Minggu, 23 Mei 2010

Snap Shots Options [Make this Shot larger] [Close]
Options
Disable
Get Free Shots


Close
Snap Shares for charity
Murdiah's Blog
Just another WordPress.com weblog

* About

Oleh: murdiah | November 7, 2009
Perkakas ‹ Murdiah’s Blog — WordPress


v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:”";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;}

Belerang

Sejarah

Menurut Genesis, belerang sudah lama dikenal oleh nenek moyang sebagai batu belerang.

Sumber

Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus.

Belerang terjadi secara alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfir tersebar di alam sebagai pirit, galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit dan lain-lain.

Pembuatan

Belerang dihasilkan secara komersial dari sumber mata air hingga endapan garam yang melengkung sepanjang Lembah Gulf di Amerika Serikat. Menggunakan proses Frasch, air yang dipanaskan masuk ke dalam sumber mata air untuk mencairkan belerang, yang kemudian terbawa ke permukaan.

Belerang juga terdapat pada gas alam dan minyak mentah, namun belerang harus dihilangkan dari keduanya. Awalnya hal ini dilakukan secara kimiawi, yang akhinya membuang belerang. Namun sekarang, proses yang baru memungkinkan untuk mengambil kembali belerang yang terbuang. Sejumlah besar belerang diambil dari ladang gas Alberta.

Sifat-sifat

Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam air tapi mudah larut dalam CS2 (karbon disulfida). Dalam berbagai bentuk, baik gas, cair maupun padat, unsur belerang terjadi dengan bentuk alotrop yang lebih dari satu atau campuran. Dengan bentuk yang berbeda-beda, akibatnya sifatnya pun berbeda-beda dan keterkaitan antara sifat dan bentuk alotropnya masih belum dapat dipahami.

Pada tahun 1975, ahli kimia dari Universitas Pensilvania melaporkan pembuatan polimer belerang nitrida, yang memiliki sifat logam, meski tidak mengandung atom logam sama sekali. Zat ini memiliki sifat elektris dan optik yang tidak biasa.

Belerang dengan kemurnian 99.999+% sudah tersedia secara komersial.

Belerang amorf atau belerang plastik diperoleh dengan pendinginan dari kristal secara mendadak dan cepat. Studi dengan sinar X menunjukkan bahwa belerang amorf memiliki struktur helik dengan delapan atom pada setiap spiralnya. Kristal belerang diduga terdiri dari bentuk cincin dengan delapan atom belerang, yang saling menguatkan sehingga memberikan pola sinar X yang normal.




Keterangan Umum Unsur

Nama, Lambang, Nomor atom


sulfur, S, 16

Deret kimia


nonmetals

Golongan, Periode, Blok


16, 3, p

Penampilan


kuning lemon

Massa atom


32.065(5) g/mol

Konfigurasi elektron


[Ne] 3s2 3p4

Jumlah elektron tiap kulit


2, 8, 6

Ciri-ciri fisik

Fase


solid

Massa jenis (sekitar suhu kamar)


(alpha) 2.07 g/cm³

Massa jenis (sekitar suhu kamar)


(beta) 1.96 g/cm³

Massa jenis (sekitar suhu kamar)


(gamma) 1.92 g/cm³

Massa jenis cair pada titik lebur


1.819 g/cm³

Titik lebur


388.36 K
(115.21 °C, 239.38 °F)

Titik didih


717.8 K
(444.6 °C, 832.3 °F)

Titik kritis


1314 K, 20.7 MPa

Kalor peleburan


(mono) 1.727 kJ/mol

Kalor penguapan


(mono) 45 kJ/mol

Kapasitas kalor


(25 °C) 22.75 J/(mol·K)

Tekanan uap

P/Pa


1


10


100


1 k


10 k


100 k

pada T/K


375


408


449


508


591


717

Ciri-ciri atom

Struktur kristal


orthorhombic

Bilangan oksidasi


−1, ±2, 4, 6
(strongly acidic oxide)

Elektronegativitas


2.58 (skala Pauling)

Energi ionisasi
(detil)


ke-1: 999.6 kJ/mol

ke-2: 2252 kJ/mol

ke-3: 3357 kJ/mol

Jari-jari atom


100 pm

Jari-jari atom (terhitung)


88 pm

Jari-jari kovalen


102 pm

Jari-jari Van der Waals


180 pm

Lain-lain

Sifat magnetik


no data

Resistivitas listrik


(20 °C) (amorphous)
2×1015 Ω·m

Konduktivitas termal


(300 K) (amorphous)
0.205 W/(m·K)

Modulus ruah


7.7 GPa

Skala kekerasan Mohs


2.0

Nomor CAS


7704-34-9

Isotop

iso


NA


waktu paruh


DM


DE (MeV)


DP

32S


95.02%


S stabil dengan 16 neutron

33S


0.75%


S stabil dengan 17 neutron

34S


4.21%


S stabil dengan 18 neutron

35S


syn


87.32 d


β-


0.167


35Cl

36S


0.02%


S stabil dengan 20 neutron

Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.

Isotop

Belerang memiliki sebelas isotop. Dari empat isotop yang ada di alam, tidak satupun yang bersifat radioaktif. Belerang dengan bentuk yang sangat halus, dikenal sebagai bunga belerang, dan diperoleh dengan cara sublimasi.

Unsur belerang dapat ditemukan dalam beberapa bentuk allotropi, dua diantaranya adalah monoklinik dan rhombik belerang seperti gambar yang tertera di bawah ini.


Kanan : Rhombik belerang ; Kiri : Monoklinik Belerang

Kedua-duanya baik monoklinik dan rhombik belerang terbentuk dari delapan atom belerang yang membentuk molekul siklik.


Molekul siklik dari belerang padat (S8)

Rupa dari sulfur pada suhu dan tekanan biasa memiliki sifat isulator arus listrik. Walaupun, penelitian belerang pada tekanan tinggi menunjukkan bukti terjadinya transisi ke struktur berbeda yang merupakan fase logam (superkonduktivitas sering dikaitkan dengan perubahan struktur dari satu struktur kristal logam ke struktur logam lainnya, dimana struktur yang kedua menyimpang dari struktur sebelumnya). Elektromagnet khusus yang didasari oleh superkonduktif material digunakan secara luas di ilmu kedokteran untuk magnetik resonance imaging (MRI). Secara umum, superkonduktif material hanya menunjukkan sifat ini pada temperatur yang sangat rendah, lebih rendah daripada temperature hidrogen cair (20K).

Sifat dari belerang ini sangatlah penting karena fase logamnya memiliki suhu kritis yang sangat tinggi yang melampaui superkonduktivitas dari unsur-unsur benda padat lainnya yang telah diteliti. Lebih lanjut, suhu kritis ini meningkat dengan bertambahnya tekanan, merupakan sifat yang luarbiasa. Sebagai contoh, selenium dan telurium, yang merupakan satu golongan dengan belerang, menunjukkan sifat yang berbeda. Belum ada yang tahu bagaimana menjelaskan fenomena tersebut. Makna dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa belerang membuka kesempatan untuk pengembanhan dari percobaan teori superkonduktivitas. Para peneliti sedang merencanakan untuk meningkatkan tekanan guna mempelajari sifat yang luarbiasa ini.

