\76\74tr\76\n\74td class\75\47reactions-label-cell\47 nowrap\75\47nowrap\47 valign\75\47top\47 width\75\0471%\47\76\n\74span class\75\47reactions-label\47\76\n\74data:top.reactionsLabel\76\74/data:top.reactionsLabel\76\74/span\76\46#160;\74/td\76\n\74td\76\74iframe allowtransparency\75\47true\47 class\75\47reactions-iframe\47 expr:src\75\47data:post.reactionsUrl\47 frameborder\75\0470\47 name\75\47reactions\47 scrolling\75\47no\47\76\74/iframe\76\74/td\76\n\74/tr\76\74/table\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47star-ratings\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showStars\47\76\n\74div expr:g:background-color\75\47data:backgroundColor\47 expr:g:text-color\75\47data:textColor\47 expr:g:url\75\47data:post.absoluteUrl\47 g:height\75\04742\47 g:type\75\47RatingPanel\47 g:width\75\047280\47\76\74/div\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47post-comment-link\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;item\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;static_page\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowComments\47\76\n\74a class\75\47comment-link\47 expr:href\75\47data:post.addCommentUrl\47 expr:onclick\75\47data:post.addCommentOnclick\47\76\74b:if cond\75\47data:post.numComments \75\75 1\47\0761 \74data:top.commentLabel\76\74/data:top.commentLabel\76\74b:else\76\74/b:else\76\74data:post.numComments\76\74/data:post.numComments\76\n\74data:top.commentLabelPlural\76\74/data:top.commentLabelPlural\76\74/b:if\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47post-backlinks post-comment-link\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;item\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;static_page\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.showBacklinks\47\76\n\74a class\75\47comment-link\47 expr:href\75\47data:post.url + \46quot;#links\46quot;\47\76\74data:top.backlinkLabel\76\74/data:top.backlinkLabel\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74span class\75\47post-icons\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.emailPostUrl\47\76\n\74span class\75\47item-action\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.emailPostUrl\47 expr:title\75\47data:top.emailPostMsg\47\76\n\74img alt\75\47\47 class\75\47icon-action\47 height\75\04713\47 src\75\47//www.blogger.com/img/icon18_email.gif\47 width\75\04718\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47postQuickEdit\47\76\74/b:include\76\n\74/span\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47post-footer-line post-footer-line-2\47\76\n\74span class\75\47post-labels\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.labels\47\76\n\74data:postLabelsLabel\76\74/data:postLabelsLabel\76\n\74b:loop values\75\47data:post.labels\47 var\75\47label\47\76\n\74a expr:href\75\47data:label.url\47 rel\75\47tag\47\76\74data:label.name\76\74/data:label.name\76\74/a\76\74b:if cond\75\47data:label.isLast !\75 \46quot;true\46quot;\47\76,\74/b:if\76\n\74/b:loop\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47post-footer-line post-footer-line-3\47\76\n\74span class\75\47post-location\47\76\n\74b:if cond\75\47data:top.showLocation\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.location\47\76\n\74data:postLocationLabel\76\74/data:postLocationLabel\76\n\74a expr:href\75\47data:post.location.mapsUrl\47 target\75\47_blank\47\76\74data:post.location.name\76\74/data:post.location.name\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/span\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\076'}, 'postQuickEdit': {'varName': 