Senin, 05 Desember 2011

Kunyit Putih

Riset Medis Tentang Kunyit Putih Riset Medis Tentang Kunyit Putih Kunyit Putih (curcuma alba), sebagai anggota keluarga besar Curcuma, mengandung zat kurkumin. Dalam buku Encyclopedia of Medical Plants dinyatakan, kurkumin mempunyai khasiat anti-oksidan dan anti-inflamasi. Bahkan khasiat anti-oksidannya lebih kuat dari vitamin E, sedangkan khasiat anti-inflamasinya lebih kuat daripada hidrokortison kimia/sintetis. Menurut laporan American Institute of Cancer Report yang dimuat The New York Times akhir Juli 1999, kanker dapat dicegah dengan kunyit. Zat anti-oksidan pada kunyit berfungsi mencegah kerusakan asam deoksiribonukleat (senyawa yang menyusun gen), karena kerusakan gen adalah salah satu penyebab terjadinya kanker. Sedangkan kurkumin bersama feruloyl dan 4-hydroxy-cinnamoyl adalah senyawa anti-inflamasi yang terdapat pada rimpang kunyit. Kesimpulannya, kedua kandungan kurkumin tersebut sangat berperan dalam memerangi kanker, yaitu mencegah kerusakan gen sekaligus mencegah peradangan (inflamasi), karena pada penyakit kanker selalu terjadi inflamasi. “Kunyit putih bisa membantu proses penyembuhan dari kanker karena mengandung senyawa turunan (derivat) flavonoid dan kurkumin yang bertindak sebagai antioksidan,” ujar Dr Maksum Radji, MBiomed, Apt, Ketua Perhimpunan Penelitian Bahan Alam saat dihubungi detikHealth, Kamis (14/1/2010). Dr Maksum menjelaskan khasiat kunyit putih dalam melawan sel kanker masih sebatas penelitian in vitro (laboratorium) dan belum mencapai uji klinis. Namun kunyit putih sudah banyak dipakai sebagai obat alternatif untuk penyakit kanker.Penelitian secara in vitro dilakukan dengan uji bioaktivasi. Sel kanker dikembangbiakkan dalam laboratorium dan setelah diberikan konsentrasi tertentu dari kunyit putih sel kanker tersebut menjadi mati. Selain itu didapatkan pula bahwa aktivitas kunyit putih dalam mematikan sel kanker lebih baik dibandingkan dengan tanaman Mahkota Dewa. Sementara itu, American Institute of Cancer melaporkan kunyit putih bisa digunakan untuk mencegah kanker. Antioksidan yang terkandung dalam kunyit putih bisa memiliki fungsi untuk mencegah asam deoksiribonukleat (DNA) dari kerusakan. Kerusakan gen ini merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya kanker. Selain iu, diketahui juga bahwa senyawa yang terkandung dalam kunyit putih bisa bertindak sebagai obat anti peradangan.Beberapa penelitian lain pun menyebutkan ada kandungan Ribosome in Activating Protein (R.I.P) dalam kunyit putih. Senyawa ini diduga dapat menghambat penyebaran sel kanker dan mencegah kerusakan sel.

Sabtu, 19 November 2011

Selasa, 07 Juni 2011

Metode Uji Serologis



Uji serologis merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melihat gambaran titer antibodi di dalam tubuh ayam. Pengaplikasian uji serologis ini kurang lebih ada 4 tujuan, satu diantaranya ialah untuk memantau hasil vaksinasi. Dalam perkembangannya, peternak mulai menyadari perlunya melakukan uji serologis terlebih lagi dengan semakin banyaknya jenis penyakit atau padatnya jadwal vaksinasi. Melalui uji serologis, pelaksanaan vaksinasi ulang pun menjadi lebih tepat. Selain itu, hasil uji serologis juga dapat digunakan sebagai peneguhan diagnosa suatu penyakit. Titer antibodi dari penyakit viral seperti Newcastle diseases (ND), avian influenza (AI), infectious bursal disease (IBD/gumboro), infectious bronchitis (IB) dan egg drops syndrome (EDS) maupun penyakit bakterial yaitu korisa, salmonella dan chronic respiratory disease (CRD) dapat diketahui melalui uji serologis.


Metode Uji Serologi


HI test dan ELISA merupakan metode uji serologi yang telah familiar bagi peternak. Kedua metode uji tersebut seringkali menjadi pilihan bagi peternak. Bahkan ada beberapa peternak yang telah menjadikan seperangkat alat HI test sebagai sebuah investasi untuk mendukung usaha peternakannya. Beberapa metode uji serologi yang diaplikasikan antara lain :

*

Haemagglutination Inhibition (HI) test

Secara bahasa haemagglutination inhibition dapat diartikan sebagai hambatan haemaglutinasi. Sedangkan haemaglutinasi merupakan penggumpalan dari sel darah merah. Kemampuan mengaglutinasi tidak dimiliki oleh semua virus atau bakteri yang menyerang ayam tetapi hanya beberapa virus dan bakteri yang memiliki zat haemaglutinin, diantaranya paramyxovirus (ND), poxvirus (Pox), adenovirus (EDS), orthomyxovirus (AI), bakteri Mycoplasma sp., Haemophilus paragallinarum maupun Salmonella pullorum. Zat haemaglutinin yang terdapat dalam tubuh virus atau bakteri tersebut bersifat antigenik yang dapat merangsang terbentuknya antibodi spesifik. Antibodi yang terbentuk tersebut memiliki kemampuan mengambat terjadinya aglutinasi darah yang disebabkan oleh haemaglutinin dari virus atau bakteri.