Senyawa-senyawaSenyawa organik yang mengandung belerang sangat penting. Kalsium sulfur, ammonium sulfat, karbon disulfida, belerang dioksida dan asam sulfida adalah beberapa senyawa di antara banyak senyawa belerang yang sangat penting

Kegunaan Belerang adalah komponen serbuk mesiu dan digunakan dalam proses vulkanisasi karet alam dan juga berperaan sebagai fungisida. Belerang digunakan besar-besaran dalam pembuatan pupuk fosfat. Berton-ton belerang digunakan untuk menghasilkan asa sulfat, bahankimia yang sangat penting.

Belerang juga digunakanuntuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untuk mensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering. Belerang merupakan insultor yang baik.

Belerang sangat penting untuk kehidupan. Belerang adalah penyusun lemak, cairan tubuh dan mineral tulang, dalam kadar yang sedikit.

Belerang cepat menghilangkan bau. Belerang dioksida adalah zat berbahaya di atmosfer, sebagai pencemar udara.

Hidrogen sulfida, H2S, gas beracun dan tak bewarna (mp -85.5 oC and bp -60.7 oC) dengan bau telur busuk. Gas ini sering ditangani dengan tidak cukup hati-hati, gas ini sangat berbahaya dan harus ditangani dalam lingkungan yang ventilasinya baik. Gas ini digunakan untuk analisis kimia dengan cara pengendapan ion logam, pembuatan senyawa yang mengandung belerang, dsb.

Belerang oksida

Belerang dioksida, SO2, dibentuk dengan pembakaran belerang atau senyawa belerang. Belerang dioksida ini merupakan gas yang tidak bewarna dan merupakan gas beracun (bp -10.0 oC) dan merupakan gas emisi industri yang menyebabkan masalah lingkungan. Namun, pada saat

yang sama gas ini sangat penting karena merupakan sumber belerang. Belerang dioksida merupakan senyawa bersudut, dan telah ditunjukkan sebagai ligan pada logam transisi akan menghasilkan berbagai modus koordinasi. SO2 juga merupakan pelarut non-air mirip dengan amonia, dan digunakan untuk reaksi khusus atau sebagai pelarut khusus dalam pengukuran NMR.

Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 = S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi. Semuanya bereaksi dengan air dengan hebat membentuk asam sulfat.

Asam-asam okso belerang

Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian besar tidak stabil dan tidak dapat diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar, di sini terlibat berbagai kesetimbangan redoks.

Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan

menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.

Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil. Ion S2O3 2- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO4 2- dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.

Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi. Ion SO3 2- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O6 2-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S.

Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat. Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 = S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi. Semuanya bereaksi dengan air dengan

hebat membentuk asam sulfat.

Asam-asam okso belerang

Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian besar tidak stabil dan tidak dapat diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar, di sini terlibat berbagai kesetimbangan redoks.

Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan

menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.

Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil. Ion S2O3 2- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO4 2- dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.

Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi. Ion SO3

2- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O6 2-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S. Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat.

Tinggalkan sebuah Komentar

Ditulis dalam Uncategorized | Tag:hebh
Oleh: murdiah | November 7, 2009
belerang

Belerang
Sejarah
Menurut Genesis, belerang sudah lama dikenal oleh nenek moyang sebagai batu belerang.
Sumber
Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus.
Belerang terjadi secara alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfir tersebar di alam sebagai pirit, galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit dan lain-lain.
Pembuatan
Belerang dihasilkan secara komersial dari sumber mata air hingga endapan garam yang melengkung sepanjang Lembah Gulf di Amerika Serikat. Menggunakan proses Frasch, air yang dipanaskan masuk ke dalam sumber mata air untuk mencairkan belerang, yang kemudian terbawa ke permukaan.
Belerang juga terdapat pada gas alam dan minyak mentah, namun belerang harus dihilangkan dari keduanya. Awalnya hal ini dilakukan secara kimiawi, yang akhinya membuang belerang. Namun sekarang, proses yang baru memungkinkan untuk mengambil kembali belerang yang terbuang. Sejumlah besar belerang diambil dari ladang gas Alberta.
Sifat-sifat
Belerang berwarna kuning pucat, padatan yang rapuh, yang tidak larut dalam air tapi mudah larut dalam CS2 (karbon disulfida). Dalam berbagai bentuk, baik gas, cair maupun padat, unsur belerang terjadi dengan bentuk alotrop yang lebih dari satu atau campuran. Dengan bentuk yang berbeda-beda, akibatnya sifatnya pun berbeda-beda dan keterkaitan antara sifat dan bentuk alotropnya masih belum dapat dipahami.
Pada tahun 1975, ahli kimia dari Universitas Pensilvania melaporkan pembuatan polimer belerang nitrida, yang memiliki sifat logam, meski tidak mengandung atom logam sama sekali. Zat ini memiliki sifat elektris dan optik yang tidak biasa.
Belerang dengan kemurnian 99.999+% sudah tersedia secara komersial.
Belerang amorf atau belerang plastik diperoleh dengan pendinginan dari kristal secara mendadak dan cepat. Studi dengan sinar X menunjukkan bahwa belerang amorf memiliki struktur helik dengan delapan atom pada setiap spiralnya. Kristal belerang diduga terdiri dari bentuk cincin dengan delapan atom belerang, yang saling menguatkan sehingga memberikan pola sinar X yang normal.

Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom
sulfur, S, 16
Deret kimia
nonmetals

Golongan, Periode, Blok
16, 3, p

Penampilan
kuning lemon

Massa atom
32.065(5) g/mol

Konfigurasi elektron
[Ne] 3s2 3p4

Jumlah elektron tiap kulit
2, 8, 6

Ciri-ciri fisik
Fase
solid

Massa jenis (sekitar suhu kamar)
(alpha) 2.07 g/cm³
Massa jenis (sekitar suhu kamar)
(beta) 1.96 g/cm³
Massa jenis (sekitar suhu kamar)
(gamma) 1.92 g/cm³
Massa jenis cair pada titik lebur
1.819 g/cm³
Titik lebur
388.36 K
(115.21 °C, 239.38 °F)

Titik didih
717.8 K
(444.6 °C, 832.3 °F)

Titik kritis
1314 K, 20.7 MPa

Kalor peleburan
(mono) 1.727 kJ/mol
Kalor penguapan
(mono) 45 kJ/mol
Kapasitas kalor
(25 °C) 22.75 J/(mol•K)
Tekanan uap

P/Pa 1 10 100 1 k 10 k 100 k
pada T/K 375 408 449 508 591 717

Ciri-ciri atom
Struktur kristal
orthorhombic
Bilangan oksidasi
−1, ±2, 4, 6
(strongly acidic oxide)

Elektronegativitas
2.58 (skala Pauling)

Energi ionisasi
(detil)
ke-1: 999.6 kJ/mol

ke-2: 2252 kJ/mol
ke-3: 3357 kJ/mol
Jari-jari atom
100 pm

Jari-jari atom (terhitung)
88 pm

Jari-jari kovalen
102 pm

Jari-jari Van der Waals
180 pm

Lain-lain
Sifat magnetik
no data
Resistivitas listrik
(20 °C) (amorphous)
2×1015 Ω•m
Konduktivitas termal
(300 K) (amorphous)
0.205 W/(m•K)
Modulus ruah
7.7 GPa
Skala kekerasan Mohs
2.0
Nomor CAS
7704-34-9
Isotop
iso
NA
waktu paruh
DM
DE (MeV)
DP

32S 95.02% S stabil dengan 16 neutron

33S 0.75% S stabil dengan 17 neutron

34S 4.21% S stabil dengan 18 neutron

35S syn
87.32 d
β-
0.167 35Cl

36S 0.02% S stabil dengan 20 neutron

Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.
Isotop
Belerang memiliki sebelas isotop. Dari empat isotop yang ada di alam, tidak satupun yang bersifat radioaktif. Belerang dengan bentuk yang sangat halus, dikenal sebagai bunga belerang, dan diperoleh dengan cara sublimasi.
Unsur belerang dapat ditemukan dalam beberapa bentuk allotropi, dua diantaranya adalah monoklinik dan rhombik belerang seperti gambar yang tertera di bawah ini.