'post', 'template': '\74b:if cond\75\47data:post.editUrl\47\76\n\74span expr:class\75\47\46quot;item-control \46quot; + data:post.adminClass\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.editUrl\47 expr:title\75\47data:top.editPostMsg\47\76\n\74img alt\75\47\47 class\75\47icon-action\47 height\75\04718\47 src\75\47//www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif\47 width\75\04718\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\076'}, 'commentDeleteIcon': {'varName': 'comment', 'template': '\74span expr:class\75\47\46quot;item-control \46quot; + data:comment.adminClass\47\76\n\74a expr:href\75\47data:comment.deleteUrl\47 expr:title\75\47data:top.deleteCommentMsg\47\76\n\74img src\75\47//www.blogger.com/img/icon_delete13.gif\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\076'}, 'backlinkDeleteIcon': {'varName': 'backlink', 'template': '\74span expr:class\75\47\46quot;item-control \46quot; + data:backlink.adminClass\47\76\n\74a expr:href\75\47data:backlink.deleteUrl\47 expr:title\75\47data:top.deleteBacklinkMsg\47\76\n\74img src\75\47//www.blogger.com/img/icon_delete13.gif\47/\76\n\74/a\76\n\74/span\076'}, 'comments': {'varName': 'post', 'template': '\74div class\75\47comments\47 id\75\47comments\47\76\n\74a name\75\47comments\47\76\74/a\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowComments\47\76\n\74h4\76\n\74b:if cond\75\47data:post.numComments \75\75 1\47\76\n 1 \74data:commentLabel\76\74/data:commentLabel\76:\n \74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:post.numComments\76\74/data:post.numComments\76\n\74data:commentLabelPlural\76\74/data:commentLabelPlural\76:\n \74/b:if\76\n\74/h4\76\n\74b:if cond\75\47data:post.commentPagingRequired\47\76\n\74span class\75\47paging-control-container\47\76\n\74a expr:class\75\47data:post.oldLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.oldestLinkUrl\47\76\74data:post.oldestLinkText\76\74/data:post.oldestLinkText\76\74/a\76\n \46#160;\n \74a expr:class\75\47data:post.oldLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.olderLinkUrl\47\76\74data:post.olderLinkText\76\74/data:post.olderLinkText\76\74/a\76\n \46#160;\n \74data:post.commentRangeText\76\74/data:post.commentRangeText\76\n \46#160;\n \74a expr:class\75\47data:post.newLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.newerLinkUrl\47\76\74data:post.newerLinkText\76\74/data:post.newerLinkText\76\74/a\76\n \46#160;\n \74a expr:class\75\47data:post.newLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.newestLinkUrl\47\76\74data:post.newestLinkText\76\74/data:post.newestLinkText\76\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74dl expr:class\75\47data:post.avatarIndentClass\47 id\75\47comments-block\47\76\n\74b:loop values\75\47data:post.comments\47 var\75\47comment\47\76\n\74dt expr:class\75\47\46quot;comment-author \46quot; + data:comment.authorClass\47 expr:id\75\47data:comment.anchorName\47\76\n\74b:if cond\75\47data:comment.favicon\47\76\n\74img expr:src\75\47data:comment.favicon\47 height\75\04716px\47 style\75\47margin-bottom:-2px;\47 width\75\04716px\47/\76\n\74/b:if\76\n\74a expr:name\75\47data:comment.anchorName\47\76\74/a\76\n\74b:if cond\75\47data:blog.enabledCommentProfileImages\47\76\n\74data:comment.authorAvatarImage\76\74/data:comment.authorAvatarImage\76\n\74/b:if\76\n\74b:if cond\75\47data:comment.authorUrl\47\76\n\74a expr:href\75\47data:comment.authorUrl\47 rel\75\47nofollow\47\76\74data:comment.author\76\74/data:comment.author\76\74/a\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:comment.author\76\74/data:comment.author\76\n\74/b:if\76\n\74data:commentPostedByMsg\76\74/data:commentPostedByMsg\76\n\74/dt\76\n\74dd