Hasil HI test ditunjukkan dari ada tidaknya proses aglutinasi. (A = terjadi aglutinasi dan B = tidak terjadi aglutinasi)


HI test menggunakan reaksi hambatan haemaglutinasi tersebut untuk membantu menentukan diagnosa penyakit secara laboratorium dan mengetahui status kekebalan tubuh (titer antibodi, red). Prinsip kerja dari HI test ialah mereaksikan antigen dan serum dengan pengenceran tertentu sehingga dapat diketahui sampai pengenceran berapa antibodi yang terkandung dalam serum dapat menghambat terjadinya aglutinasi eritrosit. HI test merupakan metode uji serologis yang mudah dilakukan dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat.

HI test merupakan metode uji serologis yang relatif mudah dilakukan dan hasil yang diperolehnya pun cepat


*

Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

ELISA sebagai salah satu metode uji serologis mempunyai satu kelebihan yaitu mampu mendeteksi beberapa jenis antibodi dari 1 sampel serum (tergantung dari kit ELISA yang digunakan). ELISA juga memiliki tingkat spesifikasi (yaitu kemampuan mendeteksi ayam yang tidak terinfeksi atau ayam yang tidak terinfeksi dinyatakan negatif) yang tinggi.

Peralatan yang digunakan dalam uji serologis melalui ELISA salah satunya ialah microreader


Metode uji ini banyak digunakan untuk mendeteksi infeksi virus (IB atau IBD) maupun bakteri, seperti Salmonella sp. dan Pasteurella multocida. ELISA juga merupakan metode uji serologis yang cepat untuk menguji sampel dalam jumlah besar. Namun peralatannya, seperti reader, washer dan komputer relatif mahal.


*

Agar Gel Precipitation (AGP)

Metode uji serologis ini termasuk metode yang sederhana untuk mendeteksi antibodi terhadap berbagai virus berdasarkan reaksi positif (+) atau negatif (-). Namun AGP akan mendeteksi semua strain virus tanpa memperhatikan serotipenya. Meski relatif belum dikenal oleh peternak, metode ini seringkali digunakan untuk mendeteksi antibodi dari virus IB dan fowl adenovirus (FAV) atau inclusion body hepatitis.




*

Rapid Plate Aglutination (RPA)

RPA merupakan metode uji serologis yang sesuai dan mudah digunakan untuk mendeteksi antobodi yang dihasilkan saat ada infeksi atau vaksinasi bakteri Mycoplasma sp. dan Salmonella sp. Metode uji ini juga relatif fleksibel karena dapat dilakukan di laboratorium maupun langsung saat berada di kandang.

Cara metode uji ini juga sangat mudah, hanya dengan mencampur satu tetes serum dengan satu tetes antigen kemudian dikocok selama 2 menit. Jika terjadi aglutinasi (penggumpalan) maka reaksi dinyatakan positif dan sebaliknya jika tidak terjadi aglutinasi hasil uji serologis dinyatakan negatif. Oleh karena itu, metode uji serologis ini hanya menunjukkan ada tidaknya titer antibodi, namun tidak bsia menentukan tinggi rendahnya (nilai) dari antibodi yang terdapat dalam tubuh ayam.


*

Serum Neutralisation (SN) test

Serum neutralisation (SN) test merupakan metode uji serologis yang paling mahal diantara ke-4 metode uji sebelumnya. Metode uji ini membutuhkan peralatan yang mahal. Selain itu, dalam metode ini diperlukan telur spesific pathogenic free (SPF) untuk persiapan kultur jaringan atau kultur organ.

Metode uji ini paling tepat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap serotipe yang berbeda dari virus yang diuji. Titer antibodi yang dapat diuji dengan SN test antara lain IB dan FAV.


Titik Kritis Pertama Penentu Keberhasilan Diagnosa


Pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan tepat


Itulah metode pengambilan dan penanganan sampel darah. Oleh karena itu teknik pengambilan dan penanganan sampel darah harus dilakukan dengan tepat. Mengenai hal ini telah kami cantumkan pada artikel utama edisi kali ini pada subpoint pengambilan sampel yang kurang tepat.


Jarak dan Waktu Analisis, Tidak Menjadi Kendala Lagi


Jarak dan waktu analisis sering kali menjadi kendala jika kita akan mela-kukan uji serologis. Terlebih lagi hasil uji serologis tersebut dinantikan untuk me-mantapkan diagnosa suatu penyakit. Berdasarkan latar belakang tersebut dan sejalan dengan misi Medion, yaitu mem-berikan pelayanan yang prima maka di-bukalah layanan uji serologis (HI test) di seluruh kantor cabang Medion. Selain dekat, waktu yang diperlukan untuk analisis sangat cepat. Peternak dapat mengetahui hasil uji serologisnya dalam waktu tidak lebih dari 1 x 24 jam.


Uji serologis mempunyai peranan yang penting, terutama sebagai peman-tapan diagnosa penyakit. Sudah saatnya kita mengenal dan mengaplikasikannya.