Kanan : Rhombik belerang ; Kiri : Monoklinik Belerang
Kedua-duanya baik monoklinik dan rhombik belerang terbentuk dari delapan atom belerang yang membentuk molekul siklik.

Molekul siklik dari belerang padat (S8)
Rupa dari sulfur pada suhu dan tekanan biasa memiliki sifat isulator arus listrik. Walaupun, penelitian belerang pada tekanan tinggi menunjukkan bukti terjadinya transisi ke struktur berbeda yang merupakan fase logam (superkonduktivitas sering dikaitkan dengan perubahan struktur dari satu struktur kristal logam ke struktur logam lainnya, dimana struktur yang kedua menyimpang dari struktur sebelumnya). Elektromagnet khusus yang didasari oleh superkonduktif material digunakan secara luas di ilmu kedokteran untuk magnetik resonance imaging (MRI). Secara umum, superkonduktif material hanya menunjukkan sifat ini pada temperatur yang sangat rendah, lebih rendah daripada temperature hidrogen cair (20K).
Sifat dari belerang ini sangatlah penting karena fase logamnya memiliki suhu kritis yang sangat tinggi yang melampaui superkonduktivitas dari unsur-unsur benda padat lainnya yang telah diteliti. Lebih lanjut, suhu kritis ini meningkat dengan bertambahnya tekanan, merupakan sifat yang luarbiasa. Sebagai contoh, selenium dan telurium, yang merupakan satu golongan dengan belerang, menunjukkan sifat yang berbeda. Belum ada yang tahu bagaimana menjelaskan fenomena tersebut. Makna dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa belerang membuka kesempatan untuk pengembanhan dari percobaan teori superkonduktivitas. Para peneliti sedang merencanakan untuk meningkatkan tekanan guna mempelajari sifat yang luarbiasa ini.
Senyawa-senyawaSenyawa organik yang mengandung belerang sangat penting. Kalsium sulfur, ammonium sulfat, karbon disulfida, belerang dioksida dan asam sulfida adalah beberapa senyawa di antara banyak senyawa belerang yang sangat penting
Kegunaan Belerang adalah komponen serbuk mesiu dan digunakan dalam proses vulkanisasi karet alam dan juga berperaan sebagai fungisida. Belerang digunakan besar-besaran dalam pembuatan pupuk fosfat. Berton-ton belerang digunakan untuk menghasilkan asa sulfat, bahankimia yang sangat penting.
Belerang juga digunakanuntuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untuk mensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering. Belerang merupakan insultor yang baik.
Belerang sangat penting untuk kehidupan. Belerang adalah penyusun lemak, cairan tubuh dan mineral tulang, dalam kadar yang sedikit.
Belerang cepat menghilangkan bau. Belerang dioksida adalah zat berbahaya di atmosfer, sebagai pencemar udara.
Hidrogen sulfida, H2S, gas beracun dan tak bewarna (mp -85.5 oC and bp -60.7 oC) dengan bau telur busuk. Gas ini sering ditangani dengan tidak cukup hati-hati, gas ini sangat berbahaya dan harus ditangani dalam lingkungan yang ventilasinya baik. Gas ini digunakan untuk analisis kimia dengan cara pengendapan ion logam, pembuatan senyawa yang mengandung belerang, dsb.
Belerang oksida
Belerang dioksida, SO2, dibentuk dengan pembakaran belerang atau senyawa belerang. Belerang dioksida ini merupakan gas yang tidak bewarna dan merupakan gas beracun (bp -10.0 oC) dan merupakan gas emisi industri yang menyebabkan masalah lingkungan. Namun, pada saat
yang sama gas ini sangat penting karena merupakan sumber belerang. Belerang dioksida merupakan senyawa bersudut, dan telah ditunjukkan sebagai ligan pada logam transisi akan menghasilkan berbagai modus koordinasi. SO2 juga merupakan pelarut non-air mirip dengan amonia, dan digunakan untuk reaksi khusus atau sebagai pelarut khusus dalam pengukuran NMR.
Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 = S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi. Semuanya bereaksi dengan air dengan hebat membentuk asam sulfat.
Asam-asam okso belerang
Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian besar tidak stabil dan tidak dapat diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar, di sini terlibat berbagai kesetimbangan redoks.
Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan
menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.
Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil. Ion S2O3 2- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO4 2- dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.
Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi. Ion SO3 2- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O6 2-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S.
Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat. Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida dan digunakan dalam produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa gasnya adalah molekul planar. SO3 planar ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 = S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit air SO3 berubah menjadi β-SO3, yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi. Semuanya bereaksi dengan air dengan
hebat membentuk asam sulfat.
Asam-asam okso belerang
Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian besar tidak stabil dan tidak dapat diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi belerang bervariasi cukup besar, di sini terlibat berbagai kesetimbangan redoks.
Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan
menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.
Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil. Ion S2O3 2- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO4 2- dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.
Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi. Ion SO3
2- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O6 2-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S. Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat.

Tinggalkan sebuah Komentar

Ditulis dalam Uncategorized
Oleh: murdiah | November 7, 2009
manfaat kulit pisang

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

KAJIAN PSIKOKIMIA PRODUK NATA DE MUSA DARI KULIT TIGA VARIETAS PISANG DI PULAU LOMBOK

BIDANG KEGIATAN :
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKMP)

Diusulkan oleh :
Murdiah : G1C007025/2007
Vera Fitriya Ersalena : G1C008032/2008
Teten Angriani : G1C008036/2008

UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2009
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Kajian Psikokimia Produk Nata De Musa Dari Kulit Tiga Varietas Pisang di Pulau Lombok
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana kegiatan
a. Nama Lengkap : Murdiah
b. NIM : G1C 007 025
c. Program Studi : Kimia
d. Perguruan Tinggi : Universitas Mataram
e. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Bongkem, Sakra Timur, Lombok
Timur, HP. 081 917 085 506
f. Alamat email : murd_img04@yahoo.com
4. Anggota : 2 Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Siti Raudhatul Kamali, S.Pd.,M.Sc
b. NIP : 19820908 200812 2 002
c. Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Jalan Swakarya I A, Kekalik,
Ampenan, HP. 085 935 327 246
6. Biaya Kegiatan Total
DIKTI : Rp. 9.921.000,-
Sumber lain : -
7. Jangka Waktu Penelitian : Bulan Februari s/d Mei 2010