class\75\47comment-body\47\76\n\74b:if cond\75\47data:comment.isDeleted\47\76\n\74span class\75\47deleted-comment\47\76\74data:comment.body\76\74/data:comment.body\76\74/span\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74p\76\74data:comment.body\76\74/data:comment.body\76\74/p\76\n\74/b:if\76\n\74/dd\76\n\74dd class\75\47comment-footer\47\76\n\74span class\75\47comment-timestamp\47\76\n\74a expr:href\75\47data:comment.url\47 title\75\47comment permalink\47\76\n\74data:comment.timestamp\76\74/data:comment.timestamp\76\n\74/a\76\n\74b:include data\75\47comment\47 name\75\47commentDeleteIcon\47\76\74/b:include\76\n\74/span\76\n\74/dd\76\n\74/b:loop\76\n\74/dl\76\n\74b:if cond\75\47data:post.commentPagingRequired\47\76\n\74span class\75\47paging-control-container\47\76\n\74a expr:class\75\47data:post.oldLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.oldestLinkUrl\47\76\n\74data:post.oldestLinkText\76\74/data:post.oldestLinkText\76\n\74/a\76\n\74a expr:class\75\47data:post.oldLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.olderLinkUrl\47\76\n\74data:post.olderLinkText\76\74/data:post.olderLinkText\76\n\74/a\76\n \46#160;\n \74data:post.commentRangeText\76\74/data:post.commentRangeText\76\n \46#160;\n \74a expr:class\75\47data:post.newLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.newerLinkUrl\47\76\n\74data:post.newerLinkText\76\74/data:post.newerLinkText\76\n\74/a\76\n\74a expr:class\75\47data:post.newLinkClass\47 expr:href\75\47data:post.newestLinkUrl\47\76\n\74data:post.newestLinkText\76\74/data:post.newestLinkText\76\n\74/a\76\n\74/span\76\n\74/b:if\76\n\74p class\75\47comment-footer\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.embedCommentForm\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowNewComments\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47comment-form\47\76\74/b:include\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74data:post.noNewCommentsText\76\74/data:post.noNewCommentsText\76\n\74/b:if\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowComments\47\76\n\74a expr:href\75\47data:post.addCommentUrl\47 expr:onclick\75\47data:post.addCommentOnclick\47\76\74data:postCommentMsg\76\74/data:postCommentMsg\76\74/a\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/p\76\n\74/b:if\76\n\74div id\75\47backlinks-container\47\76\n\74div expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_backlinks-container\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.showBacklinks\47\76\n\74b:include data\75\47post\47 name\75\47backlinks\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\076'}, 'comment-form': {'varName': 'post', 'template': '\74div class\75\47comment-form\47\76\n\74a name\75\47comment-form\47\76\74/a\76\n\74h4 id\75\47comment-post-message\47\76\74data:postCommentMsg\76\74/data:postCommentMsg\76\74/h4\76\n\74p\76\74data:blogCommentMessage\76\74/data:blogCommentMessage\76\74/p\76\n\74data:blogTeamBlogMessage\76\74/data:blogTeamBlogMessage\76\n\74a expr:href\75\47data:post.commentFormIframeSrc\47 id\75\47comment-editor-src\47\76\74/a\76\n\74iframe allowtransparency\75\47true\47 class\75\47blogger-iframe-colorize blogger-comment-from-post\47 frameborder\75\0470\47 height\75\047410\47 id\75\47comment-editor\47 name\75\47comment-editor\47 src\75\47\47 width\75\047100%\47\76\74/iframe\76\n\74data:post.friendConnectJs\76\74/data:post.friendConnectJs\76\n\74data:post.cmtfpIframe\76\74/data:post.cmtfpIframe\76\n\74script type\75\47text/javascript\47\76\n BLOG_CMT_createIframe(\46#39;\74data:post.appRpcRelayPath\76\74/data:post.appRpcRelayPath\76\46#39;, \46#39;\74data:post.communityId\76\74/data:post.communityId\76\46#39;);\n \74/script\76\n\74/div\076'}, 'backlinks': {'varName': 'post', 'template': '\74a name\75\47links\47\76\74/a\76\74h4\76\74data:post.backlinksLabel\76\74/data:post.backlinksLabel\76\74/h4\76\n\74b:if cond\75\47data:post.numBacklinks !