Menyetujui,
Ketua Program Studi Kimia

(Ir. Surya Hadi, M.Sc., P.hD)
NIP. 19630218 199603 2 001 Ketua Pelaksana Kegiatan

(Murdiah)
NIM : G1C007025

Pembantu Rektor III
Bidang Kemahasiswaan

(Drs. M. Darwin, MS)
NIP. 19580523 198503 1 001

Dosen Pendamping

(Siti Raudhatul Kamali, S.Pd.,M.Sc)
NIP. 19820908 200812 2 002

A. JUDUL PROGRAM
Kajian Psikokimia Produk Nata De Musa Dari Kulit Tiga Varietas Pisang di Pulau Lombok

B. LATAR BELAKANG
Indonesia kaya akan tumbuhan penghasil buah, salah satunya adalah pisang. Pisang merupakan tanaman asli Indonesia yang menempati posisi pertama dalam luas pertanaman dan produksi sebagai komoditas buah-buahan serta menjadi komoditas buah paling dominan yang ditanam oleh rumah tangga dan petani di Indonesia termasuk di Nusa Tenggara Barat (Damayanti, 2007). Hal ini disebabkan karena tanaman pisang tahan terhadap kekeringan, memiliki nilai ekonomi tinggi, dan permintaaan pasar cukup banyak. BPTP NTB (2004) mencatat produksi pisang Nusa Tenggara Barat melimpah, pada tahun 2002 mencapai 680.380 ton.
Pemanfaatan buah pisang umumnya terbatas pada daging buahnya saja, sedangkan kulitnya dibuang dan menjadi limbah organik atau dijadikan makanan ternak. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan.
Kulit pisang diketahui memiliki kandungan unsur gizi cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Munadjim, 1983). Dengan demikian kulit pisang dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan yang benilai gizi yaitu nata.
Permasalahan lainnya adalah kurangnya asupan gizi masyarakat yang ditunjukkan dengan banyaknya penderita penyakit kurang gizi dan busung lapar yaitu mencapai 10% dari total anak balita, yakni 480.000 anak. Menurut Kepala Dinas Kesehatan setempat, kejadian gizi buruk ini sudah pada tingkat kejadian luar biasa (KLB) (Misrianti, 2005).
Nata merupakan produk makanan yang berasal dari proses fermentasi. Syarat untuk membuat produk nata secara umum yaitu bahan dasar harus mempunyai kandungan karbohidrat (glukosa) yang cukup tinggi (Saragih, 2004:3). Tanpa adanya glukosa (karbohidrat) nata tidak dapat terbentuk. Kulit pisang ditinjau dari kandungan unsur gizi ternyata mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu 18,50 g dalam 100 g bahan (BPPI Surabaya dalam M. Lies Suprapti, 2005) sehingga kulit pisang juga dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam proses pembuatan produk nata.
Ada beberapa varietas pisang di NTB, khususnya di Pulau Lombok diantaranya adalah pisang susu, pisang ambon lumut (pisang hijau), dan pisang merah. Ketiga varietas pisang tersebut banyak digemari masyarakat Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai kualitas fisik dan kimia Nata de Musa dengan penggunaan beberapa varietas pisang tersebut.

C. RUMUSAN MASALAH
Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan utama di Indonesia pada umumnya dan NTB pada khususnya. Pemanfaatan pisang hanya terbatas pada daging buahnya saja, sedangkan kulitnya dibuang. Kulit pisang diketahui mengandung berbagai unsur gizi yang penting seperti karbohidrat, protein, vitamin, dll. Sehingga kulit pisang berpotensi sebagai sumber bahan makanan berupa Nata de Musa. Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yakni penggunaan beberapa varietas pisang lokal Pulau Lombok yaitu pisang susu, pisang ambon lumut (pisang hijau), dan pisang merah pada pembuatan nata de Musa dengan mengukur kualitas fisik dan kimia produk Nata de Musa.

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk
1. Mengetahui kandungan gizi: protein, karbohidrat, kadar air dari tiga varietas pisang di Pulau Lombok yaitu pisang susu, pisang ambon lumut dan pisang merah.
2. Mengetahui bagaimana kualitas fisik dan kimia Nata de Musa yang dihasilkan dari beberapa varietas pisang di Pulau Lombok yaitu pisang susu, pisang hijau, dan pisang kulit merah.
3. Mengetahui kandungan gizi nata de musa yang dihasilkan dari ketiga varietas pisang tersebut.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang bisa dijadikan rujukan bagi peneliti setelahnya dan masyarakat mengenai pembuatan Nata de Musa dari limbah kulit pisang dan kualitas Nata de Musa yang dihasilkan dari beberapa varietas pisang di NTB. Sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk membuat Nata de Musa dan menjadi peluang usaha yang baik dalam rangka menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan dan masalah gizi buruk di NTB.

F. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian ini adalah bisa diaplikasikan oleh masyarakat untuk dikembangkan menjadi usaha makanan berupa Nata de Musa dari limbah kulit pisang di NTB dalam upaya pemenuhan kebutuhan bahan makanan bergizi tinggi.

G. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan tentang kulit pisang

Gambar 1. Tnaman pisang Gambar 2. Buah pisang
Pisang yang tergolong tanaman buah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam keluarga besar Musaceae, sebagaimana penggolongan dari tingkat kingdom hingga species berikut ini:

Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Zingiberales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca, Linn.

Menurut literatur, pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke daerah Pasifik (Chintya, 2009).
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma Typical atau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (TTG Budidaya Pertanian).
Berdasarkan cara konsumsi buahnya, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu pisang meja (dessert banana) dan pisang olah (plantain, cooking banana). Pisang meja dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, seperti pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Pisang olahan dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli. Buah pisang diolah menjadi berbagai produk, seperti sale, kue, ataupun arak (di Amerika Latin). Selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, Pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan cepat bila dibutuhkan. Termasuk ketika otak mengalami keletihan. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang relatif populer antara lain Kripik Pisang asal Lampung, Sale pisang (Bandung), Pisang Molen (Bogor), dan Epe (Makassar) (Anonim,2009)
Diantara buah-buahan, pisang menduduki posisi tertinggi, baik dalam segi luas areal ataupun kapasitas produksinya. Buah pisang kandungan gizinya cukup tinggi, yang meliputi karbohidrat, gula, protein, lemak, vitamin A, B, dan C serta garam-garam mineral untuk buah yang masih mentah. Tetapi setelah tua benar, kandungan karbohidratnya antara 15 – 30 % tergantung pada varietasnya. Setelah buah matang baik dari pohon atau diperam, kandungan karbohidrat turun tajam antara 1,5 – 15 %, dan kandungan gula meningkat dari 6 – 19 %., kandungan protein dalam kulit pisang mencapai 1,2 %. Setiap tahun produksi pisang secara keseluruhan mampu menyediakan 13.000 – 27.000 ton protein (Rismunandar,1973).
Kulit pisang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 18,50 g dalam 100 g kulit pisang (BPPI Surabaya, dalam M. Lies Suprapti, 2005:86) sehingga kulit pisang dapat menjadi bahan dasar dalam pembuatan nata karena dalam pembuatan nata syarat utamanya adalah bahan tersebut mempunyai kandungan glukosa (karbohirat). Tanpa adanya glukosa proses fermentasi pembentukan materi atau lapisan nata tidak dapat terbentuk (Munadjim,1983:60). Selama ini bahan dasar pembuatan nata adalah air kelapa dengan demikian kulit pisang dapat dijadikan salah satu bahan dasar altenatif yang dapat menggantikan air kelapa.
Beberapa varietas pisang yang melimpah di NTB adalah pisang susu, pisang hijau (pisang ambon lumut) dan pisang merah. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.
1. Pisang susu
Pisang Susu cocok untuk hidangan buah segar. Ukuran buah kecil hampir sama dengan pisang emas. Kulit buah tipis, berwarna kuning berbintik hitam. Daging buah putih kekuningan. Rasa buah manis, lunak dan berarom harum. Dalam satu tandan terdapat sekitar 8 sisir (satu sisir berisi 12-16 buah) (Situs Hijau, 2009).
2. Pisang Ambon Lumut (pisang hijau)
Pisang ambon lumut (pisang hijau) cocok untuk hidangan buah segar. Kulit buah berwarna hijau walaupun sudah matang dan lebih tebal daripada kulit buah pisang ambon kuning. Daging buah hampir sama dengan pisang ambon kuning hanya sedikit lebih putih. Daging buah agak keras, aroma lebih harum dan rasanya lebih manis (Situs Hijau, 2009).
3. Pisang merah
Pokok Pisang Merah yang sering ditanam sebagai pokok hiasan. Nama sains pokok Pisang Merah ialah Musa velutina H. Wendl. & Drude atau bahasa Inggris fuzzy banana. Pokok Pisang tidak mempunyai batang berkayu, tetapi sebaliknya ia terdiri dari gentian (Wikipedia, 2009).

2. Kasus busung lapar di NTB
Kasus busung lapar yang melanda NTB semakin berkembang, anak balita yang menderita busung lapar mencapai 10 persen dari total anak balita, yakni 480.000 anak. Dengan demikian, ada sekitar 49.000 anak balita di antaranya menderita gizi buruk dan bahkan busung lapar. Akibat penyakit busung lapar di NTB ini, tujuh anak balita di antaranya meninggal dunia. Bahkan menurut Kepala Dinas Kesehatan setempat, kejadian gizi buruk ini sudah pada tingkat kejadian luar biasa (KLB). Karena itulah, kasus ini harus ditangani secara luar biasa pula. Dengan kata lain, harus ada upaya penanganan yang ekstra dari semua pihak (Misrianti, 2005).
Rata-rata sekitar 100 anak dirawat di RSU Mataram, NTB, karena gizi buruk (busung lapar). Hal ini merupakan suatu realitas yang sangat ironis, karena provinsi NTB tengah mengalami suplus pangan, terutama padi, karena keberhasilan program pertanian gogo rancah. Bahkan setiap tahun NTB bisa memasok ratusan ton beras ke provinsi lain, diantaranya Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah suplus pangan NTB tidak berdampak pada kemakmuran seluruh rakyat dengan daya beli masyarakat yang masih rendah. Kemudian karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat dengan pola konsumsi makanan yang memenuhi standar gizi anak (Agustriyadi, 2009).
3. Nata de musa
Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang asam dan mengandung gula.
Tabel 1. Syarat Mutu Nata
No. Jenis uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan -
1.1 Bau - Normal
1.2 Rasa - Normal
1.3 Warna - Normal
1.4 Tekstur - Normal
2. Bahan asing - Tidak boleh ada
3. Bobot tuntas % Min. 50
4. Jumlah gula (dihitung sebagai sakrosa) % Min. 15
5. Serat makanan % Maks. 4,5
6. Bahan tambahan makanan
6.1 Pemanis buatan:
• Sakarin
• Siklamat
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
6.2 Pewarna tambahan Sesuai dengan SNI 01-0222-1995
6.3 Pengawet (Na Benzoat) Sesuai dengan SNI 01-0222-1995
7. Cemaran logam
7.1 Timbale (Pb) Mg/kg Maks. 0,2
7.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 2
7.3 Seng (Zn) Mg/kg Maks. 5
7.4 Timah (Sn) Mg/kg Maks.
8. Cemaran arsen (As) Koloni/g 40,0/250,5* Maks. 0,1
9. Cemaran mikroba Maks. 0,1
9.1 Angka lempeng total APM/g Maks. 2 x 102
9.2 Coliform Koloni/g < 3
9.3 Kapang Koloni/g Maks. 50
9.4 Khamir Koloni/g Maks. 50
Sumber: SNI 01-4317-1996

Nata dapat dibuat dari bahan baku air kelapa, dan limbah cair pengolahan tahu (whey tahu). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan Nata de Coco, dan yang dari whey tahu disebut dengan Nata de Soya. Bentuk, warna, tekstur dan rasa kedua jenis nata tersebut tidak berbeda. Pembuatan nata tidak sulit, dan biaya yang dibutuhkan juga tidak banyak (Hasbullah, 2001). Nata berbentuk padat, putih bersih mirip kelapa muda dan rasanya menyerupai kolangkaling. Kandungan terbesar dalam nata adalah air 98% (Steinkreus dalam Suswanhyundarti, 1997).
Kulit pisang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 18,50 g dalam 100 g kulit pisang ( BPPI Surabaya, dalam M. Lies Suprapti, 2005:86) sehingga kulit pisang dapat menjadi bahan dasar dalam pembuatan nata karena dalam pembuatan nata syarat utamanya adalah bahan tersebut mempunyai kandungan glukosa (karbohirat). Tanpa adanya glukosa proses fermentasi pembentukan materi atau lapisan nata tidak dapat terbentuk (Munadjim,1983). Selama ini bahan dasar pembuatan nata adalah air kelapa dengan demikian kulit pisang dapat dijadikan salah satu bahan dasar alternatif yang dapat menggantikan air kelapa.
Beberapa pertimbangan mengapa kulit pisang dimanfaatkan dalam pembuatan nata adalah :
a. Kulit pisang layak untuk dikonsumsi, karena mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan tidak ada efek samping bagi tubuh apabila mengkonsumsinya.
b. Nata biasanya terbuat dari air kelapa sehingga harganya lebih mahal dengan memanfaatkan kulit pisang sebagi bahan dasar nata diharapkan harganya lebih murah sehingga dapat bersaing dipasaran.
c. Kulit pisang mudah diperloleh dan jumlahnya cukup banyak (Susanti, 2006).

H. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Dalam penelitian ini eksperimen yang dilakukan adalah pembuatan nata dari kulit tiga varietas pisang yang berbeda yaitu pisang susu, pisang hijau (pisang ambon lumut) dan pisang merah.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2010 yang akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Dasar UPT MIPA Laboratorium Kimia Analitik, dan Laboratorium THP Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3. Bahan Penelitian
Sebagai objek penelitian ini digunakan limbah kulit pisang yaitu 3 varietas pisang yang banyak terdapat di Pulau Lombok, yaitu: pisang susu, pisang ambon lumut (pisang hijau), dan pisang merah . Bahan baku lainnya adalah: biakan murni bakteri Acetobacter xylinum, gula pasir , asam asetat glasial, amonium sulfat, aquades, air, glukosa anhidrat, reagensia Nelson, larutan dengan kadar reduksi sekitar 2 – 8 mg/ 100 mL Pb-asetat atau bubur aluminium hidroksida, K2SO4 atau Na2SO4 anhidrat, H2SO4 pekat, CuSO4, Zn, NaOH 45%, HCl 0,1 N, phenolphtalein 1%. Bahan penunjang lainnya adalah tissue, kertas saring, aluminium foil, kertas Koran, plastik, dan korek api.