\75 0\47\76\n\74dl class\75\47comments-block\47 id\75\47comments-block\47\76\n\74b:loop values\75\47data:post.backlinks\47 var\75\47backlink\47\76\n\74div class\75\47collapsed-backlink backlink-control\47\76\n\74dt class\75\47comment-title\47\76\n\74span class\75\47backlink-toggle-zippy\47\76\46#160;\74/span\76\n\74a expr:href\75\47data:backlink.url\47 rel\75\47nofollow\47\76\74data:backlink.title\76\74/data:backlink.title\76\74/a\76\n\74b:include data\75\47backlink\47 name\75\47backlinkDeleteIcon\47\76\74/b:include\76\n\74/dt\76\n\74dd class\75\47comment-body collapseable\47\76\n\74data:backlink.snippet\76\74/data:backlink.snippet\76\n\74/dd\76\n\74dd class\75\47comment-footer collapseable\47\76\n\74span class\75\47comment-author\47\76\74data:post.authorLabel\76\74/data:post.authorLabel\76\n\74data:backlink.author\76\74/data:backlink.author\76\74/span\76\n\74span class\75\47comment-timestamp\47\76\74data:post.timestampLabel\76\74/data:post.timestampLabel\76\n\74data:backlink.timestamp\76\74/data:backlink.timestamp\76\74/span\76\n\74/dd\76\n\74/div\76\n\74/b:loop\76\n\74/dl\76\n\74/b:if\76\n\74p class\75\47comment-footer\47\76\n\74a class\75\47comment-link\47 expr:href\75\47data:post.createLinkUrl\47 expr:id\75\47data:widget.instanceId + \46quot;_backlinks-create-link\46quot;\47 target\75\47_blank\47\76\74data:post.createLinkLabel\76\74/data:post.createLinkLabel\76\74/a\76\n\74/p\076'}, 'feedLinks': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:blog.pageType !\75 \46quot;item\46quot;\47\76\n\74b:if cond\75\47data:feedLinks\47\76\n\74div class\75\47blog-feeds\47\76\n\74b:include data\75\47feedLinks\47 name\75\47feedLinksBody\47\76\74/b:include\76\n\74/div\76\n\74/b:if\76\n\74b:else\76\74/b:else\76\n\74div class\75\47post-feeds\47\76\n\74b:loop values\75\47data:posts\47 var\75\47post\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.allowComments\47\76\n\74b:if cond\75\47data:post.feedLinks\47\76\n\74b:include data\75\47post.feedLinks\47 name\75\47feedLinksBody\47\76\74/b:include\76\n\74/b:if\76\n\74/b:if\76\n\74/b:loop\76\n\74/div\76\n\74/b:if\076'}, 'feedLinksBody': {'varName': 'links', 'template': '\74div class\75\47feed-links\47\76\n\74data:feedLinksMsg\76\74/data:feedLinksMsg\76\n\74b:loop values\75\47data:links\47 var\75\47f\47\76\n\74a class\75\47feed-link\47 expr:href\75\47data:f.url\47 expr:type\75\47data:f.mimeType\47 target\75\47_blank\47\76\74data:f.name\76\74/data:f.name\76 (\74data:f.feedType\76\74/data:f.feedType\76)\74/a\76\n\74/b:loop\76\n\74/div\076'}, 'status-message': {'varName': '', 'template': '\74b:if cond\75\47data:navMessage\47\76\n\74div class\75\47status-msg-wrap\47\76\n\74div class\75\47status-msg-body\47\76\n\74data:navMessage\76\74/data:navMessage\76\n\74/div\76\n\74div class\75\47status-msg-border\47\76\n\74div class\75\47status-msg-bg\47\76\n\74div class\75\47status-msg-hidden\47\76\74data:navMessage\76\74/data:navMessage\76\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74/div\76\n\74div style\75\47clear: both;\47\76\74/div\76\n\74/b:if\076'}}, document.getElementById('Blog1'), {}, 'displayModeFull')); </script>Unknownnoreply@blogger.com0