4. Alat Penelitian
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah loyang plastik, panci email, karet gelang, saringan, gelas ukur, sendok makan (stainless steel), pH meter, kain kasa, kompor, ruang inokulasi, pipet tetes, gelas kimia, derigen, kotak plastik steril, tabung reaksi, penangas air, batang pengaduk, labu kjedahl, bunsen, alat destilasi, dan erlenmeyer.

5. Cara Kerja
a. Tahap persiapan
- Persiapan alat dan bahan
- Sterilisasi alat
- Penimbangan bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan nata de musa.
b. Tahap ekstraksi
- Kulit pisang dibersihkan dan dipotong kecil-kecil
- Kulit pisang diekstrak menggunakan blender dan pelarut air
- Larutan kulit pisang di saring menggunakan saringan
- Hasil ekstrak digunakan untuk pembuatan media nata
c. Pengujian kadar air, kadar protein, kadar gula reduksi, dan pH pada dua sampel limbah kulit pisang.
a. Pengujian kadar air
Tahapan yang digunakan adalah:
 Siapkan cawan kosong, dikeringkan dalam oven 15 menit, didnginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang (a g)
 Timbang dengan segera 2-5 g sampel dalam cawan kosong tadi. (b g)
 Cawan + bahan dioven selama 6 jam
 Pindahkan cawan dalam eksikator, setelah dingin ditimbang. Pemanasan dan penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat konstan (c g)
 % kadar air = b/c x 100%
b/a
b. Pengujian kadar protein
Penentuan N total Cara Gunning
• Ditimbang 0,7- 3,5 g bahan yang telah ditumbuk halus dan masukkan kedalam labu Kjedahl, tambahkan 10 g K2SO4 atau Na2SO4 anhidrat, dan 15 – 25 mL H2SO pekat. Kalau destruksi sukar dilakukan perlu ditambah 0,1-0,3 g CuSO4, dan digojog.
• Kemudian dipanaskan pada pemanas listrik atau api Bunsen dalam almari asam, mula-mula dengan api kecil dan setelah asap hilang api dibesarkan, pemanasan diakhiri setelah cairan menjdi jernih tak berwarna.
• Dibuat pula perlakuan blanko yaitu seperti perlakuan di atas tanpa contoh.
• Setelah labu Kjedahl beserta cairannya menjadi dingin kemudian ditambah 200 mL aquades dan 1 g Zn, serta larutan NaOH 45 % sampai cairan bersifat basis. Pasanglah labu Kjedahl dengan segera pada alat distilasi.
• Panaskan labu Kjeldahl sampai ammonia menguap semua, destilat ditampung dalam Erlenmeyer yang berisi 100 mL HCl 0,1 N yang sudah diberi indikator phenolphthalein 1% beberapa tetes. Distilasi diakhiri setelah volume destilat 150 mL atau setelah destilat yang keluar tidak bersifat basa.
• Kelebihan HCl 0,1 N dalam distilat distilasi dengan larutan basa standar (larutan NaOH 0,1 N).
• Perhitungan:

Factor (lihat pada table 4)
Tabel 5. Konversi kadar N menjadi kadar protein berbagai macam bahan
No Bahan Faktor konversi
1 Bir, sirup, biji-bijian, ragi, makanan ternak, buah-buahan, teh, malt, anggur 6,25
2 Beras 5,95
3 Roti, gandum, macaroni, bakmi 5,70
4 Kacang tanah 5,46
5 Kedelai 5,75
6 Kenari 5,18
7 Susu kental manis 6,38

c. Pengujian kadar gula reduksi
(Cara spektrofotometri, Metode Nelson-Somogyi)
Penyiapan kurva standar
• Buat larutan glukosa standar (10 mg glukusa anhidrat/100 mL)
• Dari laarutan glukosa standar tersebut dilakukan 6 pengenceran sehingga diperoleh larutan glukosa dengan konsentrasi : 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/100 mL
• Siapkan 7 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 1 mL larutan glukosa standar tersebut di atas. Salah satu tabung diisi 1 mL air suling sebagai blanko.
• Tambahkan ke dalam masing-masing tabung di atas 1 mL reagensia Nelson, dan panaskan semua tabung pada penangas air mendidih selama 20 menit.
• Ambil semua tabung dan segera didinginkan bersama-sama dalam gelas piala yang berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 25o.C.
• Setelah dingin tambahkan 1 mL reagensia Arsenomolybdat gojog sampai semua endapan Cu2O yang ada larut kembali.
• Setelah semua endapan Cu2O larut sempurna, tambahkan 7 mL air suling, digojog sampai homogen.
• Teralah “optical density” (OD) masing-masing larutan tersebut pada panjang gelombang 540 nm.
• Buatlah kurva standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan OD.
Penentuan gula reduksi pada contoh
• Siapkan larutan contoh yang mempunyai kadar gula reduksi 2-8 mg/ 100 mL. perlu diperhatikan bahwa larutan contoh ini harus jernih, karena itu bila dijumpai larutan contoh yang keruh atau berwarna maka perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu dengan menggunakan Pb-asetat atau bubur Aluminium hidroksida.
• Pipetlah 1 mL larutan contoh yang jernih tersebut ke dalam tabung reaksi yang bersih
• Tambahkan 1 mL reagensia Nelson, dan selanjutnya diperlukan seperti pada penyiapan kurva standar di atas.
• Jumlah gula reduksi dapat ditentukan berdasarkan OD larutan contoh dan kurva standar larutan glukosa.

d. Pengukuran pH
Sampel kulit pisang yang telah diblender dimasukkan ke dalam gelas kimia, selanjutnya diukur pHnya dengan pH meter.

e. Tahap fermentasi
Membuat bibit/starter
- Sebanyak 1000 mL air kelapa disaring menggunakan kain kasa
- Ke dalam air kelapa yang sudah disaring ditambahkan 50 g gula pasir, 3 mL ammonium sulfat dan 5 mL asam asetat glasial sampai pH 4
- Air kelapa dididihkan ± 15 menit
- Air kelapa dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat dengan kertas koran
- Setelah dingin, ditambahkan 2 mL suspensi biakan murni Acetobacter xylinum
- Simpan di ruang inokulasi dalam posisi miring selama 7 hari
Membuat nata de musa
- Ke dalam 1000 mL ekstrak kulit pisang ditambahkan 50 g gula pasir, 3 mL ammonium sulfat dan 5 mL asam asetat glasial sampai pH 4
- Ekstrak kemudian dididihkan ± 15 menit
- Ekstrak yang sudah dididihkan didinginkan ± 15 menit dan dimasukkan ke dalam loyang plastik
- Ke dalam ekstrak dimasukkan 100 mL starter
- Media nata ditutup menggunakan koran dan diikat menggunakan karet
- Media nata diletakkan pada ruangan fermentasi selama 12 hari
Formula bahan pembuatan Nata de Musa
Bahan Ekstrak kulit pisang Susu
(1000 mL) Ekstrak kulit pisang hijau
(1000 mL) Ekstrak kulit pisang merah (1000 mL)
Gula pasir (g)
Asam asetat glasial (mL)
Amonium sulfat (mL)
Starter (mL) 50
5

3

100 50
5

3

100 50
5

3

100

f. Tahap pemanenan
- Setelah 12 hari, media nata di buka dan nata diambil kemudian dicuci menggunakan air. Sebagian nata diambil untuk dianalisis di laboratorium dan sebagian lagi direndam ± 3 hari (setiap 4 jam air rendaman diganti)
- Nata kemudian dipotong kecil-kecil dan direbus sampai mendidih ± 15 menit untuk menghilangkan sisa asam
d. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah pengumpulan data berdasarkan hasil uji laboratorium, meliputi :
- Analisis komposisi kimia kulit pisang, antara lain : karbohidrat, gula reduksi, nitrogen
- Analisis Nata de Musa, antara lain : kadar serat, cemaran mikroba TPC coliform, kadar pektin, keasaman dan ketebalan nata.
e. Analisis Data
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kualitas fisik dan kimia Nata de Musa digunakan analisis variansi (anava) satu arah.

I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
No Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
1 Persiapan alat dan bahan, sterilisasi
2 Pengambilan sampel
3 Pengujian kadar air, gula reduksi, kadar protein limbah kulit pisang di Pulau Lombok
4 Tahap fermentasi
i. Pembuatan starter
ii. Pembuatan nata dengan variasi konsentrasi limbah kulit pisang dan starter
iii. Pemanenan
5 Analisis/uji laboratorium
6 Analisis data
7 Penyusunan laporan

J. RENCANA BIAYA KEGIATAN
J.1 Penyediaan Bahan
Bahan Harga bahan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
Kulit pisang susu 27.000,-/tandan 5 tandan 135.000,-
Kulit pisang hijau 23.000,-/tandan 5 tandan 115.000,-
Kulit pisang merah 23.000,-/tandan 5 tandan 115.000,-
Biakan Murni Acetobacter xylinum 300.000,-/botol 5 botol 1.500.000,-
Ammonium sulfat 300.000,-/kg 1 kg 300.000,-
Gula 10.000,-/kg 25 kg 250.000,-
Asam asetat 55.000,-/L 10 L 550.000,-
K2SO4 300.000,-/kg 100 g 30.000,-
Na2SO4 anhidrat 100.000,-/kg 100 g 10.000,-
H2SO4 pekat 100.000,-/L 1 L 100.000,-
CuSO4 300.000,-/kg 100 g 30.000,-
Aquadest 5.000,-/L 5 L 25.000,-
Zn 500.000,-/kg 20 g 10.000,-
NaOH 350.000,-/kg 200 g 70.000,-
HCl 0,1 N 150.000,-/L 2 L 300.000,-
Indikator Phenolphthalein 1% 150.000,-/L 50 mL 7.500,-
Glukosa anhidrat 50.000,-/g 5 g 250.000,-
Reagensia Nelson 250.000,-/L 50 mL 12.500,-
Reagensia Arsenomolybdat 200.000,-/L 50 mL 10.000,-
Pb-asetat 230.000,-/kg 100 g 23.000,-
Subtotal 3.843.000,-

J.2 Peralatan dan Sewa Alat
Nama Alat Harga Jumlah Lama Penggunaan Biaya (Rp)
Jerigen 10 L 30.000,-/buah 7 buah 2 bulan 210.000,-
Kain kasa 35.000,-/m 6 m 1 bulan 210.000,-
Kertas Koran 15.000,-/rim 2 rim 1 bulan 30.000,-
Loyang plastik 15.000,-/buah 40 buah 1 bulan 600.000,-
Panci email 175.000,-/buah 4 buah 1 bulan 700.000,-
Karet gelang 3.000,-/bungkus 2 bungkus 2 bulan 6.000,-
Saringan 25.000,-/buah 5 buah 2 bulan 125.000,-
Gelas ukur 5 ml, 10 ml, 100 ml • 20.000,-/5 mL
• 30.000,-/10 mL
• 50.000,-/100 Ml @ 2 buah 3 bulan 200.000,-
Pipet tetes 3.000,-/buah 20 buah 3 bulan 60.000,-
Sendok makan (Stainless steel) 5.000,-/buah 5 buah 1 bulan 25.000,-
pH indicator 150.000,-/pack 1 pack 3 bulan 150.000,-
Kompor Hock 350.000,-/buah 1 buah 2 bulan 350.000,-
Ruang inokulasi 650.000,-/buah 1 buah 3 bulan 650.000,-
Kotak plastik steril 45.000,-/buah 6 buah 3 bulan 270.000,-
Subtotal 3.586.000,-

J.3 Pemeliharaan Laboratorium dan Alat
No. Laboratorium dan Alat Jumlah/Lama penggunaan Biaya (Rp)
1. Lab. Kimia Dasar
• Tabung reaksi
• Pembakar bunsen
• Batang pengaduk
• Erlenmeyer 3 bulan
• 20 buah
• 5 buah
• 5 buah
• 15 buah 550.000,-
2. Lab. Kimia Analitik
• Alat destilasi
• Labu Kjedahl
• Penangas air
• Tabung reaksi 1 bulan
• 1 buah
• 2 buah
• 2 buah
• 10 buah 200.000,-
3. Lab. THP Fak. Pertanian
Analisis Uji Produk 1 bulan 500.000,-
Subtotal 1.250.000,-

J.4 Alat dan Bahan Penunjang
No. Nama Alat/Bahan Harga (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
1. Kaca mata (google) 20.000,-/buah 4 buah 80.000,-
2. Masker 4.000,-/buah 6 buah 24.000,-
3. Tissue gulung 3.000,-/gulung 5 gulung 15.000,-
4. Sarung tangan 50.000,-/pack 1 pack 50.000,-
5. Aluminium foil 15.000,-/gulung 3 gulung 45.000,-
6. Korek api 4.000,-/pack 1 pack 4.000,-
7. Kertas label 5.000,-/bungkus 2 bungkus 10.000,-
Subtotal 228.000,-

J.5 Administrasi dan Penyusunan Laporan
No. Kebutuhan Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Kertas A4 Rim 2 @ 33.000,- 66.000,-
2. Tinta printer Kotak 2 @ 25.000,- 50.000,-
3. Buku folio Buah 4 @ 10.000,- 40.000,-
4. Penggaris Buah 3 @ 2.000,- 6.000,-
5. Map arsip Buah 3 @ 3.000,- 9.000,-
6. Ballpoint Buah 4 @ 3.000,- 12.000,-
7. Tipe-X Buah 2 @ 5.000,- 10.000,-
8. Pensil Buah 3 @ 3.000,- 9.000,-
9. Steples + isi steples Buah 1 @ 20.000,- 20.000,-
10. Penjilidan Buah 6 @ 5.000,- 30.000,-
11. CD-R Buah 6 @ 5.000,- 30.000,-
Subtotal 282.000,-

J.6 Akomodasi Kegiatan
Kegiatan Biaya (Rp)
Dokumentasi 125.000,-
Transportasi, telekomunikasi untuk pemesanan bahan dan alat 300.000,-
Biaya pengambilan sampel 100.000,-
Lain-lain 150.000,-
Subtotal 675.000,-

Rekapitulasi Biaya
1. Penyediaan Bahan Rp. 3.843.000,-
2. Penyediaan Alat Rp. 3.586.000,-
3. Penyewaan Penggunaan Laboratorium dan Alat Rp. 1.250.000,-
4. Alat dan Bahan Penunjang Rp. 282.000,-
5. Administrasi dan Penyusunan Laporan Rp. 285.000,-
6. Akomodasi Kegiatan Rp. 675.000,-
+
TOTAL BIAYA Rp. 9.921.000,-

K. DAFTAR PUSTAKA

Apryanto, Dwinardi, L. Manti dan Hartal. 2004. Tanaman Pisang Serta Hama dan Penyakitnya di Kabupaten Rejang Lebong. http://unib.ac.id/faperta/jurnal/abstrak.php?id_isijur=190&id_jurnal=1&PHPSESSID=43a5d6b0f16eb076abe9fa7f40332592
Agustin, Widi. 2005. Pemuliaan Tanaman Pisang Dengan Kultur Anther.http://www.rudyct.com/PPS702ipb/10245/widi_agustin.pdf
Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. 2005. Gelar Teknologi Budidaya Pisang sebagai Metode Efektif untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Miskin di Lahan Marginal (kasus desa labu pandan, kecamatan sambelia, kab. Lombok timur). http://ntb.litbang.deptan.go.id/ssp.pdf
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Barat. 2008. Peluang Investasi Komoditas Pisang di Sumatera Barat. http://www.sumbarprov.go.id/images/media/Buku%20Peluang%20Invenstasi%20Pisang.pdf
Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas Baik. Trubus no. 341
Kumoro K., B.Tri Ratna E, , M. Rahayu dan Awaludin H. 2003. Alternatif Teknologi Budidaya Pisang untuk Pemanfaatan Lahan Alang-Alang. Mataram: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.
Luhardikusumah, K. 2008. Penurunan Kadar TSS, BOD dan COD Limbah Industri Tahu Dengan Menggunakan Arang Aktif Kulit Kacang Tanah. Di download dari http://72.14.235.104/search?q=cache:6N3FlC3ffEcJ:www.scottdrying.com/ast.dryer/pdf/scotteco.astdryer.tofu.pdf+TOFU+WASTE&hl=en&ct=clnk&cd=4&client=opera. Pada tanggal 1 Agustus 2008, pukul 08.30 WITA.
Mukhtasar. 2002. Keragaman fisik dan morfologi pisang jantan di Bengkulu. http://bdpunib.org/akta/artikelakta/2002/72.PDF

Murphy, S. 2007. General Information Of Nitrogen. Di download dari http://72.14.235.104/search?q=cache:Yp8QaZ7u4NYJ:grasasyaceites.revistas.csic.es/index.php/grasasyaceites/article/viewFile/230/230+HIDROLISIS%2BPROTEIN%2BSOYBEANS&hl=en&ct=clnk&cd=7&client=opera. Pada tanggal 20 Juli 2008, pukul 13.30 WITA.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. 1981. Dodol pisang Nangka , Paket Industri Pangan untuk Daerah Pedesaan. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/IPB/Dodol%20pisang%20nangka.pdf

Pindo, A. 2007. Permasalahan Industri Kecil Menengah Tahu. Di download dari
http://www.majarikanayakan.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-limbah/. Pada tanggal 2 Agustus 2008, pukul 09.30 WITA.

Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru: Bandung

Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Sinar Baru: Bandung.
Suara media. 2009. Jutaan manfaat pisang yang dibutuhkan oleh tubuh. http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/6801-jutaan-manfaat-pisang-yang-dibutuhkan-tubuh.pdf.
Yulianty, Mailina, Eny Dwi Pujawati dan Badruzsaufari. 2006. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/wpcontent/uploads/2008/12/artikel-i-2.pdf

L. LAMPIRAN
a. Biodata Ketua dan Anggota Pelaksana
Biodata Ketua Pelaksana
1. Identitas Pribadi
Nama : Murdiah
NIM : G1C 007 025
Semester : V (Lima)
Tempat Tanggal Lahir : Bongkem, 31 Desember 1989
Alamat : Bongkem, Lepak, Sakra Timur, Lotim NTB
Agama : Islam
Program Studi : Kimia
IP Kumulatif : 2,86
Perguruan Tinggi : Universitas Mataram
2. Riwayat Pendidikan
SD : SDN 2 Lepak
SMP/MTs : SMPN 2 Sakra Timur
SMA/MA : SMAN 1 Selong
PT : Program Studi Kimia (FMIPA)
Universitas Mataram

Biodata Anggota 1:
1. Identitas Pribadi
Nama : Vera Fitriya Ersalena
NIM : G1C 008 032
Semester : III (Tiga)
Tempat Tanggal Lahir : Sakra, 28 April1990
Alamat : Kekalik
Agama : Islam
Program Studi : Kimia
IP Komulatif : 3, 23
Perguruan Tinggi : Program Studi Kimia (FMIPA) Universitas Mataram
2. Riwayat Pendidikan :
SD : SDN 3 Sakra
SMP/MTs : SMPN 1 Sakra
SMA/MA : SMAN 1 Sakra
PT : Program Studi Kimia (FMIPA) Universitas Mataram
Biodata Anggota 2
1. Identitas Pribadi
Nama : Teten Angriani
NIM : G1C 008 036
Semester : III (Tiga)
Tempat Tanggal Lahir : Puyung, 11 Oktober 1989
Alamat : Kekalik
Agama : Islam
Program Studi : Kimia
IP Komulatif : 3, 09
Perguruan Tinggi : Program Studi Kimia (FMIPA) Universitas Mataram

2. Riwayat Pendidikan
SD : SDN 1 Puyung
SMP/MTs : SMPN 1 Praya
SMA/MA : SMAN 1 Jonggat
PT : Program Studi Kimia (FMIPA) Universitas Mataram

b. BIODATA DOSEN PENDAMPING
(1) Nama Lengkap dan Gelar : Siti Raudhatul Kamali, S.Pd.,M.Sc
(2) Golongan/Pangkat/NIP : III/b/19820908 2008 12 2 002
(3) Jabatan Fungsional : -
(4) Jabatan Struktural : -
(5) Program Studi : Kimia
(6) Perguruan Tinggi : Universitas Mataram
(7) Bidang Keahlian : Kimia Lingkungan
(8) Waktu Untuk Kegiatan PKMP : 5 Jam/ Minggu

\\

Tinggalkan sebuah Komentar

Ditulis dalam Uncategorized
Oleh: murdiah | November 5, 2009
pemanfaatan kulit pisang

Tinggalkan sebuah Komentar

Ditulis dalam Uncategorized
Oleh: murdiah | November 4, 2009
Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

1 Komentar

Ditulis dalam Uncategorized

Kategori

* Uncategorized

Rambah
Tautan

* WordPress.com
* WordPress.org

Berlangganan

* Masukan (RSS)
* Komentar (RSS)

Blog pada WordPress.com. | Tema: Ocean Mist oleh Ed Merritt

Tidak ada komentar: